Replika Hati (On Going)

Von Siriusmayoris

231 60 7

DIBACA BUKAN DIPLAGIAT‼️ A Teenlit Story! ------ "Jangan ngejudge orang lain seenaknya, jangan sok tahu kalau... Mehr

Attention‼️
Prolog
1. SACHI : GEBETAN
2. SACHI : AWAL MULA
3. SACHI : GOSIP
4. SACHI : PERTEMUAN
6. SACHI : CURHATAN
7. SACHI : CEMBURU?
8. SACHI : CHASEL
9. SACHI : GEMPAR
10. SACHI : PROJECT
11. SACHI : SERENDIPITY
12. SACHI : TERJEBAK
13. SACHI : KEMELUT
14. SACHI : PINJAMAN

5. SACHI : PETUAH

9 4 0
Von Siriusmayoris

"Hai, Mama sayang," ujarku setelah duduk dan menutup pintu mobil.

"Lama, Dek, nunggunya?" tanya Mama sambil memelukku singkat, setelah aku mencium tangannya.

Tanganku lantas meraih seat belt sebelum menjawab pertanyaan mama. "Lumayan, Mama tadi kejebak macet dimana?"

Mama mulai melajukan mobilnya menjauh dari area sekolah. Sedangkan aku langsung menyandarkan punggung pada kursi mobil. Menarik nafas berat.

"Biasa, Margomulyo, kok lemes banget, Dek? Weekend loh ini?" tanya Mama melirikku yang sudah memejamkan mata.

"Panas banget diluar, Ma."

"Gak usah ngeleslah, Dek, sama Mama. Jangan ada yang ditutupi, kamu kayak sehari dua hari aja tinggal di Surabaya."

Aku tersenyum samar dengan mata terpejam, mana bisa aku menutupi sesuatu dari Mama.

Ingat Sachi, kamu lagi berhadapan dengan Ibu PIO. Kata-kata Kak Zayyan tiba-tiba menggema dengan sendirinya.

Sebutan itu sebenarnya sebutan yang dibuat Kak Zayyan. Kakak laki-laki satu-satunya yang aku miliki yang juga alumni SMK Insan Adikara (SEMEKIA). Katanya, Mama bisa membaca kebohongan seseorang hanya dengan melihat gerak tubuh dan matanya, secara Mama bekerja sebagai Manager HRD (Human Resource Departement) disalah satu bank milik BUMN. Mungkin itulah sebabnya Kak Zayyan menjuluki Mama sebagai Ibu PIO.

Padahal PIO (Psikologi Industri dan Organisasi) merupakan cabang ilmu psikologi yang melakukan kajian fenomena perilaku dan proses mental dalam pekerjaan. Entah korelasinya dari mana sebutan Ibu PIO dengan cabang ilmu psikologi, hanya Kak Zayyan yang tahu.

"Mama tau banget." Aku membuka mata, bangun dan meraih botol minum yang ada di dashboard mobil. Percuma bohong sama Mama, kalau aku tetap tidak jujur bisa-bisa akan mendapat ultimatum menjadi anak durhaka karena melanggar kesepakatan bersama.

Ya, mama membentuk kesepakatan bersama antara aku dan Kak Zayyan untuk selalu berkata jujur sepahit apapun kejujuran itu.

"Kamu itu mbok, ya, cari alibi yang tepat, Mama tahu kata panas tadi bukan merujuk pada suhu udara, tapi lebih ke panas hati dan pikiran," kata Mama diselingi senyum.

Aku tenggak sedikit air dingin yang langsung membuat tenggorokanku lega. Mengangguk singkat tanda membenarkan tebakan Mama. Tidak tahu kenapa, hatiku mendadak mellow setelah bertemu Kaivan.

Segala macam spekulasi semakin bergerak liar di kepala, terutama rasa ingin tahuku kenapa Jiro membawa kunci Kaivan, kenapa Kaivan masih disekolah sendirian, dan kemana Floritta, bahkan sampai aku meninggalkan pelataran sekolah sosoknya tidak juga muncul.

Usapan halus di kepala membuat aku menoleh kearah Mama. "Kenapa bengong? Sedih ya, tadi gak ketemu pujaan hati?" goda Mama.

"Ish ... apa, sih, Ma," keluhku pura-pura cemberut sambil kembali meletakkan botol ke tempat semula.

