I Became The Villains

By imbebyona

1.9K 677 172

Peppermint Snowy, Antagonist dalam novel berjudul The Pursuit Of Love yang akan berakhir tragis ditangan suam... More

• End Of Life
• Mimpi Buruk
• Failed Escape
• Attention

• Felix?

221 36 7
By imbebyona

Annyeong guys!

Sebelum membaca alangkah baiknya tekan vote di pojok kiri dulu ya, karena itu benar benar berharga buat author.

Happy reading.

***

Snowy mendorong dada bidang Leonard dengan sekuat tenaga, dan berhasil. Kini ciuman paksa itu terlepas, Snowy menghela nafas rakus dengan wajah yang masih syok membuat lelaki di depannya berusaha mati matian menahan senyuman yang ingin terbit.

"Maaf, apa aku membuatmu takut?" tanya Leonard dengan nada tersirat kekhawatiran, dan itu membuat Snowy benar benar kebingungan. Kemana perginya Leonard dingin bermulut pedas? Pikirnya.

Lelaki bersurai biru itu mendekat, namun Snowy sudah terlebih dahulu menyuruhnya untuk tidak bergerak sedikitpun.

"Jangan bergerak!" pekiknya kuat kuat.

"Ada apa, denganmu? Apa si brengsek itu melukaimu?"

Kedua alis Snowy mengerut, gadis itu menatap serius Leonard yang juga sedang memasang ekspresi serius. "Si brengsek? Siapa?" tanyanya heran.

"Siapa lagi! Leonard!"

Di detik setelah ucapannya, Snowy sontak menyemburkan tawanya. Gadis itu memukul mukul dinding sebagai pelampiasannya.

"Kau menghina dirimu sendiri? Sinting, njirr!" ujarnya masih dengan tawa yang terdengar, ngik ngok.

"Sinting? Njirr? Apa maksudmu?"

Snowy menghentikan tawanya, ia merapikan anak rambutnya yang menghalangi pandangan."Sinting itu artinya..."

Snowy terlihat sedang berpikir sebentar. "Tampan, yah sinting artinya tampan." jawaban asal gadis itu mampu membuat Leonard, Duke kejam tanpa ekspresi itu mendadak memasang tampang polos.

"Itu artinya, aku sinting. Sangat sinting." Leonard terus mengulangi ucapannya berkali kali sembari tersenyum lebar sampai membuat Snowy melongo di tempat.

Gadis itu memundurkan langkahnya saat tersadar akan sesuatu. Leonard tidak pernah tersenyum, Leonard tidak pernah memasang ekspresi apapun selain datar, dan Leonard tidak pernah mengulangi perkataannya.

Lelaki itu jelas bukan Leonard, lalu siapa? Semakin memikirkannya membuat kepala Snowy rasanya nyaris pecah. "Kau bukan singa, kan? Lalu siapa kau?"

Leonard menunduk untuk menatap wajah waspada gadis di depannya yang malah membuat Snowy terlihat semakin menggemaskan. "Aku memang bukan pria gila itu, apa kau melupakanku baby?"

Snowy menegang ketika telapak tangan lelaki itu menyentuh pipinya, gadis itu menepisnya dengan kasar.

"Jangan sentuh aku!" teriaknya keras.

Leonard menghembuskan nafas pelan. "Kenapa berubah, hm? Biasanya kau selalu bahagia ketika melihatku mengambil alih tubuh ini."

Gadis itu benar benar di landa rasa keterkejutan, kebingungan, yang luar biasa. Mengambil tubuh? Maksudnya apa? Di dalam novel, bagian ini tidak pernah di ceritakan sedikitpun.

Kali ini Snowy benar benar tidak bisa mempercayai semua isi novel, buktinya ada banyak perbedaan dengan yang ia hadapi di dunia nyata.

Contohnya seperti bola mata Yuqi yang seharusnya berwarna emerald tapi disini berwarna cokelat, itu perbedaan yang pertama.

Lalu sekarang, bagaimana bisa ada orang yang bisa mengambil alih tubuh orang lain? Ini gila! Tidak, Snowy meralat pikirannya, dunia ini tidak mudah ditebak contohnya seperti jiwanya yang terlempar begitu saja ke dalam novel apalagi memasuki tubuh antagonist yang sudah jelas akhirnya seperti apa.

Jadi, besar kemungkinan dunia ini memang berbeda dengan dunianya. Memikirkan itu Snowy akhirnya bisa menetralkan rasa takut, terkejut, bingung yang bercampur menjadi satu. Ia beralih menatap lelaki di hadapannya.

