Kim Seokjinnie

Por may_lunaa

14.4K 1.1K 340

Kisah tentang si bungsu kesayangan keluarga Kim yang akan selalu menjadi bayi di mata kakak-kakaknya. Más

CAST
01 ~ Hamil?!
02 ~ Senam
03 ~ Bad Day
04 ~ Please, Stay Alive
05 ~ I'm Here
-PROMOTE-
06 ~ Khawatir
07 ~ Pulang
08 ~ Keanehan Yoongi
09 ~ Keanehan Yoongi (2)
10 ~ Keanehan Yoongi (3)
11 ~ Confused
12 ~ Sebenarnya...
-PROMOTE-
13 ~ Meresahkan
14 ~ Secret Admirer?
- PROMOTE -
15 ~ Balada Jeon Jungkook
16 ~ Hari Minggu
17 ~ Hari Minggu - 2
18 ~ Karena Kau Bungsu!
-PENGUMUMAN-
-PROMOTE-

19 ~ Kondangan

353 36 8
Por may_lunaa

Happy Reading

🐹 🐹 🐹


Malam ini, seluruh anggota Keluarga Kim diundang dalam acara resepsi pernikahan anak dari sepupu Tuan Kim. Jauh-jauh hari sebelum acara resepsi tersebut digelar, Nyonya Kim telah membuat baju seragam untuk keluarga mereka agar mereka berenam nampak cetar di tengah pesta.

"Astaga… Eomma kejam sekali! Tega-teganya memberi kita baju semacam ini. Hilang sudah ketampananku!", gerutu Namjoon di depan cermin.

"Warna pink soft seperti ini cocok untukku Hyung. Yah memang jauh dari kata maskulin, tapi model bajunya bagus. Bahannya juga adem. Aku suka.", celetuk Jimin yang berjalan ke arahnya.

"Emm, tapi… Baju ini sama sekali tidak cocok sih untukmu", sambung Jimin lagi sambil melemparkan tatapan prihatin.

"Appa dan aku sama sekali tidak cocok dengan pakaian semacam ini! Lagipula kita juga sudah terlalu tua Jim bila harus memakai pakaian yang sama persis satu keluarga seperti ini!", dengus Namjoon lagi.

"Iya juga sih Hyung…"

Namjoon dan Jimin melihat ke arah Seokjin yang berjalan dengan ceria menuju ke arah mereka. Adik bungsu mereka ini sepertinya juga sudah selesai berdandan.

"Kenapa kau terlihat begitu ceria Jin?!", tanya Namjoon dengan heran.

"Entah.", jawab Seokjin. "Biasa-biasa saja tuh. Memang kenapa? Ada yang salah?"

"Tidak kok. Tapi sepertinya kau sangat menikmati memakai baju itu.", jawab Namjoon.

Seokjin pun melihat ke arah baju yang dipakainya. "Oh ini? Iya, aku suka karena wangi. Baunya sangat menenangkan."

"Eyy… Tidak ada yang lebih menenangkan dari wangi uang!", timpal Jimin.

"Hmm, benar!", Namjoon menyetujuinya.

"Benarkah? Tapi wangi green tea dan wangi vanilla itu juga sangat menenangkan lho Hyung. Apalagi wangi musk dan agarwood.", protes Seokjin.

"Tidak benar! Hanya wangi uang yang membuat hati senang dan pikiran tenang.", sangkal Jimin. Namjoon kembali mengangguk setuju.

"Bagiku wangi cherry yang paling enak!", protes Seokjin lagi.

"Yah, itu karena kau masih bocil Jin. Coba jika kau sudah beranjak dewasa, kau pasti akan mengatakan jika wangi uang adalah yang terbaik.", putus Namjoon.

"Benar! Apalagi jika uangnya berjumlah puluhan lembar dan masih hangat karena baru saja keluar dari mesin atm.", sambung Jimin kemudian.

"Begitu ya? Selera kalian aneh. Jin tidak paham!"

Namjoon dan Jimin hanya terkekeh ringan. Seokjin mengatakannya karena dia masih belum dewasa. Dan mereka yakin, lima tahun yang akan datang pastinya Seokjin akan sependapat dengan mereka!

"Anak-anak, sudah siap semua?", tanya Tuan Kim yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.

