Crimson Autumn

By VanadiumZoe

25.9K 6.2K 1.4K

Ketika rasa cemas lebih dekat dari detak jantungmu sendiri. -- Jeon Jungkook mempunyai kecemasan yang sulit d... More

SALAM AWALAN
INTRO_HIM
1
2
3
INFERNO
1
2
3
4
5
6
7
SNOWDROP
1
2
3
4
5
6
7
8
BLUE SPRING
1
3
4
5
6
7
8
9
10
AUTUMN LEAVES
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
CRIMSON
1

2

356 113 10
By VanadiumZoe


"Sera, ayo bangun! Nanti kau terlambat ke sekolah."

Sera tersentak bangun bersama napas yang terasa berat dan wajah lembab yang hangat. Dia mengedarkan pandangan dan tersentak kedua kalinya, begitu gelombang ombak besar datang menerjangnya. Dia gelagapan, berusaha naik ke permukaan sembari meneriakkan satu nama.

"Ibu! Tolong aku!"

Gulungan air asin membawanya kian dalam, memenuhi rongga mulut dan hidung sementara dia melihat sosok sang Ibu berlarian menyusul ke laut lepas yang sedang pasang. Tangan sang Ibu berhasil memeganginya, dia ditarik ke atas sebelum ombak lebih besar kembali datang.

Suara ayahnya terdengar kemudian, tangannya ditarik oleh ayahnya. Dia berusaha menarik sang Ibu bersamanya, tetapi pegangannya terlepas. Ibunya menjauh, jauh dan semakin jauh, tersapu gelombang ke dasar lautan, tenggelam tanpa pernah bisa ditemukan lagi.

Sera kembali terjaga dari mimpi yang terasa sangat nyata sampai dia terbatuk-batuk, seolah-olah ada air yang memenuhi mulut dan hidung yang membuat rongga dadanya sesak. Sera mencoba bernapas normal tapi tidak berhasil, wajahnya terasa sangat panas dan dia haus.

Dia keluar dari kamar, sempoyongan menuju dapur yang terasa sangat jauh. Dia naik tangga ke lantai tiga di antara dunianya yang berputar sangat cepat, mencoba mengingat area dapur tapi justru melihat sosok besar mendekatinya. Sebelum sempat melafalkan nama pria itu, dia sudah jatuh lemas dan pria itu buru-buru mengangkatnya.

"Sera, bangun!"

Sera bisa mendengar suara Jungkook, merasakan tangan pria itu menepuk pipi. Tetapi matanya seperti diberi lem, dia tidak punya daya untuk sekedar mengerjap atau mengangkat kepala, lalu tubuhnya yang awalnya duduk direbahkan ke tempat tidur.

"Sera, buka matamu. Demammu tinggi sekali, kau harus minum obat." Jungkook berkata, lalu setengah memaksa Sera duduk, menjejalkan sesendok paracetamol yang sudah dia cairkan ke mulut Sera.

Sera terbatuk-batuk, setengah sadar menelan obat yang terasa getir dan meminum segelas air. Suhu tubuhnya sangat panas, dia lemas, membiarkan Jungkook mengompresnya. Dia bahkan diam saja saat tangan Jungkook meletakkan kompres air hangat di kening, lipatan lengan dan lehernya.

Dua menit kemudian—atau begitulah rasanya, Sera terbangun lagi dengan hentakan keras dan berkeringat, membasahi wajah dan pakaiannya. Dia menoleh, mendapati Jungkook ketiduran, duduk bersandar di ranjang di sebelahnya. Sera mengedarkan pandangannya yang berbayang, kepalanya sakit dan berputar-putar.

Dia tahu tidak berada di kamarnya, tapi terlalu lemas untuk turun dari tempat tidur dan pindah kamar. Dia kepingin ganti baju, namun akhirnya bersandar di sebelah Jungkook. Suhu badannya masih sama, panas, sampai-sampai dia seperti mengeluarkan uap panas dari tenggorokan.

"Jungkook—" Sera berusaha membangunkan Jungkook. Dia tidak ingin mati sendirian, masih ingin pulang untuk melihat ayah dan adiknya.

