Friendship (Xodiac) End√

By SugaJennie24

86.8K 8.6K 4.7K

Zayyan seorang siswa pindahan dari Indonesia, akhirnya dapat mewujudkan impiannya untuk tinggal dan bersekola... More

Asrama
Ruang Mawar Melati
Gara-Gara Leo Kegerahan
Geng Belalang Kupu-Kupu
Perhatian Zayyan Pada Sing
Dongsaeng Mulai Posesif
Zayyan Menangis karena apa?
Zayyan Janjian
Salah Paham Bikin Lapar
Baikan Sama Sing?
Ada Apa Dengan Lex?
Obrolan Aneh Zayyan-Sing
Pemuda Misterius
Super Zayyan
Sing Kenapa?
Ketika Bocil Cemburu
Perasaan Lex Terhadap Zayyan
Dibalik Sikap Lex
Zayyan Perduli Pada Lex?
Lex-eu Jangan Menangis
Pergi Camping
Camping #1 (Mimpi Aneh)
Camping #2 (Di Mana Zayyan?)
Camping #3 (Selamatkah Zayyan?)
Davin Ke Mana?
Sayang Lex juga?
Cemburu Sama Eunbi
ZaySing Yang Aneh
Perdebatan Para Bocil
Perkara Suap-Suapan
Pengakuan Sing?
Bogoshippeo
Saling Menjauh
Lebih Sakit Dari Luka
Upaya Mendamaikan
Curahan Hati
Dibohongi
Malam Minggu
Patah Hati
Who's That Girl?
Aku Tak Mengerti Perasaan Ini
Nasi Goreng Spesial
Sama-Sama Cemburu
Hati Yang Mendua
Disuruh Putus
Keputusan Berat
Pesta Kelas Dadakan
Jadikanku No.1 Dihatimu
Leo Nggak Mau Turun Tahta
Mencuri Kesempatan
Gara-gara cemburu
Pertengkaran Dongsaeng
Pengumuman
Zayyan Berterimakasih
Siapa Yang Menculik Zayyan?
Rasa Kehilangan
Keadaan Zayyan
Zayyan Tinggal Di Mana?
Upaya Mencari Zayyan
Apakah Semua Sandiwara?
Penyebab Zayyan Menghilang
Rahasia Davin Ketahuan
Menunggumu
Surprise
Akhirnya Aku Kembali
Perasaan Yang Tak Berubah
Akhirnya Saling Jujur
Pengumuman 2

Maunya Sama Zayyan

1.3K 163 85
By SugaJennie24

Typo ✌️

Happy reading

*
*

Ricky yang tak tega melihat keadaan Davin saat ini pun berusaha untuk menolongnya.

"Sini pegang tanganku, aku akan menarikmu ke atas!" Ucap Ricky. Lalu ia meniarap di tepi tebing dan mengulurkan tangannya ke bawah.

Baik Ricky maupun Davin sama-sama saling mencoba untuk meraih tangan satu sama lain, namun karena jarak Davin dari atas tebing memang agak sedikit jauh, hal itu membuat keduanya jadi kesulitan.

"Aarrgghh...ayo Davin jangan menyerah, sedikit lagi, kita pasti bisa!" Ricky mencoba menyemangati.

"Iyaaa aarrgghhh! Sakiittt!" Davin terus mencoba walau kedua tangannya terasa sangat sakit, akibat terlalu lama bergelantungan pada akar pohon itu.

"Kriiieeetttt...!!" Tiba-tiba akar pohon yang menjadi pegangan Davin saat ini semakin merenggang dan sedikit lagi akan terputus dari pohonnya.

"Aaargghh...bagaimana ini?" Davin hampir putus asa dan menangis.

Ricky pun memutar otak, mencoba mencari cara lain untuk menyelamatkan Davin.

"Tunggu sebentar!" Ucap Ricky, lalu berlari ke lain arah.

"Ricky, jangan tinggalkan aku! Aku mohon!" Teriak Davin ketakutan, karena ia berpikir Ricky akan meninggalkannya.

Sementara Ricky belum kembali, Davin melihat ke arah sungai di bawahnya.

"Haruskah aku melompat ke bawah saja? Tapi bagaimana kalau di dalam sungai itu ternyata ada buaya atau biawak? Hii...serem, aku takut!" Davin bergidik ngeri sambil membayangkan jika dirinya di terkam oleh kedua binatang buas itu.

