My Sugar Mommy || Kim Junkyu

By VitaaCiMmin

516K 10.4K 1.7K

[Konten 21+] Semua berawal dari Kim Junkyu yang kepergok nonton film biru ditempat umum. ⚠FOLLOW SEBELUM BAC... More

Keciduk?
Surat Perjanjian
Pertama kali [21+]
Pernyataan [21+]
Sweetie Boys
Tugas Dinas
Jangan Sedih Noona [21+]
Crazy Having Sex [21+]
Pickup New Sugarbaby? [21+]
Rahasia Kita Bersama [21+]
Privilege
Mau Lihat Bulan? [18+]
Skandal [21+]
Tempat Sandaran
Home's [21+]
I Found You
Ayo, Noona!
Perihal Kejujuran [21+]
Before Ends
Tak Usai Disini
Akhir Disini
👰💍👨💘👶💒
The New World
Next Project With Ji [21+]
Vaksin Jejey
Sunday Vibes [21+]
Surprise
Mood Bumil
On The Way
Cobaan LDR
Hilang Satu Tumbuh Seribu
Tamasya [18+]
Madu Di Bulan [21+]
Dia di Masa Lalu
Berdamai Dengan Masa Lalu
Semua Aku Dirayakan
Jayden The Best Part
Riweh Day
Cemara
Weekand Vibes
SUPRISE PART 2
Night Change [18+]
Mommy Side [21+]
Wellcome To Jakarta
Juara Di Hati
All About BUMIL!!! [21+]
Kok Aneh
Gas Terus!
Gwenchana
Awal Dari Yang Baru
H- Lahiran
WELLCOME TO THE JUNGLE
Adaptasi
Perihal Hidup

TRAGEDI

669 34 2
By VitaaCiMmin

Matahari menyinari pulau Bali terik banget nggak membuat duo bumil-bumil kita malas untuk menjalankan rutinitas wajibnya, yaitu yoga hamil.

Vita sama Rachel memilih kelas siang, soalnya kalo pagi Vita masih harus berbenah rumah. Ngurus Jayden dan Junkyu, nggak sempat.

Kelas dimulai jam satu siang. Kebayang kan tuh matahari gimana kondisi nya, untung saja mereka yoga di dalam mall yang pastinya full AC.

"Yuk bunda-bunda tarik nafas perlahan-lahan, rileks kan pikiran dan hati kita resapkan energi-energi positif." Ucap pemandu yoga.

Para bumil-bumil mengikuti intruksi, termasuk Vita dan Rachel.

Setengah jam mereka melakukan gerakan yoga, setelah itu kelas berakhir. Nggak lama-lama takut bumil pada kecapean yang penting teratur dan konsisten agar menjelang kelahiran semuanya lancar.

"Udah lama nggak jalan ke mall Eonnie." Ucap Rachel.

"Iya nih, yuk lah sekalian kita belanja baju baby Chel." Ajak Vita.

"Bentar aku mau telepon suami dulu, hehe..." Rachel mengambil ponselnya.

Rachel telepon Hyunsuk begitu pula dengan Vita yang izin sama Junkyu. Mereka diizinkan kok, Junkyu dan Hyunsuk suami yang tidak overprotective kok. Tetep membebaskan istrinya asal nggak kecapean aja, inget waktu.

Semangat dah tuh dua bumil-bumil mau shopping-shopping menghabiskan uang suami, hahaha!

Kali ini mereka nggak belanja keperluan baby, mereka lebih belanja buat diri sendiri sebagai reward kecil. Vita ngajak Rachel ke toko kosmetik, borong make up dan lain-lain.

Nggak terlalu hectic kok, karena dua bumil udah masuk semester akhir. Jadi dikit-dikit istirahat, inget perut.

Setelah belanja, mereka mampir ke toko ice cream sambil istirahat, duduk-duduk cantik. Sebagai ibu-ibu yang aktif di media sosial, nggak kelupaan dong buat photo untuk diunggah di instagram.

"Eon, kok perut aku sakit ya?" Tanya Rachel. Baru disadari kalau sedari tadi wajah Rachel udah pucat.