"Sera!" Jungkook tersentak bangun, refleks memegangi wajah Sera yang merah karena demam.

Gadis itu berkeringat, nyaris roboh kalau dia tidak memeganginya. Jungkook merebahkan Sera, menyambar ponsel dan menelepon Seokjin. Di antara kepanikan, dia menjelaskan kondisi Sera.

"Beri paracetamol tiap empat jam, kompres, ganti pakaiannya tiap dia berkeringat. Kalau tetap tidak berkurang bawa dia ke rumah sakit." Seokjin berkata di seberang telepon.

Jungkook mengambil obat lagi dan meminumkannya pada Sera, dia mengambil satu kaos putih dari lemari pakaiannya lalu tertegun di pinggir ranjang.

Bagaimana cara mengganti pakaiannya? pikir Jungkook, tapi kemudian, dia sudah berjongkok dan membangunkan Sera.

"Sera, ganti bajumu. Aku ke kamar mandi dulu," tukasnya, meletakkan kaos yang dia pegang saat Sera sudah duduk.

Di kamar mandi, Jungkook mengganti air kompresan, menghitung sampai tiga menit. Dia keluar dan tersenyum, Sera sudah ganti baju dan kembali berbaring. Gadis kecilnya tampak tenggelam di balik pakaiannya, dia duduk di pinggiran ranjang dan kembali mengompres Sera berulang.

Kemudian, dia mendengar Sera bergumam di antara tidur yang gelisah. Air mata Sera mengalir dari kedua matanya yang terpejam. Jungkook tertegun, mengusap pipi Sera yang lembab, dia jadi teringat saat dulu mimpi buruk selalu mengganggu tidurnya sampai dia lelah.

Jungkook naik ke ranjang, setengah duduk bersandar lalu pelan-pelan membawa Sera ke atas dadanya, memeluknya erat dan hangat. Seperti yang sering kakaknya lakukan, saat dia depresi berat di sepanjang masa kecil sampai remaja.

"Tenanglah, tidak apa-apa." Jungkook menurunkan kepalanya, berbisik pada Sera yang masih terisak-isak di alam bawah sadar, air mata Sera mengalir di lengannya.

Dia mengusap puncak kepala, bahu dan punggung Sera berulang-ulang, menyandarkan pipinya di atas kepala Sera yang terasa hangat. Jungkook tidak tahu seberapa lama dia memeluk Sera, tapi yang pasti lamat-lamat tangisan Sera reda, napas Sera yang awalnya putus-putus perlahan kembali normal. Suhu tubuh Sera turun, lalu dia ketiduran bersama Sera yang masih berada di balik lengannya.

🍁🍁🍁

Paginya, Sera terbangun sendirian di ranjang tidur Jungkook. Ya, dia masih berada di kamar pria itu, setelah semalam nyaris pingsan di selasar lantai tiga. Sera tidak ingat kenapa dia malah naik ke lantai tiga alih-alih ke dapur, sembari berusaha duduk dia meraba keningnya sendiri, suhu tubuhnya masih sedikit hangat.

"Hei, sudah bangun?"

Sera tersentak, menatap Jungkook duduk di sofa di sisi kanan ranjang. Pria itu sudah mandi, pakai kemeja putih dan rambut yang tertata rapi, memandanginya sambil tersenyum lembut.

"Kita harus berangkat ke venue sekarang, Ibu bilang perlu waktu setidaknya satu jam untuk mengubahmu menjadi cantik. Padahal sekarang saja kau sudah sangat cantik, meski belum mandi," tukas Jungkook, tertawa kecil melihat Sera mengerjap bingung seperti anak kucing.

"Kita akan menikah hari ini, jangan bilang kau amnesia karena demam semalaman." Jungkook duduk di pinggir ranjang, memegang kening Sera lalu memegangi keningnya sendiri.

"Tinggal hangat sedikit. Ayo mandi, lalu kita sarapan, kau minum obat. Setelah itu berangkat, hhmm?" Jungkook mengusap helaian rambut Sera yang jatuh di kening, lalu turun ke pipi Sera yang agak pucat.

