Han J ; Drive You Insane

By PinkCappuccino

2.5M 269K 212K

Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu... More

Prolog
01 - Drunk Baby
03 - Athena's Owner
04 - Disturbed
05 - The Devil Smirk
06 - Beginning
07 - Bandung
08 - Pelampiasan
09 - Hug Me, Athena
10 - Serigala dan Kelinci
11 - Emotionless
12 - Han Jean
13 - Warmth
14 - Ancaman
15 - Pesta
16 - Cegil
17 - Camp
18 - Star Sprinkles
19 - Newlyweds
20 - New Dwelling
21 - Grocery Date
22 - I'm Not Okay
23 - Keluarga
24 - Dissimiliar
25 - True Foreigner
26 - Scared Again
27 - College Life Begins
28 - Terganggu
29 - Jealous
30 - Cat Boy
31 - Perasaan Asing
32 - Are You Happy?
33 - Form Pendaftaran
34 - Kehidupan
35 - Panggung Tuhan
36 - Love of Art
37 - Kunjungan
38 - Distempered
39 - The First Fight After Marriage
40 - Hate (?)
41 - I Don't Hate You
42 - Apologize
43 - Divulge
44 - The Most Important
45 - Istri Orang
46 - Embraced by Pain

02 - Marionette

80.6K 7.4K 3.5K
By PinkCappuccino

🖤 Komen di setiap paragraf biar gemash 🖤

❤︎❤︎❤︎

Athena menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin kamar mandi. Wajah bantalnya mendadak kusut karena melihat beberapa tanda merah di leher. Jangan tanya siapa yang melakukannya, tentu Han Jean. Tunangannya yang sedang menginap karena mabuk.

"Jean kebiasaan," keluh Athena, mengusap bekas kemerahan itu menggunakan air dari wastafel tepat di hadapannya. Gadis itu tetap menggosoknya meski tahu tidak akan hilang detik itu juga.

Di kamar mandi Athena sibuk membersihkan diri, sedang di kamar Han Jean masih nyenyak terlelap dengan posisi telungkup di atas sofa. Lelaki itu shirtless, hanya ditutupi selimut tipis itu pun karena Athena yang beri sebelum masuk ke kamar mandi.

Setelah berhasil membuat Athena getir karena tingkahnya semalam, Han Jean memutuskan untuk tidur di sofa. Tidak tega pada tunangannya yang tidak berhenti gemetar takut padanya. Athena juga butuh tidur untuk mengistirahatkan diri.

Dua puluh menit berkutat di kamar mandi, Athena keluar dengan rambut yang sudah setengah kering karena usai ia keringkan menggunakan hair dryer di kamar mandi.

Pandangan Athena tertuju pada Han Jean yang masih pada posisinya. Athena mendekat, berjongkok di tepi ranjang memperhatikan wajah tampan tunangannya saat terlelap.

Telunjuk Athena menyentuh hidung mancung Han Jean yang terdapat sebuah tahi lalat kecil di ujung tengahnya. Poni cowok itu berantakan menutupi dahi, matanya terpejam damai membuat siapa saja terpesona akan parasnya yang rupawan. Namun semua berubah kala mata itu terbuka, aura kejinya akan mendominasi.

"Jean nggak mau bangun? Sarapan, yuk?" ajak Athena berbisik rendah.

Athena terperanjat kala kedua mata Jean terbuka. Telunjuk Athena masih bertengger di ujung hidung mancungnya. Refleks ia menarik tangannya. "Kamu sudah bangun? Maaf," ujar Athena resah ketahuan.

Tangan Han Jean naik, menarik pelan rambut Athena untuk ia baui. "Wangi," ucapnya serak.

"Mau sarapan apa?" tanya Athena membenarkan letak poni Han Jean yang menutupi satu matanya.

"Yang ada."

"Bangun yuk! Mandi dulu, aku ke bawah siapin sarapan."

Athena berdiri dari jongkoknya, meninggalkan Han Jean yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya. Saat duduk, perut Han Jean menjadi tidak nyaman. Ia merasa ditekan bagian diagfragma. Han Jean sadari ia hendak muntah.

"Sial!" umpatnya kala sadar efek mabuknya semalam masih tersisa pagi itu. Ia segera berlari ke kamar mandi guna mengeluarkan isi di dalam perutnya.

❤︎❤︎❤︎

Han Jean segera menyeruput sup tauge tahu yang Athena buat sedetik setelah gadis itu menghidangkannya. Usai mandi wajahnya jauh lebih segar meski perutnya masih tidak nyaman.

"Perut kamu masih nggak enak?" tanya Athena khawatir. Wajah Han Jean tampak pucat, dia yang biasa mengomel juga jauh lebih pendiam.

Tangan Athena menarik mangkuknya sendiri agar lebih dekat, "Makanya jangan mabuk-mabuk, Jean. Kamu jadi sakit kayak sekarang," nasihat Athena lembut.

"Perut aku makin sakit kalau kamu ngomel."

