Different Brother✔

By Naacha_Nadya

360K 18.1K 639

Ajma adalah seorang gadis sebatang kara yang di angkat anak oleh seorang kyai besar pemilik ponpes Al-Majid... More

Prolog
Pangeran Pesantren
Berkedok buku
Kakak Pulang
Happiness Girl
Siapa Dia?
Rencana Perjodohan Abi
Gara-Gara Tes
Cemburu?
Dia, Adik Ku
Melepaskan Cinta
Si Pitik
Halal
Istri Menggemaskan
Perempuan di hati Kazam
Ngabuburit
Perhatian Kecil
Ketahuan
Kemalangan Anisa
Pergi
Gosip
Aku Kembali
Confess
Kabar Hanin
Congratulations
Takut
Calonnya Ikrar?
Obrolan Umi Abi
Persiapan Liburan
Tolong Akuuuu😭😭
Jalan Malam
Untuk Pertama Kalinya
Sepanjang Hari Ini
Hanya Demam
Antara Mereka
Mafia Malam
Peluang Tak Disengaja
Kemarahan Kazam
Keputusan
Rahasia di Balik Rahasia
Pernyataan Si Pelakor
Keputusan 2
Info Yang Didapat
Terungkap
Tentang Adopsi
Berdamai Dengan Keadaan
Kabar Bahagia
Kembali Berkumpul
Visual Katanya🙂

Liburan Kitaaaa

6.1K 306 20
By Naacha_Nadya

Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, Ajma pun langsung menghampiri kelincinya yang bernama Zack. Satu plastik wortel Ia sediakan untuk kelincinya itu.

"Hufh, Mas Ikrar gak ada disini lagi. Kalo ada Mas Ikrar kan aku titip aja ayang Zack sama dia" celotehnya sambil memegangi ujung wortel yang sedang kelincinya makan.

"Kelinci aja di panggil ayang sedangkan aku? Gak pernah tuh" Ajma menoleh saat mendengar suara Kazam dari belakangnya.

Ia melihat suaminya itu kini sedang meneguk segelas air yang Ia tuangkan dari dalam teko. Ajma mengerutkan hidungnya menatap Kazam sebal.

"Kalo aku manggil kamu ayang, gak pantes. Muka kek bongkahan es gitu di panggil ayang" Ajma sedikit memelankan suaranya saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Apa kamu bilang?" Kazam mendekatinya dengan satu alis terangkat.

"Fakta Mas" Ajma melipat tangannya acuh.

"Awas kamu ya" Kazam memeluk pinggang Ajma dan menggelitikinya.

"Mas Mas hhhh..." Ajma meronta-ronta kegelian.

Kazam pun menghentikan gelitikannya dengan keadaan tubuh Ajma yang kini sudah sedikit melorot. Kazam pun menunduk untuk menatap wajah istrinya begitupun dengan Ajma yang kini tengah mendongak menatap Kazam.

"Kamu lucu banget si" Kazam mencium kening Ajma seraya tangannya mencubit pipi chubby istrinya.

"Iih sakit tau" Ajma memanyunkan bibirnya sambil mengelus pipi chubby nya yang tadi kena cubit.

"Maaf aku gak sengaja" Kazam pun memegang tangan Ajma yang sedang mengelusi pipinya itu.

"Ayo siap-siap. Jam 8 kita udah harus berangkat" ajak Kazam.

"Masih pagi Mas" rengek Ajma malas.

"Kamu dandannya lama. Iya skincare, bedak, lipstik, dan kawan-kawannya. Tapi ingat jangan tabarruj. Allah memang menyukai keindahan dan bersolek pun di anjurkan untuk perempuan yang sudah bersuami tetapi, jika itu sudah memasuki level tabarruj aku melarang kamu untuk melakukannya" Ajma tersenyum dan mengangguk.