"Aku tunggu di ruang makan," tukasnya, lalu berlalu keluar dari kamar.

Sera membutuhkan waktu 20 menit untuk mandi dan ganti baju, muncul di ruang makan dan duduk di seberang Jungkook. Pria itu sudah menyiapkan waffle stroberi untuknya, segelas teh chamomile yang seketika mengubah mood Sera jadi lebih baik. Senyum-senyum selagi minum teh dan menghabiskan sarapan.

"Ini teh atau ramuan sihir, bisa-bisanya kau langsung sesenang ini hanya karena secangkir teh," ucap Jungkook, ibu jarinya mengusap ujung dagu Sera yang terkena tetesan air teh.

Sera menjauhkan wajahnya, lalu mengedikkan bahu selagi menghabiskan tehnya. Waktu kecil, Ibunya selalu membuatkan teh chamomile untuk mereka sekeluarga. Hanya setiap kali minum teh chamomile, Sera seperti merasakan kehadiran sosok sang Ibu yang dia rindukan.

"Kita berangkat." Jungkook mengulurkan tangannya pada Sera, tapi kemudian dia tertawa saat gadis itu menggeleng pelan.

🍁🍁🍁

Mereka tiba di gedung pernikahan setengah jam kemudian, gedung bergaya gothic victoria dengan puncak pilar-pilar yang runcing. Besar dan megah. Gerbang menjulang tinggi dengan ukiran rumit sewarna tembaga, dijaga ketat oleh para petugas keamanan.

Mobil mereka menyusuri jalan panjang di halaman yang ditanami pohon Sansuyu. Sera terpana melihat halaman luas dengan kolam angsa, mirip seperti dalam istana dari cerita dongeng yang dulu pernah dibacakan oleh Ibunya.

Kursi santai di bawah pohon maple terlihat artristik, pavilion berkubah juga menarik perhatian. Senyum Sera yang cerah terlukis di ujung bibir tapi kemudian hilang lagi, menyadari hari ini dia akan menikah dengan Jungkook sesuai perjanjian. Akhirnya hari ini tiba, dia menatap Jungkook bersama kecemasaan yang bergulung menerjangnya.

"Sera," ucap Jungkook, setelah mobil terparkir di depan pintu.

Dua petugas tampak membungkuk di depan mobil Jungkook, lalu sibuk memasang pita biru dan buket kecil bunga gypsophila putih, setelah Jungkook memberi izin. Dia kembali menatap Sera, setelah pada petugas pernikahan itu menjauh dan berdiri disisi pintu.

"Aku tahu hubungan kita aneh, aku bahkan sulit memahami kenapa aku bisa menyukaimu. Aku juga tidak tahu kenapa kecemasanku berkurang, bahkan hilang, saat kau berada didekatku. Aku tidak tahu kenapa hari itu—" Jungkook mengambil jeda, mencari kosakata yang tidak akan membangkitkan trauma itu lagi.

"—kenapa hari itu aku melakukannya, tapi yang aku tahu aku jatuh cinta padamu di hari-hari berikutnya." Jungkook meraih jemari Sera pelan-pelan, meletakkannya di atas telapak tangan, mengusapnya hati-hati.

"Aku hanya meminta satu kali kesempatan untuk pernikahan kita hari ini. Jika akhirnya kita tetap gagal aku tidak akan memaksamu lagi, tapi aku akan berusaha sungguh-sungguh untuk pernikahan kita," tambah Jungkook cepat-cepat.

Sera bergeming, menatap Jungkook sedikit lebih lama untuk pertama kalinya.

"Terdengar tidak masuk akal, tapi—saranghae."

"Jungkook, seharusnya kau mendapatkan perempuan yang lebih baik, teman hidup yang kau cintai dan yang mencintaimu."

"Tidak apa-apa, aku akan menunggumu. Asalkan kau memberiku kesempatan, menikahlah denganku hari ini, Cho Sera."

Sera menunduk, melihat gelang pemberian Soohee di tangannya.

"Kita mulai semuanya dari awal. Aku hanya memaksamu satu kali, setelah ini tidak lagi."