"Loh!? Kok kamu baru bilang sih? Sakitnya kaya gimana? Dari kapan?" Tanya Vita bertubi-tubi.

"Dari kita pulang yoga si, tapi tadi masih sakit dikit sekarang sakit banget kaya melilit gitu."

"Astaga Rachel!!! Coba kamu telepon Hyunsuk sekarang biar dijemput."

Rachel masih tenang, ia menghubungi Hyunsuk sedangkan Vita udah panik duluan.

"Chelll!!! Kaki mu, udah pecah ketuban astagaaaa!!!!" Panik Vita lihat air ketuban Rachel mengalir di sela-sela kakinya.

"Kamu mau melahirkan itu!!!"

Sontak geger satu kedai ice cream mendapatkan seorang ibu hamil yang ingin melahirkan. Untung saja, pemilik kedai cekatan memanggil ambulans. Rachel di evakuasi dengan aman ditemani Vita.

Vita lebih tenang, dan bisa menghubungi Junkyu untuk segera nyusul bersama Hyunsuk ke rumah sakit.

"Ibu juga hamil?" Tanya perawat yang duduk bersama didalam ambulans.

"Iya Sus," Sahut Vita.

"Owalah, hati-hati ya nanti turun dari ambulans. Aturan tadi ibu nggak usah ikut, kasian nanti ibu dan bayi kecapean."

"Nggak papa Sus, saya kuat kok. Saya mau temenin."

"Suami pasien kemana ya, bu?"

"Sedang diperjalanan."

Sesampainya dirumah sakit, Rachel segera ditangani oleh medis diruang persalinan sembari menunggu pembukaan sembilan, sebab Rachel saat ini masih pembukaan lima.

"Noona!" Dari arah pintu Junkyu berlari bersama dengan Hyunsuk.

"Junkyu!!!" Vita menghampiri Junkyu lalu memeluknya, "Rachel ada didalam Suk, sana masuk temenin Rachel." Ucap Vita setelahnya.

"Iya terimkasih Noona, Hyunsuk masuk dulu ya, Kyu, Noona."

"Iya Hyung, semangat! Gue mau balik anterin Noona terus kesini lagi bareng Jihoon, sama Asahi, Yoshi."

"Sippp! Thanks."

<~>

Sepulang sekolah para cewek-cewek; Ajeng, Aruna, Minji mau pergi ke salah satu cafe yang baru buka dan tengah hits di dekat area sekolah.

Mereka pesan makan sambil sibuk dengan urusan masing-masing, seperti Aruna mengerjakan PR fisika, Ajeng scrolling Twitter dan Minji hafalin tugas pidatonya.

"Eh! Eh! Gue mau nanya deh, besok beneran bakal upacara?" Tanya Ajeng.

"Seinfo dari grup si katanya iya, jaga-jaga bawa topi dasi." Sahut Aruna sambil tetap fokus pada buku tebalnya.

"Kamu nggak hafalan Jeng? Besok kamu juga maju loh." Ucap Minji.

"Santuy, gue mah nggak perlu dihafal yang penting pemahaman materi Ji."

Minji mengangguk pelan, udah paham dia sama karakter Ajeng yang emang nggak terlalu suka belajar materi apalagi hafalan.

Ajeng enjoy menikmati suasana cafe yang memutarkan lagu k-pop kekinian,ditambah ngemil brownies coklat yang dipesan nya udah deh lupa segala-galanya.

Beda banget sama Aruna, auranya suram banget. Rambut sedikit berantakan akibat dari Aruna yang suka ditarik-tarik saking pusingnya, mana suka ngetuk-ngetuk meja pakai pulpen.

"Halah taik! Udah diitung susah-susah nggak nemu lagi." Omel Aruna.

"Sabarrr... Sabarr...." Ucap Ajeng. Tangan nya menepuk pundak Aruna.

"Kesel anjir, susah banget. Otak gue nggak nyampe."

"Minta ajarin Indra aja, dia kan jago." Celetuk Minji.

"Bener tuh." Sahut Ajeng.

