pampering my little husband

By 03_Jisu

3.7K 769 180

Dita dipaksa untuk menikahi seorang pria dengan satu anak. Karena dia menjadi pewaris tunggal tanpa keturunan... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
bagian 12
Bagian 13
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bagian 20
Bagian 21

Bab 14

118 26 1
By 03_Jisu

Seokjin mengemudikan mobil dengan sangat baik. Tidak cepat, tidak juga lambat. Dita merasa sangat nyaman dan aman ketika Seokjin membawanya.

"Tentang pembicara  brand, apa maksudnya?"

Dita mengintip Seokjin sekilas, sebelum kembali melihat ponselnya. "Aku dan Jinny telah membangun nama brand milik kami sendiri. Bulan depan akan ada peragaan besar di eropa, dan kami menjadi salah satu yang akan pergi. Tidak apa-apa jika kau menolaknya. Tetapi aku masih berharap bahwa kau akan mengambil tawaran ini."

"Tentu aku akan membantu tetapi sepertinya akan sedikit sulit, perusahaan tempat ku bekerja sangat ketat dalam hal ijin."

"Percaya padaku, aku akan membantumu mendapatkan ijin itu, besok." hening beberapa waktu. " eoh dan untuk besok, aku berencana mengadakan jamuan di malam hari. Hanya untuk keluarga dan teman terdekat.  Bagaimana menurutmu? "

"Tidak masalah saat malam hari. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku lebih awal."

"Bagus."

Mereka kembali ke zona sunyi. Tidak ada Siapapun yang mengambil obrolan bahkan hal remeh sekalipun, membuat Seokjin Kesalahan dengan suasana ini.

Dia melihat Dita dari kaca mobil. Istrinya masih terus bermain dengan ponselnya. (Batuk)

"Aku hanya memiliki Taehyung yang ter dekat. Bisakah aku mengundangnya? Apakah temanmu akan baik-baik saja?"

Topik ini diberikan perhatian khusus oleh Dita. Dia menarik Pandangannya dari ponsel dan menatap Seokjin. " karena hanya ada dia, tidak masalah apakah Jinny senang atau tidak. Ini jamuan kita, dia tidak memiliki hak veto."

Merasa sangat puas. Kupikir aku harus menahan diri jika Taehyung ditolak oleh Dita namun siapa yang menyangka dia tidak keberatan sama sekali. "Terimakasih."

"Apa yang kau bicarakan? Ini acara kita, wajar untuk membawa Siapapun yang kau inginkan untuk datang, bukan? Ini bukan hanya jamuan untuk ku."

Seokjin masih saja merasa puas. Sekalipun mereka menyebutkan tentang pernikahan nominal atau apapun itu, faktanya hubungan keduanya tidak seperti itu. Kedamaian ini, bukankah ini terasa seperti membangun rumah tangga?
.
.
.
.
.
.
Tidak terasa mereka telah sampai di depan sekolah Haowen. Seorang guru yang mereka ketahui bernama Minat berdiri di dekat putra mereka.

"Tuan, nyonya Kim, kalian telah datang untuk menjemput Xiao Haowen?"

Dita tersenyum, dia merentangkan tangan untuk menyambut putranya. Haowen berlari dan melemparkan tubuhnya kedalam pelukan Dita. "Mommy!" Seru bayi Haowen antusias.

Bayi itu tidak hanya dipeluk, tetapi Dita juga menggendongnya. Hal ini membuat Seokjin khawatir jika keduanya mungkin akan terjatuh. "Hati-hati." dia melingkari pundak Dita, menjaganya dengan baik.

Hal ini tidak luput dari tatapan guru Mina. Wanita yang sempat memiliki ketertarikan kepada Seokjin, secara alami merasakan masam di hatinya.

Senyum yang dipaksakan tidak pernah bisa menipu Siapapun. Ketika Dita melihat senyum wanita tersebut tentu dia mengetahui gambaran kasar sosok Seokjin di mata wanita ini dan Dita sekilas menatap Seokjin penasaran. Apakah pria ini tidak menyadari apapun? Sebelum bertemu dengannya, pasti guru ini telah dengan sengaja menunjukan satu atau dua petunjuk tentang ketertarikan atau sikap baiknya, bukan? Seperti memperlakukan Haowen dengan istimewa sebagai contoh. Apakah dua pria, satu besar dan kecil benar-benar buta? Lupakan Seokjin, dia mungkin tidak selalu berinteraksi dengan guru ini, tetapi Bagaimana dengan Haowen? Apakah dia tidak tersentuh dengan kebaikan satu guru ini? Kenapa dia begitu bersemangat menjadikan orang asing sepertinya sebagai ibu?

Mereka pergi setelah beberapa kata kesopanan. Saat berada di dalam mobil, Dita mulai berbicara secara terbuka.

"Guru itu..."

"Aku tahu."

"Kau tahu? Lalu kau tidak memiliki pendapat apapun?"

"Tidak. Aku memiliki pandangan berbeda tentangnya. Entah lah hanya hatiku tidak membawanya untuk pergi mengambil sertifikat."

Wow! Pria ini benar-benar bajingan.

"Kim Seokjin, kau sudah berkencan dengan selusin wanita, bukan?"

Seokjin mengernyit, dia tidak puas dengan tudingan ini. "Demi tuhan aku tidak berkencan."

Dita menoleh ke belakang. Dan Seokjin ingin muntah darah. Ya Haowen! Apakah dia aku dapatkan dari bungkus snack?