"Satu lagi, kamu juga gak boleh ngukir alis. Walaupun hukumnya memang masih simpang-siur tapi, untuk mengambil aman kita ambil saja asalnya yaitu tidak boleh. Aku pernah baca di sebuah buku fiqih perempuan karya Syaikh Mutawalli As Sya'rawi, di situ tertulis bahwa mengukir alis hukumnya haram karena selain dari mengubah ciptaan Allah, mengukir alis juga sama hukumnya seperti menyambung rambut yang sudah jelas keharamannya" jelas Kazam yang di angguki oleh Ajma.

"Mas aku mau tanya"

"Apa hmm?"

"Kalo tanam bulu mata apakah sama kaya menyambung rambut?"

"Bulu mata sejenis dengan rambut bukan?" Ajma pun mengangguk.

"Hukumnya sama, haram. Tapi, kalo pakai maskara mungkin masih di perbolehkan dengan catatan tadi itu, jangan berlebihan atau tabarruj. Di zaman sekarang ini memang sepertinya praktek tabarruj dan sufur sudah menjadi hal lumrah di kalangan wanita__"

"Sufur itu apa?" Potong Ajma.

"Telanjang muka atau tidak berhijab. Banyak perempuan-perempuan muslim yang rela memeraktekkan dua hal itu hanya demi memenuhi hasrat duniawinya. Padahal, mereka tidak tau kecantikan yang saat ini mereka dambakan akan menjadi pemberat timbangan amal buruk mereka di akhirat kelak.

Dosa memang tidak terasa hari ini, besok, dan entah sampai kapan, mereka berlenggak-lenggok memamerkan kemolekan tubuh mereka, rambut mereka, wajah cantik full make up mereka tanpa sadar kehormatan mereka sedang terancam. Mereka cantik di mata para penikmat namun, mereka hina di mata sang pencipta.

Dan, hari ini banyak perempuan yang seperti itu, perempuan-perempuan yang tidak menyadari jika setiap detik, menit, dan langkah yang mereka lewati beribu-ribu dosa terus mengalir bak mengalirnya air di sepanjang sungai nil.

Aku melihat perempuan-perempuan seperti itu bukannya terpesona ataupun nafsu. Tapi, lebih kasihan sama orang tuanya. Karena dosa si anak akan di pertanggung jawabkan oleh orang tuanya juga. Maka dari itu, orang tua pun harus introspeksi diri.

Jika anaknya nakal jangan menyalahkan anaknya terlebih dahulu tapi tanyakan diri sendiri apakah sudah benar dalam mendidik anak dan apakah sebagai orang tua sudah memberikan pertanggungjawaban berupa nasehat baik secara lisan maupun tindakan"

"Ternyata jadi orang tua itu gak gampang ya Mas" Ajma menunduk sedih.

"Kamu gak usah takut. Kita tumbuh besar di keluarga yang harmonis. Umi Abi salah satu contoh orang tua yang bertanggungjawab, mendidik anaknya dengan baik, menasehati dengan cara yang benar, dan memberikan asupan agama yang cukup untuk anak-anaknya. Kita sebagai anak yang baik dan menyayangi mereka yang kelak kita pun akan menjadi orang tua, sudah sepatutnya kita bercermin pada akhlak mereka berdua" Ajma mengangguk menyetujui ucapan Kazam.

"Kamu bener Mas. Kita sepatunya bercermin kepada Umi dan Abi. Mereka orang tua yang baik dan tak pernah pilih kasih. Aku selama disini gak pernah merasakan perlakuan yang berbeda dari mereka, aku selalu di perlakukan sama seperti anak-anak kandung yang lain" Kazam menarik Ajma kedalam dekapannya.

"Istri aku perempuan hebat yang rela mengorbankan perasaannya demi berbakti kepada kedua orangtuanya"

"Sekarang, aku yakin kalo pilihan orang tua itu gak pernah salah, kalo kita nurut sama orang tua insyaallah hidup kita akan diberikan keberkahan oleh Allah subhanahu wata'ala. Seperti aku sekarang contohnya.

Kalo aja Mas Kazam dari dulu ada disini mungkin, Ajma jatuh cinta ke Mas Kazam duluan. Tapi, ya sudahlah mungkin emang Allah nakdirin kita buat bersatu dengan cara seperti ini" Ajma menyenderkan kepalanya pada dada bidang suaminya dan mengeratkan pelukannya.