Sera mengerjap kaku, merasakan Jungkook mengeratkan genggaman tangan. Namun, sebelum sempat dia menjawab pernyataan Jungkook, pintu kaca mobil diketuk dari luar. Sosok Han Bora yang sudah cantik dengan gaun panjang bahan ringan sebiru cerulean berdiri di sisi jendela, gadis itu meminta calon pengantin bergegas keluar, karena upacara pernikahan akan dimulai dalam waktu satu jam.

"Duh, malah asik pacaran di mobil," ucap Bora pada Jungkook dan Sera, yang sudah turun dari mobil. "Begini ya, Tuan dan Nyonya Jeon, upacara sebentar lagi dimulai dan kalian belum ganti baju. Nanti saja pacarannya, kalian masih punya banyak waktu."

Bora mengapit lengan Sera, berkedip genit pada Jungkook di belakang seraya berseru.

"Jeon, kau dengan Jimin, ya!" tukasnya, sebelum hilang di balik pintu gedung yang dibuka oleh penjaga.

Jungkook mengedarkan pandang, mencari sosok Jimin tapi kakaknya tidak bisa ditemukan. Lalu ponselnya berdering, suara Jimin di antara tawa terdengar di seberang.

"Bro, aku di ruang tunggu pengantin laki-laki."

"Oke!" balas Jungkook, bergegas masuk ke gedung. Seorang petugas pernikahan menuntunnya menuju ruang ganti di ujung selasar.

"Kenapa baru datang, kau mau menikah atau tidak sih?"

Jungkook disambut Jimin yang bertolak pinggang, nada bicaranya agak jengkel. Jimin bergegas memintanya ganti baju. Seokjin juga sudah datang, dia membantu Jungkook memakai jas dan merapikan rambut.

"Semalam Sera sakit," jawab Jungkook, sambil berdiri di depan kaca setinggi badan.

"Dia terlihat tertekan, apa kemarin dia menangis?" sela Jimin.

Jungkook membalikkan badan, menatap kakaknya jengah. "Masih berani bicara begitu? Kita berdua yang membuatnya tertekan, Jimin. Sepulang dari rumahmu dia demam, dia menangis sepanjang malam."

"Aku akan meminta Raina mengeceknya." Seokjin menengahi. "Jika memang keadaaanya perlu upaya psikiatri lebih lanjut, akan kujadwalkan terapi lebih intensif untuk Sera."

"Aku mengandalkanmu, Hyeong." Jungkook berkata. "Semalam dia menangis dalam tidurnya, memanggil Ibu dan ayahnya. Aku tidak tahu yang terjadi, tapi sepertinya mimpi buruk sudah sering mendatanginya."

"Ibunya meninggal, tenggelam di laut Daesilla dan mayatnya tidak bisa ditemukan sampai hari ini," ucap Jimin, pelan. "Ayahnya depresi dan menyalahkan Sera atas kematian Ibunya. Yoongi mendapatkan info dari dokter psikiater Donghyun, juga orang-orang yang mengenal mereka," tukasnya.

"Oh, demi Tuhan," gumam Seokjin, lalu buru-buru menelepon istrinya, meminta Raina ke ruang tunggu pengantin perempuan untuk bicara dengan Sera.

🍁🍁🍁

Dari dalam ruang tunggu pengantin, Sera duduk termenung di sofa putih besar, menggenggam sebuket bunga Gypsophila. Dia sudah didandani, rambutnya digelung rapi di bawah, disemat bros berlian biru yang diberikan Soohee sebagai hadiah pernikahan.

Pandangannya lurus ke depan, dia seperti tidak berada di sana saat penata rias meninggalkan dia sendirian. Sera tidak pernah membayangkan, acara sakral yang dia impikan hanya terjadi sekali seumur hidup bersama pria yang dia cintai, ternyata akan dijalaninya bersama Jungkook.

Sera menghela napas panjang, mengambil ponselnya dari dalam tas dan menelepon Yujin. Dia ingin mendengar suara Beomgyu, guna mencari kebahagian agar saat upacara nanti dia tidak lagi menangis. Sapaan akrab dari Yujin terdengar di seberang di panggilan kedua, menanyakan kabarnya penuh suka cita.