Tak lama kemudian, Ricky kembali dengan membawa sebuah tali tambang yang cukup kuat yang ia temukan di hutan, dan sepertinya tali itu di tinggalkan oleh orang-orang yang pernah camping atau berkunjung  ke hutan tersebut.

Setelah Ricky mengikatkan tali itu ke sebuah pohon besar, ia pun membentuk sebuah lingkaran pada ujung tali satunya lagi dan dilemparkannya ke arah Davin.

"Davin-ie, lilitkan lingkaran itu ke tubuhmu dan aku akan menarikmu ke atas!" Perintah Ricky.

"Nde!" Sahut Davin menurut dan ia pun senang karena Ricky telah kembali untuknya.

Setelah berusaha dengan susah payah, akhirnya Ricky pun berhasil menarik Davin hingga sampai ke atas tebing.

"Hhh...hhh...hhh...!!"

Keduanya rebah di atas rerumputan dengan napas terengah-ngengah.

"Ricky...gomawoyo," Ucap Davin.

"Nde," sahut Ricky.

Setelah mengatur napasnya masing-masing, Davin pun kini menatap Ricky.

"Ricky, bagaimana kau bisa berada di tempat ini?" tanya Davin.

"Eh? Ng...a-aku...tadinya juga mau camping di sini sama teman-temanku. Tapi sepertinya mereka tidak jadi datang, sehingga acara campingku pun batal hehe...," bohong Ricky sambil tertawa kikuk.

"Oh, begitu," timpal Davin meski dalam hati ia merasa janggal.

"O ya, sekarang aku mau kembali ke tenda dulu ya. Aku takut teman-temanku yang lain mencariku," ucap Davin.

"Oh, iya," timpal Ricky.

"Hmm...sepertinya Davin belum tahu apa yang terjadi hari ini," batin Ricky.

"O ya, ngomong-ngomong bagaimana ceritanya kau bisa berada di dinding tebing itu tadi?" tanya Ricky kemudian.

"Jadi gini, tadi tuh aku bersama Hyunsik Hyung, Lex-eu Hyung, Beomsoo Hyung, Wain Hyung dan juga Sing sedang pergi mencari teman kami yang bernama Zayyan Hyung yang hilang sejak pagi saat kami bangun tadi. Dia murid baru di kelas Xodiac. Namun di dalam perjalanan, tanpa sadar aku terpisah dari yang lainnya. Dan saat aku melewati pinggir sungai ini, kakiku terperosok pada tanah yang lembek. Tapi beruntung aku tidak sampai jatuh ke dalam sungai, karena ada akar pohon yang menjadi peganganku. Lama sekali aku berteriak meminta tolong, tapi tidak ada satu pun yang menolongku," terang Davin.

"Oh, jadi begitu ceritanya," Ricky manggut-manggut. "Fix sih ini bocah keknya belum tahu dengan apa yang di alami oleh Zayyan maupun Sing," batin Ricky merasa aman.

"Ricky, bisakah kau mengantarku sampai ke perkemahan?" tanya Davin.

"Eum, boleh. Tapi sepertinya aku tidak akan sampai tepat di perkemahan kalian, karena kau tahu sendiri kan kalau hubungan ku dengan Lex-eu dulu tidak baik?" Ricky beralasan.

"Ng...iya sih."

"Ya, tapi aku akan tetap mengantarmu kok. Yuk kita jalan sekarang! Kau masih kuat untuk jalan, kan?" tanya Ricky.

"Iya, masih," jawab Davin.

Keduanya pun berjalan menuju ke tempat perkemahan.

Tapi setelah dekat ke perkemahan, Ricky memilih berhenti dan membiarkan Davin berjalan maju sendiri.

Sesampainya di sana, Davin terkejut karena semua tenda, barang-barang serta teman-temannya sudah tak berada di sana.

"Loh...loh...ke mana mereka? Tendanya mana? Terus barang-barang milikku juga di mana??" Pekik Davin panik.

Ricky yang melihat dari kejauhan pun akhirnya berlari menghampiri Davin.

"Ada apa, Vin?" tanya Ricky.