Aruna mengangkat alisnya, "Idih, ogah!" Aruna menutup buku dan merapikan barang-barangnya.

"Ehhh, ehhh... Mau kemana lo?" Tanya Ajeng.

"Cabut," Aruna bergegas pergi.

"Ih kok pergi si?!" Tanya Minji.

"Ada urusan, gue lupa." Sahut Aruna yang sudah meninggalkan kedua temannya.

"Aneh deh."

Disekolah, Jayden dan Indra baru saja keluar dari ruangan Pak Djarot. Dia habis membahas lomba matematika dan fisika yang akan diadakan setengah bulan lagi.

"Kalian istirahat, belajar nya jangan banyak-banyak." Pesan Pak Djarot, "Nggak usah khawatir tentang menang atau kalah, saya yakin kalian sudah membuat sekolah bangga."

"Iya Pak, siap!"

Pak Djarot menepuk pundak Indra, "Terkhusus kamu, Indra. Bapak akan selalu ada untuk kamu, jangan pantang nyerah ya. Kamu hebat, kamu anak hebat."

"Iya Pak, terimakasih sudah memberi Indra kesempatan ini, Indra janji akan kasih yang terbaik." Ucap Indra.

"Tentu, sudah kalian pulang sana sudah sore."

Keduanya mengangguk, lalu beralih pergi. Jayden melirik sebentar kearah Indra.

"Lo nggak papa?" Tanya Jayden.

"Gue ngerasa hidup gue udah nggak lama Jey." Ucap Indra sambil tersenyum.

"Gila ya lo, ngomong apaan sih!"

"Hahaha... Ya itu yang gue rasakan, gue duluan ya." Indra memakai helm lalu menaiki motornya.

"Hati-hati, kabarin gue kalo ada apa-apa." Ucap Jayden sedikit khawatir.

"Kalem, aman." Sahut Indra.

Bremmm bremmm

Indra melajukan motornya meninggalkan area sekolah, tujuannya ialah rumah sakit cipta harapan. Tempat dimana Indra cuci darah rutin dua minggu sekali.

"Lama banget, gue udah hampir lumutan disini cuman nungguin lo doang!" Omel Aruna sesaat Indra sampai di tempat.

"Sorry, tadi kelamaan ngobrol sama Pak Djarot." Indra tersenyum sambil mengacak rambut Aruna, "Btw thanks lo udah mau nemenin gue."

"Ya, sama-sama ayo buruan lo udah ditunggu dokternya." Aruna menggandeng tangan Indra ke ruangan cuci darah.

Indra masuk kedalam ruangan, dokter dan suster disana sigap menangani cuci darah Indra.

"Sakit nggak?" Tanya Aruna saat tangan Indra ditancapkan jarum.

Indra menggeleng sembari tersenyum manis, "Tetep disini ya sampai gue selesai." Pintanya.

"Iya." Aruna menggenggam tangan Indra.

Indra terus memandangi wajah Aruna tak sekalipun ia berpaling. Indra bahagia melihat Aruna mau menemaninya cuci darah nggak henti ia tersenyum.

"Na, kalo gue udah nggak ada jangan lupain gue ya."

"Apaan si lo. Ngomong jangan suka ngelantur, gue nggak suka."

"Makasih."

Cuci darah berjalan lancar, Indra sudah diperbolehkan pulang selepas proses selesai. Di Koridor rumah sakit, nggak sengaja mereka berdua bertemu dengan Junkyu.

"Om Junkyu!" Sapa keduanya.

"Kalian kok ada disini, Una? Indra?"

"Iya abis check up kesehatan aja Om, Om apa kabar?" Tanya Indra.

"Owalah gimana hasilnya? Om sama Tante mah selalu sehat."

"Baik kok Om."

"Kapan-kapan main ke rumah, Om tinggal dulu ya Tantenya Jayden lagi melahirkan, Om mau temenin suaminya. Dah Indra, Una."

"Dadah Om!"

Junkyu berjalan cepat menuju ruangan bersalin, didepan ruangan ada Hyunsuk dengan wajah pucat pasi ditemani Jihoon.