Mama dan Kak Zayyan memang mengetahui aku menaruh hati pada lawan jenis. Berniat menyembunyikan semuanya dari Mama dan Kak Zayyan, aku malah ketahuan gara-gara menyimpan banyak foto Kaivan di laptop dan galeri ponselku. Endingnya Kak Zayyan mengadu ke Mama, menceritakan semuanya.

Tahun terakhir Kak Zayyan di Semekia membuat hidupku terombang-ambing dalam lautan kebohongan. Tepatnya sejak Sabana Brengsek melakukan pelecehan verbal padaku, sehari setelah kejadian itu, Kak Zayyan menebar berita bohong kalau aku adalah pacar barunya.

Jalan pintas tersebut nyatanya bukan menjadi solusi yang tepat karena para cewek pecinta Zayyan Farubi langsung memusuhiku. Ditambah cewek-cewek seangkatan Kak Zayyan yang tidak berhenti melabrak dan menyalahkanku akan kandasnya hubungan Kak Zayyan dan pacarnya semakin menempatkan aku dalam jurang masalah.

Saat aku ingin menyudahi sandiwara tidak berdasar itu Kak Zayyan selalu menegaskan cukup sekali dia kecolongan. Dia rela meninggalkan cewek pujaannya demi berpacaran—ralat pacar pura-pura—dengan adik kandungnya sendiri.

Ya, lagian mau bagaimana lagi, aku juga tidak menyalahkan dia saat kejadian tidak bisa menolong. Aku memaklumi karena saat itu Kak Zayyan masih menjabat sebagai ketua OSIS yang sedang melakukan rapat internal.

Anehnya ketua osis lagi rapat, malah wakilnya flirting ditempat parkir. Sabana Sialan.

Sehari sebelum masuk SMK, aku bahkan meminta Kak Zayyan untuk pura-pura tidak saling mengenal demi ketentraman masa putih abu-abuku. Tidak tahunya, nasib malah sebaliknya. Dengan berat hati aku mengikuti skenario kebohongannya sampai sekarang.

Sudah dua tahun Kak Zayyan meninggalkan Semekia, tapi tetap saja spekulasi itu masih ada. Terutama teman seangkatanku yang tahu betapa hebohnya gosip perusak hubungan orang yang menerpaku dulu. Sebagian dari mereka—yang tidak menyukaiku sejak awal—masih beranggapan hubunganku dan Kak Zayyan masih begitu langgeng diatas penderitaan mantan pacar Kak Zayyan sangat tidak pantas dan tidak patut dibanggakan. Masa bodoh, lah, orang hanya bisa beragumen, mana mau orang mengerti keadaan kita.

Berbeda dengan Kak Zayyan, Mama tidak marah saat mengetahui anak perempuannya ini naksir remaja laki-laki, jawaban Mama saat aku tanya saat itu adalah semua manusia wajar mengalaminya, cinta itu perasaan positif yang diberikan Sang Pencipta pada setiap makhluknya, satu pesan Mama yang sampai saat ini masih aku ingat, agar aku lebih bisa menjaga diri dan tahu batas-batas apa yang berhak dilakukan dan tidak dilakukan.

"Adek ... cinta itu memang butuh perjuangan, kamu tahu gak, cinta yang paling dahsyat itu adalah cinta dalam diam?" tutur Mama sambil memelankan laju mobilnya karena traffic light di depan menunjukkan warna merah.

"Kok bisa gitu?" tanyaku penasaran seraya memiringkan tubuh kearah Mama.

"Ya bisa, orang mencintai dalam diam itu orang yang percaya pada takdirnya, orang yang percaya pada takdirnya itu akan menyerahkan semua yang terjadi pada Sang Penciptanya. Seperti adek yang menjaga cinta dalam diam selama tiga tahun belakangan ini. Mama liat kamu masih setia, mempercayakan hati kamu pada satu orang begitu lamanya meski orang itu gak mengetahuinya," jelas Mama dengan sangat halus tanpa ada maksud menghakimi.

Mama mulai melajukan mobilnya lagi saat lampu berubah warna, aku hanya diam tanpa mau menanggapi. Merenungi setiap kata yang terlontar dari mulut mama.