Kazam mengulum bibirnya dan mengarahkan tangannya untuk mengelus pucuk kepala istrinya yang masih tertutup mukena tersebut dengan lembut.

"Aku sayang banget sama kamu Mas. Karena kamu merupakan pilihan Allah yang Allah kirimkan lewat perantara Abi. Aku yakin Allah memberikan kamu sebagai hikmah tersembunyi untuk ujian yang dahulu pernah aku hadapi"

"Hmm... Jadi sok dewasa" Kazam terkekeh mendengar kata-kata bijak istrinya yang tak biasanya dia berkata seperti itu.

"Hhh iya dong suami aku aja dewasa masa aku enggak" Ajma mendongak menatap Kazam sambil tertawa.

"Enggak kok kita seumuran"

"Si paling seumuran" Ajma menjulurkan lidahnya meledek Kazam. Kazam hanya tersenyum sambil menoel hidung mancung istrinya.

****

"Ajma berangkat dulu ya Umi" Ajma mencium punggung tangan Uminya dengan takdzim.

"Yah... Umi cuma berdua doang dong sama Abi " Umi Affah menunjukkan wajah berpura-pura sedih.

"Cuma tiga hari doang kok Umi" Ajma memegang tangan uminya dengan wajah memohon.

"Kamu hati-hati ya sayang" Umi Affah pun mencium kening Ajma dengan lembut.

"Iya Umi. Kan sama jagoannya Umi, tenang aja Ajma di jagain kok" Ajma menunjuk Kazam dengan matanya.

"Jagain Ajma ya Zam. Anak Umi gak boleh sampe lecet-lecet" Kazam memutar bola matanya malas. Sebenarnya disini yang anaknya Umi itu siapa si?

"Iya Umi" balas Kazam dengan senyuman paksa.

"Abi, Ajma berangkat ya" Ajma beralih mencium punggung tangan Abi nya.

"Iya. Hati-hati dijalan ya nak" Kyai Abduh mengelus pucuk kepala Ajma. Ajma pun tersenyum lembut dan mengangguk-angguk.

"Oh iya Abi. Ajma minta tolong ya, tolong kasih makan Zack 3 kali sehari. Ajma gak mau pulang-pulang Zack mati kaya almarhum si Sipit" Ajma mencebikan bibirnya mengingat pitiknya yang mati tempo hari.

"Pitik aja almarhum" sindir Kazam sambil tersenyum geli menutupi mulutnya dengan telungkup jarinya.

"Pitik juga makhluk hidup kali" Ajma memanyunkan bibirnya menatap Kazam dengan sinis.

"Iya. Nanti Abi kasih makan ya" balas Kyai Abduh.

"Makasih Abi" balas Ajma dengan perasaan tenang.

"Kami pamit ya Umi, Abi" Kazam pun mencium punggung tangan kedua tuanya.

"Hati-hati Zam" balas Umi dan Abi bersamaan.

"Assalamu'alaikum" ucap keduanya seraya berjalan pergi.

"Wa'alaikumsalam"

****

Setelah menempuh perjalanan menggunakan pesawat terbang yang memakan waktu kurang lebih 5 jam, akhirnya kedua pasutri itu telah sampai di sebuah hotel yang cukup besar. Merekapun membuka pintu kamar dan masuk kedalam seraya meletakkan koper mereka dan keduanya langsung berbaring begitu saja.

"Hufh... Capek banget Mas"

"Sama" Kazam seraya memejamkan matanya.

"Kita belum beresin baju lagi" Ajma menoleh ke arah Kazam yang nampak santai-santai saja.

"Kita tidur siang dulu yah" Kazam mengatakan itu dengan mulut setengah menguap.

Keduanya pun akhirnya sama-sama memejamkan mata dan terlelap tidur. Satu menit dua menit hingga... Satu jam berlalu. Adzan ashar pun mulai berkumandang. Kazam terbangun dari tidurnya saat mendengar suara adzan tersebut.