"Rachel udah mau pembukaan berapa?" Tanya Junkyu.

"Sembilan." Sahut Hyunsuk.

"Ini bocah gue suruh temenin istrinya nggak mau anjir, kesel gue jelasinnya." Omel Jihoon, "Lo tuh harus didalem nemenin Rachel, disaat kaya gini dia perlu kehadiran lo anjir!"

"Emang kenapa lo nggak mau masuk Hyung?" Tanya Junkyu.

Hyunsuk menghela nafas berat, "Jujur... Gue takut. Gue trauma."

Mendengar penuturan Hyunsuk membuat keduanya terdiam.

"Dulu Mama dan adik gue meninggal dunia didalam ruang bersalin. Gue takut, makanya gue sempat komitmen dengan Rachel untuk tidak punya anak karena trauma gue."

"Gue paham, tapi untuk saat ini Rachel butuhkan sosok lu buat dampingi dia." Ucap Jihoon.

"Hyung, gue yakin lo bisa lawan rasa trauma lo. Ini moment berharga lo menyaksikan perjuangan istri lo, lo juga menyaksikan untuk pertama kalinya anak lo bernafas didunia ini. Jangan lewatin moment, gue nggak mau lo nyesel." Ucap Junkyu.

Hyunsuk terdiam sejenak. Junkyu dan Jihoon tetap terus memberi semangat si bapak yang bentar lagi official jadi bapak sesungguhnya.

"Do'ain gue ya." Ucap Hyunsuk sambil berdiri dan masuk kedalam ruangan.

"Yoiii!!!!"

"Semangat bro!!!"

Riuh dah tuh duo maut menyemangati Hyunsuk. Hyunsuk udah keringat dingin memasuki ruangan bersalin, mana AC nya dingin banget bikin makin deg-degan.

Rachel menoleh kearah Hyunsuk, "Babe..."

"Hai sayang, gimana?" Hyunsuk mengelus kepala Rachel dan memberi kecupan hangat di dahinya.

"Sebentar lagi." Nampak Rachel sangat deg-degan menanti kelahiran nya.

"Aku akan disini nemenin kamu, jangan takut."

"You sure?" Tanya Rachel ragu, ia tau banget tentang trauma Hyunsuk.

Hyunsuk mengangguk, "Sure, babe... I am hare for you."

<~>

"Mommy, Daddy kemana?" Tanya Jayden, ia sedang mengeringkan rambut sehabis mandi.

"Nemenin Uncle Hyunsuk dirumah sakit." Ucap Vita. Si bumil kita lagi rebahan diatas sofa sambil nonton serial netflix.

"Emang siapa yang sakit?"

"Aunty Rachel melahirkan hari ini."

"Lohhh?! Kok bisa si Mom, kan katanya masih dua minggu lagi."

"Itu cuman perkiraan sayang, bisa saja maju atau mundur."

"Oooh gituuu... Jadi Mommy juga bisa gitu dong?"

"Ya nggak tau, tergantung Dedek moodnya gimana." Sahut Vita santai.

Jayden baru menyadari dengan tontonan yang Vita lihat, "Ih! Mommy sejak kapan suka film monster-monster gitu ih serem."

"Sejak si Songkang jadi monster ganteng, Mommy suka lihatnya."

"Aneh Mommy, masa nonton film serem." Namun tetap Jayden ikut nimbrung disebelah Mommy nya.

"Jejey kalo takut sana masuk kamar, ngapain ikut Mommy nonton." Ucap Vita saat Jayden berusaha nutupin mukanya pakai bantal waktu adegan monster keluar.

"Hehehe... Nggak papa, nemenin Mommy daripada Mommy sendirian."

Berdua anak ibu itu larut dalam film, tak terasa sampai lewat jam sepuluh hampir jam sebelas malam mereka masih stay di sofa ruang tengah nonton film ditemani beberapa cemilan dan minuman yang sesekali Jayden ambil di kulkas.