"Ini loh, teman-temanku nggak ada semua. Tempat ini juga udah kosong, tidak ada satu tenda pun!" Jawab Davin masih dengan wajah paniknya.

Ricky pun berpikir sejenak. "Mereka pasti saat ini sudah membawa Sing ke rumah sakit dan sebagian dari mereka juga mungkin sudah ada yang pulang," batin Ricky.

"Mm...mungkin teman-temanmu itu sudah pulang kembali ke asrama," ucap Ricky.

"Ha? Pulang?? Kok bisa sih mereka pulang tanpa mencari aku dulu? Kok mereka tega??" Davin tampak kecewa dan juga sedih.

Ricky mengusap-usap punggung Davin, mencoba untuk menghibur dan menenangkan bocah bongsor tersebut.

"Sabar ya, Vin. Udah sekarang mendingan kamu ikut aku aja, aku akan menemanimu pulang. Kita akan bersama-sama kembali ke Seoul, oke?"

"Oke," Davin menunduk lesu.

"Tapi ponsel dan dompetku ada di dalam tasku, jadi sekarang aku tak membawa uang sepeser pun untuk ongkos kembali ke Seoul," ucap Davin.

"Masalah itu tak usah kau pikirkan. Aku punya sedikit uang, dan itu cukup kok untuk ongkos kita berdua kembali ke Seoul," ucap Ricky.

"Mm...syukurlah. Aku pinjam uangmu dulu ya, nanti pasti aku akan menggantinya."

"Iya, udah santai aja. Nggak usah terlalu kau pikirkan. Ya udah yuk kita pulang!" Ricky merangkul pundak Davin yang badannya lebih tinggi darinya itu, lalu berjalan bersama meninggalkan area bumi perkemahan menuju ke halte terdekat.

"Hh...kenapa Zayyan Hyung tidak mengingatku dan mencariku dulu sebelum pulang ya? Padahal selama ini aku sangat menyayanginya dan bahkan rela meluangkan waktuku untuk menjadi guru dance pribadinya. Kalau yang lain tak perduli padaku, aku masih bisa terima. Tapi kalau Zayyan Hyung yang melupakanku...kok hatiku sakit ya rasanya?" Gumam Davin dalam hati.

"Apakah Zayyan Hyung tidak menyayangiku seperti aku menyayangi dirinya?" lanjut Davin lagi dalam hati.

***

Malam pun tiba, dan kini Sing telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Tubuhnya pun dipasangi selang infus, dan juga alat bantu pernapasan. Sementara bekas luka jahitan di punggungnya pun diperban, yang menyebabkan Sing harus dibaringkan dengan posisi miring ke kanan.

Zayyan dengan setia menunggui Sing yang masih belum sadarkan diri hingga saat ini. Leo dan Hyunsik sedang pergi ke luar untuk mencari makan. Sementara Lex belum juga kembali sejak ia berpamitan ke toilet tadi siang.

Zayyan menggenggam erat tangan Sing, dan dia sengaja duduk di kursi di sebelah kanan ranjang, sesuai dengan ke mana posisi tidur Sing menghadap saat ini.

Zayyan terus memandangi wajah damai Sing yang terlihat pucat saat ini. Air mata Zayyan kembali menetes melihat kondisi dongsaengnya itu.

"Sing...gomawo. Sekarang aku tahu seberapa besar rasa sayangmu padaku, setelah apa yang kau lakukan padaku hari ini. Kau rela terluka demi melindungiku," sebelah tangan Zayyan terulur ke depan membelai pipi Sing.

"Mianhae, Sing. Mianhae kalau selama ini aku mungkin terkadang kurang peka terhadapmu dan bahkan tanpa sadar sering tak memperdulikanmu. Tapi satu hal yang harus kau tahu bahwa sebenarnya aku juga...sangat menyayangimu, Sing. Dan aku janji ke depannya aku akan lebih perhatian dan peka terhadapmu," tutur Zayyan dengan segenap hati.

"Sing...apa kau tahu bagaimana perasaanku saat melihatmu terluka tadi pagi? Separuh jiwaku seperti pergi melayang entah ke mana. Aku sangat takut sekali. Aku takut kau tidak selamat. Dan jika seandainya kau tidak selamat, maka aku pasti tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri sampai kapan pun," tutur Zayyan lagi.

"Hyung...," tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Zayyan.