"Adek jatuh cinta dan adek pasrah menyerahkan semuanya kepada Allah, kan?" tanya Mama yang langsung aku jawab dengan anggukan.

Air mataku mulai menggenang ketika Mama mulai memberikan nasehatnya seperti ini, bukan karena aku tidak suka di nasehati tapi lebih ke aku bahagia mendapati Mama seperhatian ini.

Tidak sedikit orang tua di luaran sana langsung menjudge anaknya agar tidak main cinta-cintaan tanpa mau mendengarkan apa yang sebenarnya dirasakan anaknya. Sehingga membuat anaknya memberontak dan akhirnya menjalani backstreet karena takut untuk berkata jujur.

"Mama yakin, adek percaya segala sesuatu yang telah di gariskan dan di takdirkan oleh Allah adalah sebaik-baiknya pengharapan, kalau memang Kai itu menjadi jodoh adek, berati dia memang jodoh terbaik yang sudah Allah pilihkan untuk adek, kalaupun sebaliknya, adek harus percaya Allah akan mengirimkan yang lebih baik dari seseorang yang sekarang adek cintai, pelan-pelan, ya, Dek."

Mama langsung meminggirkan mobilnya ke pinggir ruko yang telah tutup dan memelukku dari balik kemudi. Dengan sabar memeluk sambil menepuk pelan bahuku. "Anak Mama hebat, anak Mama bisa! Kalaupun belum bisa bersatu sekarang ya gak apa, siapa tahu sebentar lagi dia tahu perasaan adek, kalau memang dia juga tertarik dengan adek berarti itu bonus, kalau gak bisa bersatu ya adek pasti akan dapat yang lebih baik lagi. Ingat, apa yang menurut adek baik, belum tentu baik buat Allah," ungkap Mama sambil menyeka air mata yang ada di pipiku.

Kata-kata Mama membuat air mataku meluruh, apalagi ditambah usapan Mama di kepala, aku semakin tersedu-sedu. Aku benar-benar malu dengan sikapku barusan, nangis karena masalah cinta sedangkan Mama harus berjuang dengan masalah jauh lebih berat lagi.

Mama seorang single parent, Papa meninggal 9 tahun lalu saat aku duduk di kelas 4 SD dan Kak Zayyan duduk di kelas 6 SD. Kepergian Papa secara tiba-tiba membuat kami terpuruk.

Saat aku menginjak kelas 6 SD dan Kak Zayyan masuk jenjang SMP, Mama mulai mencoba bangkit lagi. Semua ada masanya yang datang akan kembali pada Sang Pencipta. Mau tidak mau Mama harus belajar legowo dan ikhlas, masih ada aku dan Kak Zayyan yang memerlukan Mama untuk menjadi super mom bagi anak-anaknya.

"Makasih, ya, Ma. Mama selalu ada buat Sachi dan Kak Zayyan apapun keadaannya," kataku sambil menyeka ingus dengan tisu.

Mama tertawa garing menanggapinya. "Kalian, kan, anak-anak Mama, itu udah jadi tanggungjawab Mama buat selalu ada buat kalian," jawaban itu membuat hatiku tentram.

"Yaudah, ayo pulang, Sachi lapar."

Mama mencubit pipiku pelan. "Iya itu, nangis gak bikin kenyang malah bikin lapar!"

"Mama ...."

Mama tertawa kecil. "Yaudah, kita pulang sebelum Kakak kamu ngomel-ngomel." Mama mulai menjalankan mobilnya keluar area pertokoan.

"Lah, Kak Zayyan gak jadi keluar, Ma?" Setahuku tadi pagi waktu sarapan, sore dia mau keluar cari buku ke Gramedia.

Kak Zayyan sekarang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Sains dan Teknologi di Unair, dia lebih memilih tetap tinggal di Surabaya merelakan cita-citanya untuk merantau ke Jakarta kuliah di UI, membuang banyak kesempatan dan beasiswa demi menjaga aku dan Mama. Bagaimana bisa aku tidak sesayang itu pada kakakku setelah segala pengorbanannya.

"Udah pulang tadi, ini mau mampir beli sesuatu dulu nggak?" tawar Mama yang aku tanggapi gelengan.

-------

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

179K 17.2K 25
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
507K 25.3K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
2.5M 257K 61
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
2.5M 122K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...