"Aku baik-baik saja, pekerjaanku lancar. Eonni, bisakah aku bicara dengan Beomgyu sebentar?"

"Oh, tentu—" lalu panggilan beralih pada Beomgyu.

"Nuna, aku merindukanmu. Kapan pulang ke rumah?"

Suara Beomgyu di seberang mendatangkan lapisan bening di kedua matanya. Sera buru-buru mendongak, tersenyum lebar lalu mencoba tertawa senang sembari menggoda adiknya.

"Aigoo... adikku merindukanku?"

"Eoh, memangnya Nuna tidak rindu padaku?"

"Tentu saja rindu, tapi Nuna hanya bisa pulang di hari Chuseok. Nanti kubawakan ayam goreng yang banyak untukmu," tukasnya.

"Benar?"

"Iya, asal nilai sekolahmu bagus."

"Nuna, aku ini sangat pintar, sama sepertimu dan juga Ibu."

"Iya, aku percaya." Sera melirik seorang wanita yang baru saja masuk ke ruangan. "Beomgyu, aku harus kerja lagi. Hati-hati, jaga dirimu."

"Iya, Nuna juga hati-hati di sana. Saranghae!"

"Ya, aku juga menyayangimu."

Sambungan selesai. Sera menunduk sopan pada wanita cantik dengan gaun pastel panjang, dia menyapa Sera ramah seraya tersenyum lembut.

"Halo, Cho Sera. Aku Raina, kita pernah bertemu sekali di hotel waktu kau sakit, ingat?"

Sera mengerjap, berpikir sejenak sebelum dia tersenyum lega.

"Dokter Raina, istrinya Dokter Jin?"

Raina mengangguk, lalu duduk di sebelah Sera. "Selamat untuk pernikahanmu hari ini, semoga kau dan Jungkook dilimpahkan kebahagiaan dan keberkahan."

"Terima kasih."

"Jika membutuhkan sesuatu, apa pun itu, jangan sungkan untuk menghubungiku atau Seokjin." Raina mengusap tangan Sera yang dingin, mengenggamnya erat.

Sera mengangguk, tersenyum saat Raina mengeratkan genggaman. Entah bagaimana caranya Raina membawa ketenangan yang dia butuhkan, sosok Raina yang anggun bersama senyum tulus, terasa sama seperti yang dia temukan pada Seokjin.

"Dokter, apa sama seperti dokter Jin? psikiater?"

"Aku internis. Oh, kau bisa memanggil namaku saja, supaya lebih akrab."

"Raina—Eonni?" tanya Sera, agak ragu.

"Ah, ya, itu terdengar lebih baik. Jangan cemas lagi, sekarang kau punya banyak orang yang menyayangimu. Oh Sera, kau cantik sekali," tukas Raina.

Cho Sera memang cantik, dengan potongan wajah kecil, hidung mungil, pipi merah muda. Dia terlihat sebagai pahatan manusia yang nyaris tanpa cela, di balik gaun pengantinnya.

"Eonni, kau juga sangat cantik." Sera tersenyum, tapi kemudian senyumnya hilang saat sosok yang tidak terduga berdiri di muka pintu.

"Raina, ada yang ingin kubicarakan dengan Sera."

"Oh, oke. Aku tinggal ya," ucap Raina, lalu berajak pergi.

Sepeninggalan Raina, Sera berdiri kaku di depan pria yang membuat keraguannya datang lagi.

"Cho Sera," sapa Jimin sambil tersenyum, menggerakkan tangan di depan wajahnya, bahasa isyarat yang pernah dia lakukan sebelumnya untuk Sera.

Sapaan lembut yang Sera rindukan menyentuh rungunya, dia tidak bisa balas tersenyum karena sekarang dia tahu arti dari bahasa isyarat itu. Sera mengenggam buket bunga lebih erat, saat jantungnya berdetak cepat, memandangi Jimin selama yang dia bisa bersama manik berkaca.