Jimin tidak mampu membendung tawanya kala ia melihat perwujudan sang appa yang terlihat tidak cocok menggunakan seragam keluarga.

"Appa benar-benar akan memakainya?", tanya Namjoon sambil terus memindai appa-nya dengan kedua matanya.

Appa-nya mengangguk lemah. "Yah mau bagaimana lagi, ini keinginan Eomma kalian."

"Appa, kau tidak cocok menggunakannya! Aku juga begitu. Ayo kita berganti baju!"

Tuan Kim segera membungkam mulut Namjoon yang kini menyaringkan suaranya. "Hussh… Jangan keras-keras ngomongnya. Nanti Eomma dengar!", sergah Tuan Kim.

"Sudah tidak apa-apa pakai ini saja. Toh tidak setiap hari kan kita memakai pakaian seperti ini? Lagipula kalau memakainya secara bersama-sama pasti nanti kelihatan bagus kok. Lebih baik kita menahan diri daripada nanti Eomma kalian marah.", titah Tuan Kim pada Namjoon.

"Ck, susah bila punya appa modelan suami takut istri!", dengus Namjoon lagi.

"Eyy, kau tidak boleh begitu Joon. Semua pria pasti akan menjadi suami yang takut istri bila mereka sudah bertemu dengan wanita yang tepat!", sangkal Tuan Kim dengan mantap.

"Halah… Bilang saja jika Appa bucin Eomma.", timpal Jimin yang disetujui oleh Namjoon.

"Aduh, memang susah kalau berbicara tentang cinta dengan para jomblo!"

Namjoon dan Jimin tertohok dengan ucapan appa mereka. Tuan Kim pun tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Seokjin menatap mereka bertiga secara bergantian dengan kebingungan.

"Appa, tapi aku juga jomblo.", celetuk Seokjin.

"Harus dong! Kalau Jinnie kan memang belum waktunya main cinta-cintaan, jadi wajar saja jika masih jomblo. Berbeda dengan kedua Hyung-mu.", jawab Tuan Kim.

"Begitu ya? Bedanya dimana Pa?"

"Bedanya ya karena tidak ada yang mau dengan kedua Hyung-mu alias mereka tidak laku!"

Tuan Kim segera berlari dari hadapan ketiga putranya setelah mengatakannya. Ia tertawa penuh kemenangan lantaran berhasil memantik emosi kedua putranya yang tak kalah menyebalkan dari dirinya.

"Yak, Appa kurang ajar!"

Jimin berteriak dari lantai dua rumahnya. Namun teriakannya itu mampu didengar ke seluruh penjuru rumah. Sepertinya ia benar-benar marah sekarang. Namjoon juga tak kalah marah sebenarnya karena dikatai seperti itu oleh appa-nya. Tetapi kemarahannya seketika sirna setelah mendengar teriakan Jimin yang cukup mengerikan.

Tuan Kim tertawa terbahak-bahak. Ia sudah sampai di lantai dasar rumahnya dan kini bergabung dengan Yoongi dan juga istrinya.

"Kau apakan lagi anakmu?!", tanya Nyonya Kim dengan geram.

"Aku tidak melakukan apapun. Anakmu saja yang emosian."

"Ck, makanya jangan jahil sama anak! Ingat umur, kau sudah tua!", omel Nyonya Kim membela putranya.

"Iya-iya… Cuma bercanda kok.", jawab Tuan Kim membela diri.

"Jimin…!!! Namjoon…!!! Seokjin…!!! Cepat turun! Kita berangkat sekarang!", teriak Nyonya Kim memanggil ketiga putranya yang lain.

"Iyaaa Eommaaaa!!!", jawab mereka bertiga dengan berteriak secara bersamaan.

"Astaga… Bisa-bisanya aku yang kalem dan manis ini terjebak dalam keluarga aneh dan bar-barly! Sepertinya sperm Appa salah membuahi sel telur.", ujar Yoongi tiba-tiba.

Plak!

Nyonya Kim memukul belakang kepala Yoongi cukup keras yang lantas membuat Yoongi mengaduh.

"Ngomong sembarangan! Lalu maksudmu kau ingin jadi anak selingkuhan Appa, begitu?!", sentak Nyonya Kim.