Percuma saja Athena memberi nasihat, Han Jean tidak akan pernah dengar. Jangankan Athena, orang tuanya sendiri saja ia biarkan mengomel. Han Jean hanya mau mendengarkan satu orang di muka bumi ini, yaitu eyang ti. Selain beliau, hanya ia anggap angin lalu.

"Bentar lagi langsung pulang nggak?" tanya Athena.

Gerakan tangan Jean kala menyendokkan kuah sup berhenti, ia meletakkan sendoknya kemudian menatap lurus Athena yang masih asik makan.

Kala sadar Jean tengah menatapnya tajam, Athena langsung tersedak. Susah payah ia menelan sisa makanan di dalam mulutnya. "Kenapa, Jean? Aku buat salah?" tanya Athena merinding.

"Maksud pertanyaan kamu apa? Kalau aku mau di sini kenapa? Kamu kok suka banget usir aku? Nggak suka banget aku di sini?" cecar Han Jean dengan banyak pertanyaan.

"Bukan gitu, maksud aku—"

"Apa? Mau selingkuh? Mentang-mentang hari ini hari minggu?"

"Aku nggak ada sedikitpun niat buat selingkuh, Jean."

"Bagus, deh. Aku nggak main-main bakal tinju muka selingkuhan kamu sampai rata. Cobain kalau berani."

Ancaman lagi yang Athena terima. Han Jean sehari tidak mengancam mungkin bibirnya akan gatal. Bahkan untuk melawan, Athena tidak ada nyali. Selain berkuasa, dia benar-benar gila. Hubungan Athena dan Han Jean tidak lebih dari mainan dan pemiliknya. Tunangan? Itu hanya omong kosong.

"Siang ini aku mau ke sasana tinju. Aku mau kamu ikut aku latihan."

Athena tidak langsung mengiyakan. Ia menggigit bibir bawahnya bimbang. Sampai akhirnya ia memberanikan diri berucap, "Maaf, Jean. Kayaknya siang ini nggak bisa. Aku ada pelatihan kerja paruh waktu di coffee shop."

"Kerja?"

Kepala Athena mengangguk. "Aku butuh pekerjaan ini. Partner aku cewek, kok. Terus aku kerjanya pulang sekolah sampai malam jam sembilan. Pulangnya aku bawa motor sendiri."

"Athena aku nggak salah dengar? Kerja?"

"Maaf nggak kabari kamu. Aku mau bilang tapi waktunya nggak pernah pas. Aku butuh uang buat bayar SPP bulan ini, Jean."

Han Jean semakin tidak selera makan. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi, melipat tangan dan mengintimidasi Athena yang sudah gugup. Di bawah meja, jari-jari tangan Athena terpaut.

"Mama kamu nggak ada kasih kamu uang?"

Athena menggeleng.

"Bayar SPP cuma alasan, kan? Bajingan mana yang buat kamu bohong sama aku?"

"Aku nggak bohong, Jean. Beneran aku lagi butuh uang. Tabungan aku juga dipakai sama Mama. Mama lagi kesusahan."

"Kesusahan kalah judi maksudnya?" sindir Jean mempertegas, ujung bibirnya tersungging meremehkan. Lelaki itu mengais ponsel yang ada di atas meja, mengotak-atiknya. Membiarkan Athena mematung karena ucapan Jean yang menohok hatinya.

Tak lama sebuah notifikasi di layar Athena mengambang di atas layar, mengalihkan pandangannya. Sebuah pemberitahuan dari aplikasi M-banking yang memberitahu bahwa ada uang masuk.

"Aku transfer seratus juta dulu. ATM utama aku lagi diblokir sama Ayah. Nanti aku kirim lagi kalau udah beres."

"Aku nggak minta uang kamu, Jean," lirih Athena menahan sesak di dadanya.

"Aku nggak izinin kamu kerja. Kamu butuh uang, kan? Aku kasih. Masalah beres."

"Kamu nggak mikirin harga diri aku? Ini bukan masalah uangnya."

Han Jean muak. Ia paling malas berdebat terlebih masalah uang dengan Athena. "Lo mau cari ribut sama gue? Mau memperpanjang masalah?"

"Aku transfer balik uang kamu." Athena mengambil ponselnya, hendak mengirim kembali uang yang Han Jean kirimkan padanya.

Belum berhasil Athena mentransfer uang Jean kembali, suara pecahan mangkuk membuat jari Athena berhenti bergerak di atas layar ponsel. Han Jean membanting mangkuknya di atas lantai dengan keras.

"Apa lo bilang tadi? Harga diri?"

Athena membeku, terkejut dengan suara pecahan  yang tiba-tiba.

"Kalau ngomongin harga diri, sekalian lo bilangin nyokap lo. Ada harga diri nggak minta duit terus ke keluarga gue buat judi?" Han Jean tertawa sinis, "nggak usah ngomongin harga diri kalau tujuan lo cuma mau selingkuh dari gue."

Tuduhan tak berdasar itu, Athena sungguh muak.

Han Jean menggebrak meja karena Athena hanya bungkam. "Ngomong anjing! Bajingan mana yang buat tingkah lo jadi gini? Gue habisin dia!"

