Hi, We Are ZxVorst Team

By matchaIatte

18.7K 713 541

Tongkrongan bukan sembarang tongkrongan. Tongkrongan kami bukan kumpulan anak berandal, tapi anak-anak yang i... More

Prawacana
Chapt. 1
Chapt. 2
Chapt. 3
Chapt. 4
Chapt. 5
Chapt. 6
Chapt. 7
Chapt. 8
Chapt. 9
Chapt. 10
Chapt. 11
Chapt. 13
Chapt. 14
Chapt. 15
Chapt 16
Chapt 17
Chapt. 18

Chapt. 12

403 20 0
By matchaIatte

Hoyy, sedang apa kau di sanaaa? Ya, jelas lagi bacalah, yaa.

Oke dah, ayo votmentnya manaa??

==========================================




"Gue dijodohin," cicit Aiden dengan tatapan yang mulai kosong. Tatapan itu kembali seperti ia dua hari yang lalu. Ketika ia pulang dari pondok pesantren kakeknya.

Seketika dalam ruangan yang sunyi nan sepi itu mendadak menjadi ramai dengan teriakan histeris, terkejut, dan tak menyangka. Semua, terkecuali Jessie dan Varess yang masih tertidur pulas di lantai.

Ravend merasa tak yakin, ia berkali-kali menggeleng hingga mencoba memastikan. "Lo ... beneran ngga, nih? Jangan-jangan lo nipu kita? Bilangnya dijodohin tahu-tahu nikah ngga ngenalin calon," ucap Ravend.

Aiden berusaha untuk memastikan temannya, meskipun ia sendiri masih belum yakin. "Gue juga ngga tahu, tapi ntah kenapa gue berharapnya ini bohongan," harapnya. "Ultah gue kapan, sih?" tanyanya setelah ia berharap.

"Ya, mana gue tahu! Lo yang lahir, ngapa gue yang harus inget tanggal lahir lu!" Ravend menoyor jidat Aiden yang masih terasa pusing.

Sang pemimpin itu segera melirik Ravend dengan tatapan yang mematikan, seakan detik ini juga ia akan menyiksa Ravend habis-habisan. "Gue serius."

"Lah? Gue juga serius, Den. Kan, lo yang lahir, ngapa lo yang nanya ke gue? Bahkan tanggal lahir gue aja gue ngga ingat pasti," belanya.

Hening sesaat. Aiden bahkan hampir lupa ingin bercerita selanjutnya.

"Ekhem, iya ini gue serius. Lanjut, dong, Den. Gue penasaran siapa cewek yang dijodohin sama lo, jangan-jangan mantan gue lagi."

Ctak!

"Kalau dia mantan lo, udah gue tolak perjodohan ini mentah-mentah. Udah gue buang ke Antartika!"

Ravend sempat mengadu, kemudian berkata kembali. "Kenapa? Gitu-gitu mantan gue cakep, Den. Cantik, semok bahenol."

"Ngomong lagi gue lakban mulut lo 100 lapis!"

"Kejam!"

Begitulah keduanya asik berdebat hingga tak sadar bahwa cewek-cewek yang ada di sekitar mereka mulai sadar dan terbangun dari tidurnya. Mereka menatap Aiden dan Ravend penuh heran. Entah hal apa yang mereka perdebatkan.

"Woe, bisa diem, ngga!" teriak Varess dengan mata yang masih terpejam.

Sontak kedua lelaki itu menoleh. Aiden dengan lirikan maut ke arah Ravend dan Ravend yang tanpa bersalahnya tersenyum kikuk takut diserang Aiden.

"Ekhem," Ravend berdeham. Kemudian, ia berjalan menuju  ke arah Varess dan Hazell yang nampak masih setengah sadar dengan raga yang enggan bangun.

"Oy, oy. Gue punya kabar gembira. Tapi, lo pada bangun dulu, dong. Yang bangun duluan ditraktir seblak," ujar Ravend sembari menepuk pipi kedua teman ceweknya itu. "Sama Aiden tapi, gue mah bokek," lanjutnya.