"Aissh, bukan begitu Ma… Aku hanya sedang mengadu kepada Tuhan.", elak Yoongi.

Tuan Kim menahan tawa sekuat tenaga melihat perdebatan tidak bermutu antara putra sulungnya dan istrinya itu.

Hingga akhirnya ketiga putranya yang lain pun telah turun dari lantai dua dan menghampiri mereka.

"Loh Ma, kok Yoongi Hyung pakai jas hitam?!", protes Namjoon.

"Hush, sudah biarkan saja. Inner-nya juga masih seragam keluarga kita kok.", jawab Nyonya Kim.

"Tapi Ma, itu tidak adil! Aku dan Jimin tidak boleh pakai jas untuk outer, sedangkan Yoongi Hyung boleh!", protes Namjoon lagi.

"Khusus untuk Yoongi boleh. Daripada nanti dia ngambek dan tidak mau mengantarkan kita."

Namjoon pun akhirnya bungkam, hanya sesekali saja mendecak sebal namun sudah tidak melayangkan protes. Nyatanya jika bukan Yoongi yang menyetir mobil maka mereka sekeluarga akan batal menghadiri undangan pernikahan kerabat mereka.

Nyonya Kim serta Seokjin jelas tidak bisa menyetir, lalu mereka tidak menaruh kepercayaan kepada Namjoon untuk membawa mobil karena takut celaka di jalan.

Kebetulan kaki kanan Tuan Kim sedang dalam kondisi kurang baik dikarenakan faktor usia, sehingga ia tidak berani menyetir mobil.

Sedangkan Jimin sedang dalam masa sanksi karena menjadikan mobilnya sebagai taruhan judi bola, sehingga ia tidak diperbolehkan untuk membawa mobil sampai waktu yang belum ditentukan. Hanya Yoongi seorang di keluarga mereka yang tidak bermasalah dan bisa dipercaya untuk mengantarkan mereka sekeluarga ke tempat tujuan.

"Yuk berangkat, nanti kemalaman!"

Yoongi sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobil bersama Tuan Kim sejak tadi. Kemudian Nyonya Kim menggandeng Seokjin diikuti oleh Namjoon dan Jimin di belakangnya. Nyonya Kim sangat senang dengan Seokjin yang sedari tadi hanya diam tanpa banyak protes. Bahkan anak bungsunya itu juga tampak berseri-seri. Apalagi saat Nyonya Kim menggandeng tangannya layaknya anak kecil. Seokjin pun tersenyum sangat manis.

Kini seluruh anggota Keluarga Kim telah masuk ke dalam mobil, dengan; Yoongi duduk di kursi kemudi serta Nyonya Kim duduk di sampingnya, Tuan Kim dan Seokjin duduk di kursi tengah, dan Namjoon serta Jimin duduk di kursi paling belakang.

Di sepanjang perjalanan, Nyonya Kim dan Yoongi memperdebatkan alamat tempat pesta pernikahan di gelar.

"Eomma yakin nikahannya Seon Ho itu di Hotel Hybe!", ujar Nyonya Kim dengan ngotot.

"Tidak Eomma, undangannya itu di Hotel Bighit, bukan Hotel Hybe.", sangkal Yoongi tak kalah ngeyel.

"Tidak mungkin kakak kalian itu menikah di hotel kecil, Yoon!"

"Tapi di kertas undangan itu ditulisnya Hotel Bighit Ma, bukan Hotel Hybe."

Tuan Kim yang pusing mendengar perdebatan tak berujung antara istri dan anak sulungnya pun akhirnya mencoba menengahi.

"Kenapa kalian tidak melihat kertas undangannya saja agar lebih jelas?", usul Tuan
Kim.

"Ck, inginnya sih seperti itu. Tapi kertasnya sudah rusak karena dijadikan pesawat kertas oleh Namjoon!", dengus Nyonya Kim.

"Astaga Joon… Ingat umur!"

Namjoon pun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ya maaf… Kan aku kira itu kertas yang tidak terpakai.", ujarnya membela diri.

"Terus sekarang bagaimana? Kita jadinya kemana?", tanya Seokjin yang ikut nimbrung dalam pembicaraan.