"Kalau kau bukan, sing-- aa maksudku Leon. Lalu siapa dirimu?" tanya gadis itu sedikit meralat.

Meskipun bingung, lelaki itu tetap menjawab. "Aku, Felix."

Kedua mata Snowy melebar saat mendengar perkataannya. "Apa kau bisa menjelaskan padaku kenapa dan bagaimana bisa kau berada di tubuh Leon? Dan apa aku boleh menanyakan beberapa hal tentangmu?" pinta Snowy yang terlihat sedikit nyaman dengan orang di depannya, lebih tepatnya Felix.

Snowy berpikir, mungkin saja dirinya akan kembali ke dunianya suatu saat nanti. Jadi sebagai bekal, ada baiknya juga Snowy mempunyai beberapa fakta mengenai dunia novel yang ia tempati ini.

"Katakan, baby. Anything for you." ucapnya dengan sedikit kedipan mata.

Uuh, sepertinya Snowy harus terbiasa dengan orang di depannya yang memiliki sikap bertolak belakang dengan Leonard.

"Oke, jadi begini..." Snowy menggantung kata katanya dengan mata menatap sekeliling kamar Leonard. "Apa kau punya buku?"

Felix mengangguk, tak lama lelaki itu berjalan menuju meja lalu meraih selembar kertas. "Apa kau juga butuh, pena?"

"Tidak, aku bisa menulis menggunakan air liur." jawabnya kesal, setelah dihadapkan dengan sikap dingin Leonard kenapa ia juga harus menghadapi sikap Felix yang terlihat sangat bodoh.

Felix terkekeh mendengar jawaban asal gadis itu, kini Laki laki itu berjalan kearah Snowy dengan selembar kertas dan juga pena di tangannya.

Snowy meraih benda di tangan Felix saat pria itu masih berada dua langkah di depannya. Felix sebenarnya bingung dengan perubahan gadis itu tapi tak ada yang bisa ia tanyakan kepadanya kalau tidak ingin gadis itu menjauhinya.

"Baiklah, pertanyaan pertama. Siapa dirimu? Darimana kau berasal? Dan bagaimana kau bisa berada di tubuh Leon?" tanya Snowy beruntun.

"Itu bukan satu pertanyaan, tapi tiga."

"Aku tahu, kau pikir aku bodoh!" Felix menelan salivanya susah payah ketika mendengar perkataan sarkas gadis itu.

Sungguh, Snowy berani membentak karena laki laki di depannya ini bukan Leonard. Maksudnya jiwanya bukan lelaki itu.

Kalau saja yang ada di depannya ini Duke tiran itu, dapat Snowy pastikan kepalanya akan terpisah dari tubuhnya saat ini juga.

"Cepat, jawab!" desak gadis itu saat melihat Felix hanya terdiam mematung.

"Felix." Snowy menyentuh tangan besar Felix saat melihatnya memejamkan mata.

"Kau kenapa? Apa kau kerasukan? Sadar Felix, sadar!"

Snowy menggoyangkan lengan berotot laki laki itu dengan sangat brutal hingga dorongan kuar darinya membuat gadis itu terjerembab.

"Beraninya kau!" nada dingin, tajam, mematikan, yang selalu Snowy dengar dari, Leonard?

Gadis itu tak mampu berkata kata ketika tatapan tajam itu seakan mengulitinya hidup hidup. Snowy masih setia terduduk di lantai dengan pikiran yang masih loading.

"K-kemana perginya, dia?"

"Dia tidak akan pernah muncul lagi, dan tutup mulutmu itu!" titahnya.

Snowy merapatkan mulutnya yang memang sedikit terbuka karena terkejut, ia menatap lembaran kertas di tangannya yang masih kosong. "Tapi aku belum menanyakan banyak hal padanya."

"Kau pikir aku ini apa?! Dia hanya jiwa sialan yang berani menempati tubuhku. Lain kali jangan pernah mengizinkannya untuk menciummu!" ucapnya penuh peringatan.

Snowy diam diam mengulum senyum geli. "Kau cemburu?"

"Kau tidak sepenting itu sampai membuatku cemburu!"

Jleb

Kenapa satu patah dua kata yang keluar dari mulutnya selalu membuat Snowy kena mental, dirinya terlihat seperti orang bodoh sekarang.

Melihat Leonard yang ingin meninggalkannya Snowy sontak memegangi kaki pria itu. Leonard berbalik, dia hanya menaikkan sebelah alisnya.

Sok cool, bjirr! Jerit Snowy dalam hati.