Zayyan yang terkejut, langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Ah, Leo, kau rupanya," Zayyan buru-buru menghapus air matanya.

Rupanya tanpa Zayyan sadari, Leo telah kembali sejak tadi dan ia pun tanpa sengaja mendengar semua ucapan Zayyan pada Sing tadi.

Leo cemburu? Iya, dalam hati ia cemburu. Tapi karena kondisi Sing saat ini sedang tidak baik, Leo mencoba untuk menahan hatinya dan memaklumi perkataan Zayyan tadi pada Sing.

"Kau sendirian? Di mana Hyunsik Hyung?" tanya Zayyan.

"Hyunsik Hyung sekarang sedang mencari Lex-eu Hyung," jawab Leo.

"Hhh...iya juga ya, ke mana ya Lex-eu sejak tadi siang ia belum juga kembali," timpal Zayyan.

"Hyung, ini ku bawakan makanan. Makanlah!" Leo meletakkan bungkusan berisi makanan ke atas meja nakas.

Zayyan tak selera melihat makanan itu, karena hatinya sedang sedih.

"Terimakasih, tapi aku tidak lapar," tolak  Zayyan.

"Ck!" Leo berdecak kesal, pasalnya sejak siang tadi Zayyan selalu menolak saat di ajak makan.

"Aku tahu Hyung sedang sedih karena Sing. Tapi Hyung juga harus makan supaya tidak sakit. Sejak tadi pagi kan kau belum makan, Hyung. Ayolah makanlah walau cuma sedikit!" Bujuk Leo.

"Ah, tapi aku benar-benar tidak lapar!" Tolak Zayyan lagi.

"Hyung, kau pikir Sing akan senang jika kau seperti ini? Jika nanti Sing bangun dan melihatmu sakit karena kau tidak mau makan, dia pasti akan memarahimu."

"Aishh! Tak bisakah kau mengerti perasaanku saat ini? Aku benar-benar tidak selera dan juga tidak merasa lapar sedikit pun, yang ku inginkan hanyalah Sing ku cepat bangun dan pulih!" Tanpa sadar Zayyan berucap dengan nada tinggi pada Leo.

Hal itu membuat Leo terkejut dan sedih. Sebelumnya, Zayyan tak pernah sekalipun berbicara kasar atau dengan nada tinggi pada Leo.

Leo pun menunduk dengan wajah sendu dan dengan bibirnya yang dimanyunkan seperti biasa jika ia sedang ngambek.

Untungnya Zayyan cepat menyadari hal itu. Selama ini Zayyan memang lebih peka dengan sikap Leo ketimbang Sing.

"Ouyin-ahh...mianhae, aku tak bermaksud memarahimu. Mianhae Ouyin," Zayyan menyentuh tangan Leo.

Tapi bulir bening dari mata Leo terlanjur jatuh dan mengenai tangan Zayyan yang sedang menyentuh tangannya.

Zayyan pun dapat merasakan bulir bening yang mengenai tangannya itu.

"Ouyin, kamu nangis?" Zayyan tampak merasa bersalah.

Zayyan pun berdiri dan memeluk tubuh Leo.

"Maafin Hyung ya, Ouyin. Maaf, kalau ucapan Hyung terdengar tinggi dan kasar. Maaf," tangan Zayyan mengusap-usap punggung Leo untuk menenangkan bocah itu.

Beberapa saat kemudian, Leo membalas pelukan Zayyan dan menyenderkan kepalanya di pundak Zayyan, meskipun sedikit agak sulit karena Zayyan lebih pendek darinya.

"Aku cuma nggak mau kalau sampai Zayyan Hyung sakit," cicit Leo.

"Iya, aku mengerti. Terimakasih atas perhatianmu, Ouyin. Baiklah, nanti aku akan memakan makanan yang telah kau belikan," timpal Zayyan.

Dan tanpa mereka sadari, di saat itu pula jari jemari Sing bergerak dan akhirnya Sing pun tersadar. Dan di saat ia membuka matanya, ia melihat Zayyan dan Leo yang sedang berpelukan saat ini.

"Aigoo! Kenapa harus pemandangan seperti ini sih yang ku lihat pertama kali?" gumam Sing lemah dan pelan.

Namun suara Sing terdengar oleh Zayyan maupun Leo, sehingga keduanya segera melepaskan pelukan dan melihat ke arah Sing.