"Aku minta maaf padamu, karena telah membawamu ke situasi yang tidak nyaman." Jimin mulai berkata. "Aku hanya terlalu menyayangi adikku, aku ingin Jungkook menjalani hidup bersama orang yang dia sayangi. Aku minta maaf," tukas Jimin.

Butuh dua detik bagi Sera mencerna situasi, dia tidak sanggup mengangguk. Manik matanya semakin penuh dengan butiran bening, menyadari hari ini adalah hari terakhir dia bisa melihat Jimin sebagai pria yang disukainya. Pernikahan ini hanya tujuh bulan, tapi Sera ragu Jungkook akan melepaskannya secepat itu.

"Jimin, aku menyukaimu." Sera belum sempat mengerjap, air matanya sudah jatuh membahasi pipinya. "Aku, aku hanya ingin mengatakannya, aku ingin melegakan perasaanku. Hanya itu," tukasnya.

Tenggorokan Sera terasa terisi batu, begitu jemari Jimin menjeda air mata di pipinya.

"Tidak apa-apa." Jimin memandangi Sera bersama segala rasa yang dia punya. "Aku—" Jimin mengambil jeda, mengubah kata ganti dirinya menjadi. "Jungkook menyayangimu, jadi lupakan saja perjanjian yang sudah kau tanda tangangi denganku."

Tetesan air mata Sera kian berderai, tidak bisa ditahan. Rasanya ada puluhan jarum memenuhi relung hati terdalam, begitu dia ingat Jimin juga akan segera menikah dengan Han Bora, gadis yang Jimin cintai.

"Mulai hari ini, kau akan jadi adik iparku. Berbahagialah dengan Jungkook, mengandalkannya, berbagi apa saja dengannya, percaya kepadanya. Jungkook akan menjagamu," tukasnya.

Lengan Jimin nyaris bergerak memeluk Sera yang terisak, sekuat tenaga dia mundur sebelum hatinya berubah dan melakukan kesalahan. Dia tidak boleh membangun rasa itu lagi, takdir tidak mengizinkannya untuk menatap lebih lama sosok yang membuatnya jatuh cinta.

Bersama seluruh hatinya yang berderai berantakan Jimin berlalu pergi, meninggalkan dunianya di belakang sana tanpa pernah berbalik.

🍁🍁🍁

Sera menarik tisu meja dan mengusap wajahnya, mencoba menjeda air mata yang masih terus mengalir. Dia harus berhenti menangis, mengambil tisu lagi tapi jarinya yang gemetaran malah menjatuhkan kotak tisu. Lalu dia tersentak saat satu sentuhan mengusap bahunya, dia berbalik secepat yang dia bisa, menunduk buru-buru saat melihat Jinjae berdiri di depannya.

"Nak, kau tidak apa-apa?"

"Ak-aku, aku hanya merindukan ayahku." Sera berkata di antara usaha menghapus air mata, dia mencoba tersenyum saat Jinjae mengusap bahunya lembut.

"Sera, sekarang aku ayahmu juga." Jinjae tersenyum, memungut kotak tisu, memberikannya pada Sera.

"Iya, Ayah, terima kasih."

Jinjae menunggu sampai Sera selesai membersihkan wajahnya, memastikan Sera sudah tidak menangis lagi. Dia memberikan lengannya pada Sera, menepuk punggung tangan Sera sambil tersenyum.

"Jungkook anak yang baik, dia akan menjagamu. Berbahagialah dengannya, jalani pernikahan kalian sampai tutup usia," kata Jinjae seraya tersenyum, saat Sera mengangguk, berjalan di sampingnya.

Kemunculan Jinjae dan Sera mengundang perhatian para tamu di kursi belakang sampai baris depan. Para tamu menatap takjub pada sosok Sera yang anggun, cantik jelita, dalam balutan gaun putih menjuntai sampai menutupi kaki. Sera mengeratkan menggenggam pada buket Gypsophila di tangannya yang serasa beku, napasnya nyaris satu-satu saat semua tamu memandanginya.