Sontak, Aiden yang merasa dipanggil namanya langsung melotot tajam pada Ravend. Meskipun tatapan itu dibalas cengiran tak berdosa. Tak segan-segan, bahkan Aiden saking geramnya ia melempar sebuah roti tawar utuh ke muka mulus Ravend.

"Waw, thanks, Bro. Gue sarapan dulu, yak! Lo kalau butuh apa-apa, ada baby sitter tuh, yang bakal bantu lo." Tak menunggu lama, Ravend beranjak dari sana sembari membawa roti tawar tersebut. Namun, ia kembali lagi ketika lupa membawa topping untuk rotinya.

"Duh, lupa. Buat gue kan, ya? Iyalah, kan, dilempar ke gue," monolognya sendiri.

Aiden hanya bisa pasrah. Menanggapi Ravend sama halnya seperti menanggapi preman kurang akhlak. Mau sebanyak apapun ancaman tak akan mempan.

"Bisa serius?" Aiden berucap dengan datarnya.

Bulu kuduk Ravend langsung berdiri kala netranya bertatap langsung dengan sorot tajam dari mata Aiden. Mulutnya yang tengah mengunyah roti pun berhenti seketika.

Ravend mendudukkan dirinya di atas kursi di samping ranjang rumah sakit yang terdapat Aiden di atasnya, kemudian menatap Aiden dengan tatapan yang berbeda dengan sebelumnya. Tatapan yang mengajak keseriusan, meskipun mulutnya tak juga berhenti mengunyah. Nanggung, katanya.

"Apa? Mau bilang apa? Gue dari tadi juga serius nanya, lo-nya ngga mau jawab. Sekarang mau bilang apa?" tanyanya beruntun.

Aiden sempat terdiam sesaat, "emang tadi lo nanya apaan?"

Ravend berdecak. Ia berpikir Aiden segera mengucapkan kalimat yang membuatnya penasaran. Namun, kenyataannya, ia malah balik bertanya.

"Gini, nih, kalau orang baru bangkit dari alam ghaib. Mau ditanya beberapa detik yang lalu juga lupa," katanya jengah.

Aiden menggigit bibirnya. Ia bahkan seperti orang linglung sekarang. Tatapan kosong itu kembali lagi menghampiri raga Aiden. Pandangannya yang semula menatap Ravend, kini tak lagi berarah, ia seperti menunduk.

"Heh, heh, Den. Sadar lo, nyet! Ga usah bengong lagi. Kemasukkan poci mampus lo! Sadar, sadar. Istighfar. Tau istighfar ga? Yang Alhamdulillah .... Eh, astaghfirullah. Iya, yang begitu. Ayo, gue tuntun. Astaghfirullahaladzim ...."

"Astaghfirullahaladzim," Aiden mengikuti.

"Iya, terus. Astaghfirullahaladzim, 3 kali, Den. Kalau mau lebih ngga papa. Ayo, lagi."

"Astaghfirullahaladzim."

"Astaghfirullahaladzim ...."

"Udah. Gimana?" tanya Ravend masih setengah panik.

"Udah. Gimana?" Aiden menirukan lagi.

"Ealah si monyet. Ya, ga usah lo tiruin lagi lah bego! Udah selesai. Mau gue ruqyah lo?" kesal Ravend.

Aiden tak menjawab lagi. Ia masih dengan tatapan kosong itu. Membuat Ravend semakin gelisah. Takut jika tiba-tiba Aiden berubah menjadi monster yang mengerikan, yang akan menyerangnya secara tiba-tiba. Atau mungkin, tiba-tiba Aiden kemasukkan jin jahat.

"Den .... Sadarlah, sadarlah, sadarlah. Bim bim salabim, abrak kadabrak, muah." Keluarlah mantra tak berguna dari mulut Ravend, diakhiri dengan bibirnya yang sudah monyong hendak mencium Aiden.