Dia nyaris frustasi. Aku bahkan tidak tahu dari mana pria kecil ini berasal. Yang sialnya adalah, dia benar-benar darah dagingnya.

"Kecuali yang satu ini." kata Seokjin kemudian dengan prihatin.

"Kau tidak berkencan tapi mulutmu sangat manis saat merayu."

"Merayu apa? Aku tidak......" dia memikirkan kata-katanya kembali.

"Tidak. Aku memiliki pandangan berbeda tentangnya. Entah lah hanya hatiku tidak membawanya untuk pergi mengambil sertifikat."

Eoh sial! Dia mengerang frustasi di dalam hati. Demi tuhan dia tidak berniat merayu Dita tetapi fakta bahwa Kata-katanya, seolah hanya dita yang mengetuk hatinya dan membuatnya yakin untuk mengambil sertifikat, itu terdengar seperti bajingan dengan selusin wanita saat akan memulai malam panas mereka. Atau janji yang manis agar bisa tidur bersama wanitanya, kalian tahu maksudku. Rayuan buaya! Seperti itu.

"Tidak seperti itu. Aku benar-benar belum pernah berkencan. Apapun ibu Haowen... Kurasa aku pernah mengalami kecelakaan yang membuatku amnesia jadi aku tidak ingat seperti apa dia atau siapa dia."

"Jadi Haowen tidak tahu bagaimana ibunya?"

"Tidak. Seseorang meletakkan dia di depan pintu kos ku terdahulu. Tempat yang kau lihat sekarang adalah keputusanku saat aku sudah bersama Haowen. Lingkungan itu lebih baik dari sebelumnya. Jadi aku mulai tinggal disana. Adapun  ibunya, aku benar-benar tidak memiliki ide."

Dita mengangguk, dia mengerti dari bagian ini. Sekalipun di masa depan wanita itu datang, dia tidak bisa di salahkan sepenuhnya. .

Dita mengintip bayi mereka di kursi belakang. Pria kecil ini sedang asik bermain dengan mainan yang telah kakek Suho-nya belikan.

"Apakah baik-baik saja kita membicarakan ibu Haowen di depannya?"

Seokjin Akhirnya mengintip Haowen. Selama ini mereka baik-baik saja. Bahkan jika mereka membicarakan tentang ibu, Haowen tidak terlihat kesal atau emosional.

"Kurasa tidak. Dia anak yang pintar. Terlebih sekarang ada kau di sisinya."

Jantung dita berdebar lebih cepat. Rasanya seperti benar-benar dibutuhkan. Dia senang dengan perasaan ini.
.
.
.
.
Hari ini mereka masih tinggal di Mension utama Kim. Berhubung besok akan diadakan jamuan pernikahan mereka, Dita dan Seokjin memutuskan untuk tidak kembali ke apartemen.

"Kakek.. Nenek! Haowen pulang!" Haowen berlari dari teras hingga masuk kedalam ruang keluarga.

Seokjin merasakan perasaan yang sangat hangat di dalam hatinya. Putranya yang selalu pendiam karena kurangnya  kasih sayang sekarang lebih ceria dan bersemangat. Dia tidak lagi menjadi laki-laki kecil yang burung dan kaku.

"Hao-Hao kami sudah kembali?" Silla keluar dari ruang santai dan meraup Cucunya penuh semangat. Pria kecil digendong, dan tertawa terus menerus. "Nenek lihat apa yang aku buat untukmu." Haowen meminta Silla untuk menurunkannya. Dia mengambil sesuatu dari dalam tas. Itu adalah kertas berukuran  A4, di dalam keras terdapat potret keluarga yang sangat indah dengan warna cerah. Dua orang tengah duduk di kursi panjang dengan bayi di tengah. Bayi Haowen mencicit. "Ini adalah nenek dan kakek terfavorit. Dan mommy, Daddy ada di sini( berdiri di belakang sofa) dan ini, (duduk di sisi lain membawa tongkat dan mainan banyak) ini adalah kakek dari mommy."

Haowen di dalam potret duduk di pangkuan Silla. "Agh, ya tuhan cucuku adalah yang terbaik. Gambar milikmu benar-benar indah. Bisakah nenek memilikinya?" tanya Silla dengan mata merah dan sudut yang berair.

Haowen bingung. Kenapa nenek menginginkan gambar anak-anak yang tidak bisa dilihat sama sekali? Meskipun begitu dia tetap memberikannya.

"Tentu."

"Paman Lee!" teriak Silla terlalu keras membuat Suho yang berada di ruang belajar ketakutan. Sejak istrinya jatuh sakit beberapa waktu yang lalu, dia memutuskan untuk tinggal di rumah dan mengerjakan segalanya di rumah. Mendengar suara teriakan Silla seperti ciuman kematian untuknya.

"Silla! Apa kau baik-baik saja?"

Silla semula berjongkok di depan Haowen namun Suho yang terlalu berlebihan meraih pinggangnya dan menopang tubuh Silla sedikit ambigu bahkan pria ini tidak berpikir bahwa tangannya yang lancang benar-benar berada di payudara istrinya???.

Silla:.........?
Haowen:..........??????¿¿¿¿¿
Dita:..........?
Seokjin:.........?
Paman Lee yang membawa pigura dan palu: ..........??????



Continue Reading

You'll Also Like

115K 8.2K 53
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
34.8K 5.1K 34
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
72.1K 6.5K 40
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
807K 84.4K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...