"Astagfirullah" Kazam memijat pangkal hidungnya seraya meraih handphonenya untuk melihat jam.

"Udah jam empat. Mending aku mandi dan sholat dulu setelah itu beresin barang-barang" Kazam pun beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Beberapa menit Kazam di kamar mandi hingga akhirnya Ia pun keluar dengan bathrobe di badannya. Ia menatap seorang gadis yang masih tertidur pulas di atas kasur sana. Kazam tersenyum jahil dan berjalan mendekatinya.

Ia pun mencipratkan sisa-sisa air di tangannya ke arah Ajma yang masih berbaring menutup mata tersebut. Bulu matanya menampakkan pergerakan. Perlahan, mata bulat itu terbuka.

"Eughh..." Ajma mengulet sambil mengucek-ucek matanya yang masih terasa sepat.

"Iiih Mas" rengeknya dengan suara serak khas bangun tidur.

Kazam terkekeh pelan mendengar itu. "Ayo bangun yuk sholat udah ashar"

Ajma pun terbangun dari posisi tidurannya dan duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawa. Ia pun mengulet sambil menguap panjang sebelum akhirnya turun dari kasur dan berjalan memasuki kamar mandi.

Beberapa menit Ajma melakukan ritual mandinya hingga akhirnya Ia pun keluar dari kamar mandi dengan keadaan sudah mengenakan kaos hitam dan celana training nya.

Ia celingukan mencari suaminya namun, Ia sama sekali tak menemukan sosok laki-laki itu di sudut manapun. Ajma pun melihat jika baju-baju di dalam kopernya sudah tertata rapih di dalam lemari. Pasti Kazam yang membereskannya.

Ajma pun mengambil mukenanya dan mulai melaksanakan sholat ashar dengan khusyuk.

"Assalamu'alaikum warahmatullah" Ajma mengusap wajahnya setelah selesai sholat.

Ia pun berdzikir sebentar dan melangitkan beberapa doa. Setelahnya Ia pun mengusap wajahnya dan terbangun dari posisinya seraya melepas mukenanya.

"Mas Kazam mana si?" Ajma pun memutuskan untuk keluar dari kamar menuju ke halaman belakang yang mana disana terdapat sebuah kolam renang dan tempat bersantai yang di fasilitasi untuk kamar hotel yang Ia dan Kazam sewa.

"Waw..." Ajma di buat takjub dengan keindahan arsitektur tempat pada halaman belakang ini.

"Jadi pengen renang deh. Udaranya adem sore-sore gini" Ajma celingukan ke sekitar memastikan jika tidak ada orang disini.

Ia pun melepas kaos hitam dan celana training dan meletakkannya di sebuah kursi santai yang ada di pinggir kolam. Ia pun turun ke dasar kolam dengan perlahan dan mulai merendam tubuhnya di sana.

"Enak banget" Ajma memejamkan mata menikmati kehangatan air di dalam kolam tersebut. Mungkin terasa hangat karena tengah hari tadi sempat panas terik.

"Kalo ada Mas Kazam mampus si. Mana cuma pake beginian doang" Ajma menatap dirinya yang kini hanya memakai bikini saja.

"Hufh, tapi terserah deh. Ini terlalu nyaman untuk tinggalkan" Ajma pun kembali menyenderkan kepalanya ke pinggiran kolam dan memejamkan matanya dengan rileks.

Tanpa Ajma sadari, pintu kamar tergeser dan menampilkan seorang laki-laki dengan tote bag putih di tangannya berjalan keluar ke halaman belakang.

"Ck, Ajma mana si. Dia belum makan loh" Kazam menggaruk kepalanya sambil celingukan.

Dahinya mengernyit melihat sebuah kaos dan celana training yang tergeletak di atas kursi santai yang Kazam yakini baju dan celana itu merupakan milik istrinya. Kazam pun berjalan menelusuri tempat itu hingga tatapannya tak sengaja melihat sebuah rambut panjang di tepi kolam.

Kazam geleng-geleng kepala dan mendekatinya dengan masih menenteng tote bag putih di tangannya.