Lagi asik-asik nontonin adegan menegangkan tiba-tiba saja lampu dan seluruh listrik dirumah mati total. Vita terperanjat pelan sambil panik memegangi perutnya.

"Jeyyy!!!" Panggil Vita heboh.

"Mommy, Jejey disini." Sahut Jayden sambil memegang tangan Vita.

"Ini kenapa mati si? Daddy kamu lupa bayar lampu?"

"Jey nggak tau Mom, coba Jey periksa kedepan."

Jayden ditahan Vita, "Kamu keluar gelap-gelapan gini bahaya Jey."

"Nggak Mommy, Jey bisa. Mungkin listrik kita turun, saklar nya harus dinaikin lagi Mommy."

"Hati-hati nak,"

"Iya Mommy, Mommy disini aja Jey takut Mommy jatuh."

Vita mengangguk, "Iya kamu juga jalannya pelan-pelan."

Jayden menuruti perintah Mommy nya, dia jalan perlahan menuju kearah luar rumah. Dilihat sekitar, cuman rumah nya saja yang mati sedangkan rumah-rumah yang lain baik-baik saja.

Dibukanya pintu, Jayden langsung menaikkan saklar dan lampu serta listrik kembali nyala.

Brak!

Secara tiba-tiba ada serangan dari belakang Jayden, untungnya tidak tempat sasaran sebab Jayden langsung menghindar.

Jayden berbalik, dihadapan nya kini ada seseorang berbaju serba hitam dan memakai penutup kepala hingga hanya terlihat matanya saja.

"Siapa lo?" Tanya Jayden.

Orang itu tidak menjawab dan malah menyerang Jayden kembali, namun sayang serangannya tidak ada apa-apa nya bagi Jayden si atlet taekwondo. Satu kali tendangan si pelaku jatuh tersungkur ke lantai tak berdaya.

"Ck, sial." Umpatnya.

Saat Jayden lengah si pelaku mengeluarkan sebilah pisau dan langsung menodongkan ke arah Jayden. Kembali memberi serangan dengan pisau itu, Jayden mulai panik. Ia takut orang itu berhasil masuk kedalam rumah dan menyakiti Mommy. Sebisa mungkin Jayden menahan orang itu agar tidak dapat masuk.

"Akh!!!" Jayden berteriak kesakitan sebab ia menahan pisau nya dengan tangan.

Suara gaduh dari arah luar membuat Vita penasaran dan menghantarkan nya berjalan keluar, "Jey kenapa rib-ASTAGA JAYDEN!? TOLONG! MALING! MALING!"

Vita berteriak-teriak histeris sembari menangis menyaksikan anaknya tengah berkelahi dengan seseorang asing didepan matanya.

Si pelaku menatap Vita yang berdiri tidak jauh dari mereka, Vita panik dan segera menutup pintu keras-keras.

Pelaku ingin mendobrak pintu, namun Jayden menahannya.

"MOMMY CEPET TELEPON POLISI!" Teriak Jayden di sela-sela ia melawan si pelaku yang terus memberontak dan menyerangnya.

Darah mengalir bercucuran dari luka akibat menahan pisau. Untung saja Vita gerak gesit mengambil ponsel, dan dengan tangan gemetaran ia menghubungi pihak kepolisian.

Jayden membanting tubuh pelaku, kali ini pelaku tak berkutik ditempat saat posisinya sudah tidak berdaya. Jayden mencoba mengunci pergerakan si pelaku sebab ia masih terus berusaha melawan, dan malangnya pelaku sempat menancapkan pisau kearah Jayden.

"Agrhhh!"

"JAYDENNNNN!!!!"

<~>

Jam dua tiga lebih dua puluh lima menit persalinan Rachel selesai, bayi Rachel dan Hyunsuk terlahir ke dunia dengan selamat, sehat, dan tanpa kekurangan suatu apapun.

Bayi mereka berjenis kelamin laki-laki seperti yang sudah didambakan kedua pasutri itu. Anak laki-laki tampan yang mewariskan gen Hyunsuk.

Hyunsuk menangis terharu menatap buah hatinya yang tengah terlelap diatas tubuh Rachel.