Snowy mengulurkan kedua tangannya dengan menampilkan puppy eyes, yang mana membuat gadis itu terlihat dua kali lipat lebih menggemaskan. "Gendong."

Leonard berusaha menetralkan detak jantungnya yang tiba tiba memburu, ekspresinya tetap datar meskipun perasaannya mulai tak karuan melihat raut wajah itu.

Snowy menggoyangkan kedua tangannya karena tak kunjung di sambut. Ayolah, dirinya lelah terus terusan duduk dilantai seperti suster ngesot.

Tanpa menghiraukannya pria itu berlalu begitu saja dengan tampang datarnya yang membuat Snowy gemas, gemas ingin nampol.

"Ck, dasar cowok gak tau diri! Baru kali ini gue di acuhin." Snowy tak henti hentinya menggerutu kesal sampai suara Leonard yang ia pikir sudah pergi itu kembali terdengar.

"Kau ingin tetap disitu, hah?! Cepat, sebelum aku yang menyeretmu!"

"Iya iya, sabar napa." Snowy bangkit berdiri lalu menaruh kertas dan pena di meja. Gadis itu kemudian berjalan cepat menyusul Leonard.

Saat dirinya sudah hampir sejajar dengan Leonard tiba tiba saja pria itu menghentikan langkahnya membuat Snowy menabrak punggung tegapnya.

"Aww, ini punggung apa tembok? Keras banget!" Snowy mengusap usap dahinya yang ngilu. "Kenapa berhen-- ti."

Snowy terpaku ditempat dengan mulut terbuka lebar ketika melihat di depan Leonard terdapat wanita paruh baya yang berpenampilan mewah dan elegan, bukan itu yang menjadi fokusnya tapi wajah wanita itu yang menatapnya tajam penuh aura permusuhan.

Dirinya sudah tidak terlalu kaget dengan tatapan itu, karena Snowy sudah berkali kali mendapatkan tatapan tajam dari Leonard sendiri.

Margarette mengalihkan tatapannya dari Snowy kepada Leonard, senyum wanita itu terbit saat memeluk anaknya.

"Putraku, bagaimana kabarmu?" tanya Margarette sembari mengelus surai biru Leonard.

Snowy diam diam mencibir. "Kalo buruk kan gak mungkin nih laki ada disini, gimana sih!"

Margarette kembali menatap gadis itu tajam. "Kau mengatakan sesuatu?!"

Snowy gelagapan, dirinya berusaha tersenyum lebar walaupun terlihat seperti orang bodoh. "Tidak, ma'am."

"Ma'am? Kau menghinaku, hah?!" tanya wanita itu galak dengan mata melotot yang terlihat seperti akan keluar dari tempatnya.

'Buset dah nih emak emak, lebih serem dari mak gue.'

"Aah itu, artinya..." Snowy bingung harus menjawab apa, ia hanya asal mengatakannya tadi. Di saat gadis itu masih berpikir, tiba tiba sesosok laki laki berambut pirang berlari menghampirinya.

"Kakak iparr!!" Geros, laki laki itu berlari cepat menuju Snowy dan berniat memeluknya, namun saat hampir dekat Snowy sudah terlebih dahulu menghindar hingga kini Geros terjerembab dengan tidak elitenya.

Badan laki laki itu tengkurap dengan pantat menungging, melihat itu ingin rasanya Snowy terbahak tapi sebisa mungkin ia tahan karena tatapan mengerikan Margarette.

Tapi yang menjadi pertanyaannya adalah, kenapa ibu dan anak ini tidak tertawa sedikitpun? Padahal menurut Snowy moment ini adalah moment paling ngakak dalam hidupnya.

Apalagi Leonard, sikapnya tetap dingin sejak tadi.

'Rasanya pengen gue panasin pake microwave aja tuh muka, biar panas dikit.' Batinnya.

"Kau baik baik saja?" tanya Margarette sembari membantu Geros berdiri.

Laki laki itu mengangguk dengan tampang seperti habis di aniaya. "Kakak ipar kenapa kau menyingkir, padahalkan aku ingin memberikan pelukan pertemuan padamu." rengeknya.

Snowy bergidik ngeri mendengarnya. Ini kenapa dirinya seperti sedang dihadapkan dengan keluarga yang membingungkan, sikap Geros dengan Margarette dan Leonard sangat berbeda.

"Permisi tuan, nyonya. Sarapan sudah siap." kepala pelayan datang lalu menyampaikan bahwa makanan sudah tersaji.