"Aku malu. Aku terlampau sadar Mama aku kayak gitu, makanya aku nggak mau nyusahin keluarga kamu dan kamu." Susah payah Athena mengatakannya, meski tenggorokannya terasa sakit menahan gumpalan asing. Air mata Athena susah payah ia tahan agar tidak luruh.

"Gue nggak butuh alasan lo. Yang gue butuh itu lo cuma nurut sama gue. Kerja? Itu cuma alasan lo menghindar dari gue, Athena."

"Enggak, Jean."

"Bullshit!" sentak Jean naik pitam. Athena sampai beringsut mundur ketakutan karena bentakan itu.

"Apa nama coffee shop tempat lo kerja?" tanya Jean.

"Kamu mau apa?"

"Kirim bulldozer buat hancurin bangunannya."

"Jean," lirih Athena lemas mendengar rencana busuk tunangannya.

"Tetap jadi Athena manis penurut. Sejak kapan Athena gue mikirin harga diri? Segala mau kerja paruh waktu. Selama tiga tahun ini ke mana aja baru inget punya harga diri?" Jean tidak berhenti mengeluarkan kata-kata tajamnya.

"Lo pikir selama ini mama lo dapat duit dari mana? Judi?" Han Jean berdecih, "Mama lo itu nggak lebih dari mantan napi pecandu judi. Mana bisa dia hidupi putri semata wayangnya dari judi? Lo nggak mikir sampai sana? Polos banget, sih, Athena?"

"Apa? Mau batalin pertunangan karena nggak suka sikap gue? Lo kerja seumur hidup juga nggak bakalan bisa lunasin uang yang udah keuarga gue kasih. Nggak bakal bikin kesalahan mama lo ke gue termaafkan!"

Athena tidak kuat lagi membendung air matanya, ia menunduk dan menangis dalam diam. Membiarkan Han Jean selesai dengan ucapan tajamnya. Selesai menyakiti perasaannya dengan perkataan yang keluar dari mulut lelaki itu.

"Nangis? Nangis aja terus! Lo pintar playing victim, buat gue jadi penjahatnya padahal lo dulu yang mulai!"

Han Jean berdiri, mengais kasar ponsel dan kunci motornya yang ada di atas meja. "Gue ratain tuh bangunan! Sialan!" umpatnya sebal.

Athena mendongak panik, ia segera beranjak dan menahan pergelangan tangan Jean menggunakan dua tangan. "Enggak, Jean! Jangan! Aku... aku nggak jadi kerja. Aku nurut sama kamu, aku nggak bakal transfer balik uangnya." Tangis Athena semakin deras mengalir membasahi dua pipinya.

"Terima kasih, harusnya aku bilang terima kasih dan nggak ngelawan kamu." Athena buru-buru mengakui perbuatannya yang salah di mata Jean. Tentu sambil terisak sampai suaranya tidak terdengar dengan jelas.

"Athena," panggil Jean.

"Ya?" balas Athena menahan isakan membalas menatap Jean yang sudah tersenyum puas.

"Aku pulang dulu buat ganti baju. Nanti aku jemput kamu lagi. Temani aku latihan boxing. Ya?"

Athena mengangguk berkali-kali mengiyakan. Ia takut melawan lelaki di hadapannya, takut Jean melakukan hal gila yang merugikan orang lain karena ulahnya.

"Berhenti nangis, Sayang. Nanti mata cantik kamu sembab. Aku nggak suka." Lembut jempol Han Jean mengusap air mata di pipi Athena.

Mati-matian Athena menahan isakan dan air matanya. Han Jean pergi setelah Athena bisa mengatur diri. Namun semua menjadi sia-sia kala Athena berjongkok guna membereskan serpihan beling akibat ulah tunangannya yang sinting itu.

Athena kembali menangis sesenggukan. Dadanya penuh, rasanya sangat sesak kala sadar bahwa sejak ia terpaksa bertunangan dengan Han Jean, sejak itu lah ia harus siap menyerahkan harga dirinya untuk Han Jean injak-injak. Kedua tangan Athena tampak bebas, tapi kenyataannya tidak. Ada banyak tali yang mengikat pergerakannya.

Marionette adalah sebutan pas untuk Athena, sedang Han Jean merupakan sang manipulator yang mengoperasikan tali marionette sesuka hati.

- To be continued -

🖤 Next part 3K komen 🖤

Continue Reading

You'll Also Like

5.3M 286K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
Januari By pana

Teen Fiction

22.5K 1.9K 17
Januari, laki-laki dengan rahang tegas berslayer hitam terikat lengan kirinya. Januari Bintang Leo, laki-laki berzodiak Leo yang bernama Januari. Jan...
25.7K 2.2K 100
"Mama selalu suka perbedaan, karena menurut dia perbedaan itu unik. Sama kayak kamu, tapi kamu yang buat perbedaan kita jadi unik. Kamu rela tinggali...
295K 36.6K 13
Teman tapi posesif? Arkanza Archeron itu galak, kejam, tidak berprikemanusiaan. Dia sering membunuh orang dengan mulut pedasnya. Begitulah menurut Ge...