"Tampan sekali anak kita ya, Babe." Ucap Hyunsuk penuh haru.

Rachel hanya mampu mengangguk sembari tersenyum bahagia menatap anaknya.

Setelah berharu-haru, Hyunsuk digiring keluar ruangan bersalin sama suster sebab Rachel dan bayinya sudah waktunya istirahat.

Didepan ruangan masih ada dua bujang dan dua bapak-bapak standby.

"Wiihhh! Wellcome to the group bro!" Sambut Jihoon.

"Congrats Papa muda!" Ucap Yoshi.

"Cieee~ yang official jadi bapak." Ucap Junkyu.

"Nih, Hyung minum." Kata Asahi yang sangat perhatian dengan kondisi Hyunsuk pucat lemas namun bahagia.

Hyunsuk bergabung duduk bersama empat kawannya, setelah duduk tenang mengumpulkan tenaga akhirnya Hyunsuk kembali heboh menceritakan pengalamannya didalam sana. Semua nyimak antusias, termasuk Jihoon yang udah punya pengalaman lebih dahulu.

Junkyu menatap iri namun sabar, dia juga nanti bakal merasakan. Yang miris kedua bujang yang belum keliatan hilal nya.

"Oh ya, lo nggak balik Kyu? Kasian Noona di rumah berdua doang sama Jayden." Ucap Yoshi.

"Pagi aja deh sekalian, kalo balik sekarang gue nggak bawa kunci rumah kasian juga bangunin tengah malem gini mereka pasti udah tidur." Sahut Junkyu santai.

"Kalo lo, Ji?"

"

Iya gue juga paling balik pagi, gue udah kabarin Jiyoon. Anak-anak mah aman." Ucap Jihoon.

"Okey deh."

Berlima kembali cerita-cerita biasalah kalo udah ngumpul mah apa aja diceritain. Sampai pada mesen makanan lewat aplikasi online, untung masih ada yang buka jadi obrolan mereka makin lengkap.

"Ji, perasaan gue kok nggak enak ya. Kaya ada yang ngeganjel." Ucap Junkyu yang tiba-tiba aja si bapak otw dua anak itu gelisah dan risau.

"Hayolooo... Kenapa lu?" Sahut Jihoon masih bercanda.

"Dari terakhir gue chat Noona belum di bales, biasa jam segini Noona kebangun buat ngemil malem." Ucap Jihoon khawatir sambil menatap layar ponselnya.

"Buset Noona makan jam segini tiap hari?" Tanya Asahi, "Emang bisa ngunyah?"

"Lu nggak tau sahi, jam dua malem juga kalo kebangun bisa ke kulkas ngambil brownies terus dicemilin. Mana tuh bumil kalo makan harus nonton belekping." Sahut Junkyu diselingi ketawa pelan, padahal dalam hati udah gelisah setengah mati.

"Kalo lagi hamil emang napsu makannya meningkat, Rachel aja sehari makan bisa lima sampai tujuh kali." Sahut Hyunsuk yang dibalas anggukan Jihoon dengan pengalaman yang sama waktu istrinya hamil.

Dua bujang cuman mengangguk-angguk doang sambil nyengir.

"Anjirlah! Gue cabut, nggak beres ini." Ucap Junkyu sembari mengambil jaket dan beberapa barangnya.

"Kenapa lo?" Tanya Jihoon ikutan panik.

"Gue habis lihat CCTV, ada rampok!"

"HUAPAAA?!"

Sontak keempatnya bangkit secara bersamaan dan mengikuti Junkyu yang sudah lari kencang menuju mobil.

<~>

K

ita do'akan semoga Author ini berbaik hati agar bisa happy ending 😄

Please comment dan vote sebagai bentuk support ke author
💗

Continue Reading

You'll Also Like

293K 22.7K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
427K 8K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
60.6K 3.6K 31
Bagaimana jadinya jika sasuke ialah Ceo Uchiha Corp dijodohkan oleh gadis polos dan lugu seperti sakura? Bagaimana cara sasuke menghadapi kepolosan c...
220K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...