Snowy menatap kearah meja yang berada beberapa meter darinya, disana sudah tersaji berbagai macam makanan dan kue. Melihat itu tiba tiba saja air liurnya hampir menetes.

Saking asiknya menatapi makanan itu Snowy sampai tidak sadar kalau ketiga orang tadi sudah duduk di masing masing kursi, meninggalkannya yang masih melongo ditempat.

Geros yang melihat gadis itu masih terdiam, melambaikan tangannya sebagai gestur agar Snowy mendekat.

Snowy tersenyum tak enak. Banyak pelayan yang menatap kearahnya namun sebisa mungkin ia abaikan.

Gadis itu duduk disebelah Leonard, dirinya tidak berani mendongak karena di depannya terdapat Margarette jadilah Snowy meraih kue strawberry dengan menunduk.

Gadis itu melahapnya lumayan rakus dengan tangannya sendiri, deheman Margarette yang berkali kali mengintrupsinya tidak Snowy hiraukan hingga Leonard yang berdehem barulah Snowy menghentikan suapannya. Gadis itu melirik ke samping dengan mulut terbuka dan kue di tangannya.

"Ck! Dimana letak tata kramamu? Kau makan seperti binatang!" sinis Margarette menusuk.

Snowy tersenyum canggung, maafkan dirinya yang tidak bisa menahan diri ketika melihat makanan.

Lalu suasana kembali hening dan itu membuat Snowy benar benar di landa kebosanan, gadis itu lapar tapi dirinya takut melanjutkan makannya.

"Kakak ipar." panggil Geros yang membuat Snowy menatapnya.

"Kau tahu bukan kalau kakakku ini tidak pernah memperhatikanmu?"

Snowy mengangguk membenarkan, lagipula apa yang Geros katakan adalah fakta.

"Jadi, bagaimana kalau kau menjadi istriku?"

Uhuk uhuk.

Snowy tiba tiba tersedak ludahnya sendiri, bagaimana bisa laki laki sangklek itu melamar istri kakaknya sendiri? Benar benar gila.

Geros tersenyum lebar lalu melanjutkan. "Kalau kau hidup bersamaku akan ku jamin hidupmu aman damai sentosa seumur umur hingga berkumur kumur."

"Lagipula aku juga kaya raya, kekayaanku tidak akan pernah habis hingga 7 turunan, 5 tanjakan, 6 belokan, sampai 9 putaran." ucapnya dalam sekali tarikan nafas.

Snowy melongo di tempat, masih mencerna ucapan pemuda itu dengan wajah cengo. Hingga Leonard melempar kain tipis yang di gunakan untuk membersihkan mulut itu kearah Geros.

"Jangan melamar orang asing sembarangan, pikirkan dulu academymu."

'Orang asing kau bilang? aku ini istrimu, ISTRIMU!' pekik Snowy tidak terima, namun kekesalannya itu hanya bisa ia luapkan dalam hati.

"Kak kau sungguh tega sekali, bagaimana bisa kau menganggap kakak ipar itu orang asing?" Geros bertanya dengan ekspresi polos, namun Leonard tak ada niatan sedikitpun untuk menjawab.

"Dia memang orang asing, nak. Jadi jangan terlalu peduli padanya!"

Fuck you Margarette!.

Sungguh demi apa, emosi Snowy rasanya ingin meledak ketika mendengar perkataan wanita itu. Tak bisakah dia menjaga ucapannya agar tidak melukai perasaannya.

Walau sebenarnya Snowy memang orang asing, maksudnya jiwanya sebagai Tyra.

Intinya Snowy benar benar tertekan berada ditengah tengah mereka, berpikir sebentar sesaat kemudian gadis itu bangkit membuat atensi ketiganya teralihkan padanya.

"Aku ingin berjalan jalan ditaman, kalian lanjutkan saja makannya." ada sedikit nada kesal dalam ucapannya, dan Leonard jelas mengetahuinya.

"Aku ikut." pekik Geros yang sudah berdiri mengikuti Snowy, pemuda berumur 17 tahun itu mengekori Snowy sampai tiba ditaman.

"Kakak ipar."

Snowy diam tidak menjawab, ia lebih memilih mencabut setangkai bunga melati lalu menghirupnya dengan mata terpejam.

"Tentang lamaranku tadi, apakah kakak ipar menerimanya? Kalau iya katakan padaku."

Kini dirinya paham, mengapa Serelin-- tunangan Geros di masa depan begitu tertekan dengan orang di belakangnya. Bahkan Snowy yang baru saja bertemu rasanya ingin cepat cepat mengubur pemuda itu hidup hidup.