"Turuti Eomma saja, kita ke Hotel Hybe.", jawab Tuan Kim.

Nyonya Kim pun tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Yoongi mendesah kesal.

"Huh baiklah…"

Singkat cerita, mereka telah sampai di tempat parkir Hotel Hybe. Tuan Kim turun dari mobil terlebih dahulu dan segera disusul oleh Nyonya Kim.

"Kok sepi ya? Seperti tidak ada pesta.", gumam Tuan Kim.

"Coba tanya ke satpam dulu saja Yeobo. Atau mungkin ke resepsionis.", usul Nyonya Kim.

Tuan Kim pun mengangguk. Ia dan Nyonya Kim segera mencari informasi mengenai pesta pernikahan Kim Seon Ho dan istrinya. Sedangkan keempat putra mereka memilih untuk menunggu di depan mobil agar tidak berasa keroyokan. Dan tak lama setelah itu, mereka segera kembali menghampiri keempat putranya.

"Tidak ada acara pernikahan di hotel ini untuk malam ini.", ujar Tuan Kim. Sedangkan Nyonya Kim hanya terkekeh menahan malu.

"Tuh kan, aku bilang juga apa!", sentak Yoongi.

"Kalau begitu kita ke Hotel Bighit sekarang.", titah Tuan Kim. Kemudian mereka pun segera kembali masuk ke dalam mobil.

Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka pun telah sampai di Hotel Bighit yang memang tidak semewah Hotel Hybe. Namun benar saja, sejak dari gerbang masuk telah terpasang banyak dekorasi yang menunjukkan jika ada pesta pernikahan di gelar di tempat ini.

"Banyak dekor Ma, berarti pestanya beneran di sini.", celetuk Seokjin dengan polosnya.

"Iya-iya Eomma tahu. Tidak usah diingatkan lagi, Eomma kan jadi malu.", jawab Nyonya Kim. Mereka yang mendengar hanya tersenyum kecil tanpa berniat untuk menanggapi.

Mereka pun turun dari mobil. Tanpa pikir panjang mereka segera mengisi buku tamu, memasukkan uang sumbangan dan kado yang telah mereka siapkan, serta mengambil souvenir. Lalu mereka bergegas masuk ke dalam gedung tanpa memperhatikan apapun.

Setelah mereka masuk ke dalam gedung, mereka dibuat bingung lantaran tidak ada satupun orang yang mereka kenal. Mereka merasa seperti di tempat asing karena gedung ini di dekorasi dengan ornamen-ornamen kuno yang sepertinya bukan style keluarga besar mereka.

"Loh Ma, sejak kapan Seon Ho Hyung perutnya buncit dan berkacamata? Wajahnya juga berubah. Seingatku Seon Ho Hyung tidak setua itu.", bisik Seokjin di telinga Nyonya Kim.

Diantara seluruh Keluarga Kim, hanya Seokjin saja yang tidak begitu mengenal dengan baik Kim Seon Ho atau sang mempelai pria. Setelah mendapatkan bisikan dari Seokjin, Nyonya Kim pun segera memfokuskan pandangannya ke arah pengantin yang berdiri di ujung sana. Sedetik kemudian, ia pun melotot terkejut.

"Astaga, kita salah orang!"

🐹 🐹 🐹

Kini mereka berenam terpaksa duduk di sebuah meja bundar menanti datangnya hidangan. Dan sialnya, mereka juga menjadi pusat perhatian orang-orang lantaran mereka memakai baju seragam keluarga—persis seperti keinginan Nyonya Kim.

"Bang Si Hyuk."

Seokjin mengeja nama sang mempelai pria yang terpasang di sebuah sketsel yang terletak di tengah ruangan. Setelah itu, ia menghela nafasnya.

"Huh, bisa-bisanya kita salah datang ke pesta nikahan orang.", dengus Seokjin.

"Kau sih enak Jin tidak merugi apapun selain rugi waktu. Sedangkan aku, aku sudah terlanjur memberikan hasil lukisanku yang indah kepada kedua mempelai yang tidak aku kenali itu. Mana lukisannya bertuliskan nama Seon Ho Hyung dan istrinya lagi.", kesal Jimin.