Di depan altar Jeon Jung Kook tampak memukau dalam setelan jas hitam Ermenegilda Zegna, dan tampan dengan senyum tipis serta rambut yang tertata rapi. Dia memandangi Sera yang berjalan pelan bersama ayahnya, senyumnya terkembang lebih lebar, menyadari Sera tampak jauh lebih cantik dari yang biasa dia lihat.

Jungkook menunduk hormat saat Jinjae menyerahkan Sera kepadanya, dia memeluk sang ayah sambil tersenyum saat Junhyung menepuk bahunya lembut. Jinjae bergabung bersama Soohee, Jimin dan Bora di barisan depan, sementara Seokjin dan Raina ada di bangku kedua.

Jungkook memperhatikan mata Sera yang agak sembab, mengusap pipi Sera dengan punggung tangan. Dia menatap Sera bersama renjana yang kian nyata, nyaris tanpa berkedip, lembut juga hangat.

"Sera, menikahlah denganku hari ini," ucap Jungkook pelan, mengabaikan tatapan bingung dari pemimpin upacara pernikahan. Tujuh detik kemudian senyum lega terurai di wajahnya, saat akhirnya Sera menganguk, dia mengeratkan genggaman tangannya pada Sera.

Kini semua orang terfokus pada upacara pernikahan, hikmat dan tenang.

"Bersediakah engkau, Cho Sera, menerima Jeon Jung Kook untuk menjadi suami sah dalam suka dan duka hingga maut memisahkan?"

Sera menaikkan pandang, memandang Jungkook yang menatapnya sungguh-sungguh, lalu dia menjawab.

"Ya, saya bersedia." Sera tersenyum samar, saat pandangannya bertemu dengan manik mata Jungkook yang tampak cerah dan berbinar-binar.

Jungkook meraih cincin berlian putih yang disiapkan Soohee, menyematkannya di jari Sera, lalu Sera menyematkannya juga di jarinya. Jungkook mencium pelipis Sera sesingkat yang dia bisa, tidak ingin Sera cemas lagi karena sentuhannya. Sentuhan singkat, tetapi mampu menyebar ke seluruh aliran darah sampai pipinya hangat.

Gemuruh tepuk tangan para tamu menyadarkan Jungkook, dia tersenyum seraya merangkul bahu Sera. Dia menatap orang-orang yang tampak haru, lalu pandangannya berhenti pada Jimin. Kemeriahan di sekitarnya mendadak senyap begitu mereka bersitatap, ada luka yang terasa menyakitinya dari balik mata Jimin yang redup, sebelum Jimin tersenyum kepadanya.

Jimin mendekat dan memeluk Jungkook, menepuk bahu tiga kali. Jimin baru hendak menjauh, tapi Jungkook menahan, balas memeluk erat dan agak lama. Lalu suara Jungkook yang rendah, penuh ketulusan hati dan luapan sayang yang tidak bisa dideskripsikan karena terlalu banyak, mengalun sengau di rungunya.

"Hyeong, terima kasih. Mulai sekarang, kau bisa melepaskan semua tangung jawabmu padaku. Setelah ini, tolong jangan membelaku lagi, jangan mengiklaskan yang kau punya untukku lagi.

"Aku sangat menyayangimu, jadi berbahagialah dan lanjutkan hidupmu," tukas Jungkook.

"Ya, aku akan melakukannya," balas Jimin.

Jimin menepuk bahu Jungkook sekali lagi, namun kali ini dengan perasaan yang lebih lapang. Karena hari ini, tugasnya sudah selesai.

[ ... ]

👑 🐰🐥 👑

JiKook ⬆️ kesayangan penulis 😭😭

Continue Reading

You'll Also Like

456K 4.8K 85
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...
84.6K 16.1K 70
๐—™๐—ผ๐—น๐—น๐—ผ๐˜„ ๐—ฎ๐—ธ๐˜‚๐—ป ๐—ถ๐—ป๐—ถ ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—บ ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฎ๐—ฐ๐—ฎ! Wajah, mata, dan yang lebih ajaib lagi... anak laki-laki berusia empat tahun itu memiliki...
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
77.9K 7.7K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...