Entah reflek atau tiba-tiba sadar, Aiden segera menjauhkan kepalanya dari bibir Ravend yang seperti bebek. "Ngapain lo?"

"Nyium lo biar sadar."

"Kagak, kagak. Minggir lo!"

"Mau ke mana emang?"

"Nikahin emak lo!" sebal Aiden pada Ravend.

"Mak gue, kan, udah ngga ada, Den. Lo mau nikahin mayit apa gimana? Terus calon bini lo gimana? Duh, sayang banget, Den, kalau lo sia-siakan. Siapa tau cantiknya modelan kayak Jennie Aespa gitu."

"Terserah."

"Kayak cewek lo, ngomongnya terserah-terserah."

"Diem lo! Ngomong lagi gue lakban beneran," ancam Aiden.

"Emang lo bawa lakban?"

"Gue beli ntar."

"Emang lo bawa duit?"

"Minjem dulu"

"Mau minjem siapa lo?"

"Lo kek, atau siapa?"

"Eits, ngga bisa. Gue pelit, ngga mau minjemin."

"Terserah ah. Minggir lo!" perintah Aiden agar Ravend menepi, tidak menghalangi aksesnya untuk turun dari ranjang.

"Mau ke manaa?" Ravend masih bertanya.

"Kamar mandi"

"Bisa jalan?" tanyanya lagi.

"Gue ngga lumpuh, Pen!"

Ravend pun hanya menahan tawanya. Sungguh, sebenarnya malam ini ia bahagia dengan kesadaran Aiden. Namun, tak tanya itu. Membuat Aiden kesal juga menjadi kebahagiaannya.

Sembari menunggu Aiden menyelesaikan hajatnya di kamar mandi. Ravend tanpa sengaja melirik nakas di samping ranjang yang terdapat ponsel yang sedang dicas. Layar ponsel itu menyala, melihatkan sebuah notifikasi WhatsApp dari nomor tak dikenal.

+62 81235645789
| Assalamualaikum
| Permisi, ini nomornya A' Aiden bukan? Salam kenal, A'. Aku ....

Alis Ravend bertaut. Siapa cewek yang mengirim pesan itu? Mengapa ia memanggil Aiden dengan sebutan A'a? Mungkinkah itu adiknya? Namun, Aiden bahkan bercerita padanya bahwa adik dia satu-satunya sedang di luar negeri. Kecil kemungkinannya bila itu nomor adik Aiden. Terlebih lagi memanggilnya dengan sebutan A'a.

Lantas, siapa cewek tersebut?




==========================================

Siapa tuh?!
Tebak, tebak. Dia adeknya Aiden atau .... Pacarnya Aiden? Atau .... Siapa, yaaa

Komen, dong. Yang bener dapat kebenaran wkkwkw

Duh, maaf, ya, Chaens. Lamaaaaa banget ga update. This is cemas, cewe pemalas.
Ah, ga deng. Mang lagi sibuk aja sama urusan kehidupan yang tiada ujungnya ini. Makanya, mumpung liburan, aku mau usahakan untuk rajin update. Semoga aja ga ingkar ucapan lagi, yak.

Tapi, ya ga tiap hari juga, sih ...

Dah, intinya begitu dah.

Kalian apa kabar btw?
Jangan lupa votment, ya!

Babayy

Continue Reading

You'll Also Like

45.2K 687 11
What if Thomas had a sister named Taylor, that came up with him at the same time? What if a certain runner falls for her? And what if she has somethi...
6.3K 254 93
☆ - Whatever tf happens in my life. Save so you never miss an update !! ☆ - None of the art I repost are never mine , lmaoo !!
94K 2.7K 24
3 Tahun mengalami Amnesia. Membuat seorang Marven menggila dengan kehidupannya. Kehidupan yg awalnya diisi dengan baku hantam antar geng motor. Kini...
3.3M 176K 43
[FIRST BOOK IN THE 'HIS' SERIES] [2017] "Hi." Kyla smiles nervously. "Hi." Cole greets back, just as nervously. The boys and I share a roll of the ey...