"Sing??!!" Pekik Zayyan dan Leo bersamaan.

Leo pun menghapus air mata di pipinya sendiri, karena Zayyan sudah kembali fokus pada Sing.

"Kau sudah bangun? Ah, akhirnya kau sadar juga Sing!" Zayyan merasa sangat bahagia.

"Hyung, aku panggil Dokter dulu ya untuk memeriksa Sing," ucap Leo.

"Iya," sahut Zayyan, namun matanya tetap tertuju pada Sing.

Leo memencet bel yang ada di tepi ranjang yang di tempati oleh Sing saat ini untuk memanggil suster atau dokter ke ruangan.

Sing hendak berbalik telentang, namun Zayyan menahan tubuhnya.

"Jangan Sing! Jangan dulu terlentang, jahitan di punggungmu belum kering," Zayyan memberitahu Sing.

Mendengar itu Sing yang masih belum mengingat sepenuhnya dengan apa yang telah menimpanya hari ini, kini pikirannya jadi teringat akan kejadian tadi pagi saat di hutan.

"Ah, jadi aku beneran terluka ya, Hyung?" Tanya Sing polos.

"Ya iyalah, makanya kau sekarang ada di rumah sakit," jelas Zayyan.

Sing masih berusaha mencerna ucapan Zayyan, namun dokter dan seorang suster sudah keburu datang untuk memeriksa kondisinya.

***

"Lex-eu, kau di sini rupanya?" Hyunsik berhasil menemukan Lex. Rupanya Lex saat ini sedang duduk sendirian di sebuah kursi tunggu di koridor yang sepi.

"Kenapa kau tidak kembali lagi ke ruang tunggu tadi setelah dari toilet, hmm?" tanya Hyunsik.

Namun Lex tak menjawabnya. Lex hanya duduk diam dengan tatapan kosong dan wajahnya pun terlihat sangat lelah dan juga pucat.

"Lex-eu!" Hyunsik yang heran pun menyentuh kening Lex.

"Aigoo! Badanmu panas, kau Sakit Lex-eu?"

Lagi-lagi Lex tak menjawab, entah ke mana pikirannya saat ini.

"Lex-eu, ayo kita temui dokter! Kau harus segera di periksa!" Perintah Hyunsik.

"Aku maunya sama Zayyan," tiba-tiba Lex menjawab.

"Eh??"

"Tolong panggilkan Zayyan, aku mau dialah yang mengantarku ke ruang dokter dan aku mau Zayyan terus bersamaku," pinta Lex.

"Aigoo! Kau jangan aneh-aneh deh, Zayyan kan saat ini sedang menunggui Sing yang sedang sekarat. Masa kau juga minta di perhatikan oleh Zayyan juga sih?" Hyunsik tak habis pikir.

"Tapi aku maunya sama Zayyan...aku juga mau di perhatikan olehnya sama seperti dia memperhatikan Sing, Leo dan yang lainnya," tiba-tiba Lex merajuk seperti anak kecil.

"Aishh! Nih bocah manjanya ke luar juga akhirnya," batin Hyunsik antara gemas dan juga geregetan.

"Udah nggak usah sama Zayyan! Sama Hyung saja ya, Hyung akan memperhatikanmu juga kok! Ayo cepat ikut aku ke ruang dokter!" Hyunsik menarik paksa tangan Lex untuk mengikutinya.

"Aaahhh...nggak mauuu...maunya sama Zayyaaann...!" Lex terus merengek, namun Hyunsik tak menghiraukannya sampai mereka tiba di ruang dokter yang berjaga malam itu.

Bersambung...

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan komen dan vote ya biar cerita ini bisa terus berlanjut.

🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸🌺🌸

Continue Reading

You'll Also Like

1.8K 192 6
Dalam kota yang dipenuhi rahasia dan emosi, hujan bukan hanya sekadar elemen cuaca. Tetes-tetes yang jatuh membuka pintu ke dunia perasaan yang terse...
150K 11.4K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
9K 552 25
Tawa dan kehadirannya adalah suatu anugerah bagi orang-orang disekitarnya. Misaki hanya ingin menjalani kehidupannya dengan baik. Menghiraukan hidupn...
89.9K 11.5K 37
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...