Gadis itu berbalik, lalu memberikan senyuman tipis yang terlihat di buat buat. "Tidak, terima kasih. Sungguh, aku tidak tertarik."

'Satu suami saja rasanya hampir gila, apalagi dua!'

Geros terlihat merengut sedetik kemudian pemuda itu kembali berkata. "Tak apa, kalau kakak ipar menolakku. Aku akan melamar gadis lain, kakak ipar tahu aku sudah melamar sebanyak 20 gadis dalam sehari."

"Bukankah aku sangat hebat?" lanjutnya dengan bangga.

Snowy melotot tak percaya, orang macam apa yang ada di hadapannya ini? Kenapa bisa sesantai itu mengatakannya. "Kau playboy?"

"Pal, apa?"

"Playboy, maksudku kau suka mempermainkan anak orang?" Snowy jelas bingung, ini adalah fakta ketiga yang berbeda dengan novel, dinovel Geros itu anti wanita walaupun sikapnya menyebalkan tapi disini? Entahlah, Snowy semakin tidak habis pikir.

"Aku tidak begitu, hanya saja aku selalu mengatakan kalau aku sedang bercanda saat gadis gadis itu kegirangan!"

'Stress!'

***

Gadis bersurai blonde itu mengayunkan pedangnya hingga sang lawan mundur beberapa langkah, ia tersenyum penuh kemenangan sebelum memberikan pedangnya pada pelayan di sampingnya.

"Bagaimana? Apa keahlianku meningkat?" tanya gadis itu yang tak lain adalah Yuqi, tepatnya Yuqi Zephyra.

Carlos mengangguk, lalu meraih pinggang ramping Yuqi dengan tangan besarnya hingga kini tubuh keduanya menempel sempurna.

Pria itu memberi perintah untuk pelayan di samping Yuqi agar pergi, setelah pelayan itu pergi barulah Carlos mengecup bibir gadis itu singkat.

"Kau sangat luar biasa, aku mengagumimu." pujinya, membuat kedua pipi Yuqi memerah malu.

Pria itu gemas dengan reaksi yang ditunjukan gadis di depannya. Tak tahan, Carlos langsung melahap bibir Yuqi dengan gairah yang menggebu.

"Kak." Yuqi berusaha mendorong Carlos. "Kita masih diluar, aku takut kalau ada yang melihat kita berdua."

"Tenang, sayang tidak ada orang disini. Apa yang kau takutkan?" tanya Carlos heran.

"Kita, saudara."

Carlos tertawa pelan sebelum menangkup kedua pipi adiknya. "Jangan khawatir, hubungan darah tidak akan membuat cintaku padamu pudar."

"Tapi, aku masih menjadi kekasih Leon. Bagaimana kalau sampai dia tah--"

"Hey." Carlos mengangkat dagu Yuqi sampai mendongak menatapnya. "Pria itu bukan siapa siapa, bahkan kau bisa memutuskannya sekarang juga. Demi kita berdua, sayang."

Yuqi menggeleng tegas. "Tidak, aku tidak ingin melepasnya begitu saja." terlihat kabut kebencian penuh dendam dari gadis itu sebelum kemudian Carlos kembali mengecup bibirnya.

"Baiklah, aku akan menunggu sampai dendam kita terbalaskan. Setelah semuanya selesai, aku berjanji akan menikahimu, tak peduli siapapun yang menentang kita karena hubungan darah." ujarnya berjanji.

Yuqi mengangguk dengan senyum mengerikan. Beberapa langkah lagi akan ia buat seluruh keluarga wesley menderita.


TBC

Continue Reading

You'll Also Like

Ken & Cat (END) By ...

Historical Fiction

7.2M 767K 53
Catrionna Arches dipaksa menikah dengan jenderal militer kerajaan, Kenard Gilson. Perjodohan yang telah dirancang sejak lama oleh kedua ayah mereka...
4.2M 576K 69
18+ HISTORICAL ROMANCE (VICTORIAN ERA/ENGLAND) Inggris pada masa Ratu Victoria Sebelum meninggal, ibu dari Kaytlin dan Lisette Stewart de Vere menyer...
KASHMIR By B.O.S🚀

Historical Fiction

381K 24.9K 121
Menjadi pengantin dari kerajaan yang wilayahnya telah ditaklukkan bukanlah keinginanku. Lantas bagaimana jika kerajaan yang aku masuki ini belum memi...
377K 31.3K 155
Title: Death Is the Only Ending for the Villainess BACA INFO!! Novel Terjemahan Indonesia. Hasil translate tidak 100% benar. Korean » Indo (90% by M...