"Eomma dan Appa juga sudah terlanjur mengamplop uang yang cukup banyak. Berarti sama saja kami harus mengeluarkan uang dua kali lipat.", sambat Nyonya Kim dan disetujui oleh Tuan Kim.

"Yah… Aku juga sudah terlanjur memberikan sejumlah uang yang lumayan banyak. Aku merasa menyesal sekarang. Hiks, uangku…", sesal Yoongi.

"Sedangkan aku malah memberikan mereka sepasang baju haram untuk bertempur beserta beberapa mainannya. Duh, bagaimana ini? Aku jadi malu.", ujar Namjoon dengan bingung.

Mereka kecuali Seokjin melempar tatapan kesal ke arah Namjoon. Bisa-bisanya manusia satu itu mempermalukan dirinya sendiri sedemikian rupa?!

"Semoga saja Bang Si Hyuk dan istrinya tidak mengetahui jika itu adalah kado darimu, Hyung!", ujar Jimin mencoba menenangkannya.

"A-aku menuliskan namaku dengan jelas serta menempelkan fotoku yang tampan di kotak kadonya.", jawab Namjoon kikuk.

"Yak! Buat apa, eoh?! Apa kau sedang berusaha menggoda istri Seon Ho Hyung dengan fotomu?! Oh, atau jangan-jangan…"

"Eyy, mana ada yang seperti itu! Aku melakukannya karena dia adalah Hyung-ku. Kau tahu lah, ini semacam permainan kakak dan adik!", jawab Namjoon.

"Aigoo… Aku jadi menyesal kita adalah sepasang kakak dan adik.", ujar Jimin.

"Hmm, aku pun.", imbuh Yoongi.

Namjoon hendak melayangkan protes, namun Nyonya Kim justru terlebih dahulu memutus obrolan tidak berguna ketiga anaknya.

"Lalu sebenarnya Seon Ho menikah dimana?!", gertak Nyonya Kim yang kesal karena salah datang ke pernikahan orang sehingga uangnya menghilang sia-sia.

Suami dan keempat anaknya kompak menggeleng. Hal tersebut membuat Nyonya Kim menjadi semakin kesal.

"Bagaimana kalian bisa tidak tahu?!", sentak Nyonya Kim lagi. "Kau sih Joon ceroboh! Karena undangannya kau buang, sekarang semuanya jadi kacau!"

"Eomma kenapa menyalahkanku?", tanya Namjoon nelangsa.

"Lantas Eomma harus menyalahkan siapa? Angin yang berhembus? Atau malah rumput yang bergoyang, hah?!", gertak Nyonya Kim dengan kesal.

Tanpa mereka sadari ada seorang pria yang mengawasi gerak-gerik mereka dari kejauhan. Lalu setelah itu pria tersebut segera menghampiri mereka.

"Paman, Bibi, adik-adik? Kalian datang kondangan di sini juga?"

Mereka berenam melotot terkejut ke arah pria tersebut.

"Seon Ho Hyung?! K-kenapa kau ada di sini?! Bukannya kau…", tanya Namjoon kebingungan.

"Ya aku memang harus ke sini.", jawab Seon Ho tak kalah bingung.

"Hyungie, sebenarnya kau ini menikah dimana?", tanya Seokjin terus terang.

"Hah?!"

"Kami dari tadi mencari-cari gedung pernikahanmu sampai akhirnya kami kesasar di tempat ini.", sambung Seokjin lagi.

Ucapan Seokjin barusan di setujui oleh orang tua serta ketiga Hyung-nya.

"Benar. Sebenarnya kami tidak mengenal pengantinnya. Kami datang ke sini karena kami mengira jika kau menikah di tempat ini Hyung…", imbuh Jimin.

"Hah, a-aku? Kalian mau datang ke acara pernikahanku?!"

Keenam orang di depannya kompak mengangguk. Seon Ho pun menganga dibuatnya.

"Astaga… Aku menikah saja belum! Hari pernikahanku kan masih minggu depan!"

"APA?!!!"

🐹 🐹 🐹


Setelah sekian purnama, akhirnya book ini update juga 😃

Thanks for reading
Jangan lupa vote dan comment ya 💜























Seguir leyendo

También te gustarán

75.4K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
164K 15.6K 38
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
313K 23.8K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...