Kazam berjongkok di pinggiran kolam dimana istrinya sedang bersender. "Dek" mendengar Kazam memanggilnya sontak matanya yang sedang menutup itu langsung terbuka lebar.

"Aaaa..." Jeritnya terkejut saat melihat Kazam tiba-tiba sudah berada di atas kepalanya.

Kazam menatap Ajma dengan satu alis terangkat. "Apa?" Tanya Kazam bingung.

"Iiih malu Mas" Ajma langsung menenggelamkan seluruh tubuhnya hanya menyisakan kepalanya saja. Ia pun refleks menyilangkan tangannya kedepan dada.

Kazam menghela nafas dan menampilkan wajah datarnya sambil memperhatikan penampilan istrinya. Percuma saja gadis itu menyelamkan tubuhnya kedalam air, wong airnya bening begitu mana bisa tertutupi.

"Mas ih jangan di liatin!" Marahnya karena tatapan Kazam semakin intens saja menatap tubuhnya.

Atensi Kazam pun teralihkan menatap wajah istrinya. "Gak mau di liatin tapi penampilan kamu kaya gitu"

"Terserah aku dong" Ajma berkacak pinggang acuh.

"Berarti terserah aku juga dong. Kamu, kan istri aku kenapa pula aku gak boleh liatin kamu" balas Kazam lagi. Ajma berdecak kesal sambil memanyunkan bibirnya tanpa membalas apapun.

"Kamu belum makan, kan? Ini aku beli makanan di restoran bawah, Makanannya aku taro di meja ya. Sebentar aku mau ke kamar mandi dulu" Kazam pun beranjak dari posisi jongkoknya dan berjalan pergi. Tak lupa Ia meletakkan tote bag putih yang di bawanya ke atas meja terlebih dahulu.

Ajma pun naik ke atas menyudahi aktivitas renangnya. Ia mengambil bathrobe panjang yang tersedia di atas sebuah jemuran dan memakainya. Ia pun duduk di atas kursi santai untuk menunggu Kazam kembali.

Beberapa menit Ia menunggu namun, Kazam tak kunjung kembali juga. Ajma kembali melihat isi tote bag di atas meja. Jelas-jelas isinya dua porsi nasi, dua porsi ayam dan dua porsi minum pastilah ini untuk makan mereka berdua.

"Perasaan tadi Mas Kazam udah mandi deh kok lama banget" Ajma merebahkan tubuhnya pada kursi santai tersebut.

"Ck, susulin aja deh takutnya ada apa-apa" Ajma pun beranjak dari kursi dan berjalan memasuki kamar.

Ia pun melangkah memasuki area kamar mandi, dan benar saja pintu kamar mandi hotel masih tertutup rapat yang itu artinya Kazam masih ada di dalam.

"Mas..." Ajma mengetuk pintu pelan namun tak ada jawaban dari dalam.

"Mas, Mas kamu di dalam? Kamu gak papa, kan?" Ajma mulai panik dan mengetuk pintu dengan berurutan.

Tak lama kemudian pintu kamar mandi pun terbuka dan menampilkan sosok Kazam di ambang pintu. Ajma mengerutkan keningnya melihat keanehan pada diri Kazam.

"Kamu ngapain si di dalam? Kok lama banget sampe dahi kamu keringetan gitu?" Ajma menunjuk buliran keringat yang cukup banyak di dahi Kazam.

Kazam mengarahkan tangannya untuk menyentuh dahinya. Ia meringis merutuki dirinya. Ia tadi terlalu panik hingga tak sempat mengusapnya.

"Urusan laki-laki kamu gak perlu tau. Ayo makan, aku udah laper" Kazam menarik tangan Ajma dan membawanya berjalan.

Ajma menatap Kazam dengan tatapan cengonya. Maksud dari urusan laki-laki itu apa ya? Memangnya ada urusan apa laki-laki di kamar mandi selain buang air dan mandi?

Keduanya pun duduk di atas kursi santai dan mulai memakan makanan mereka. Ajma melirik ke arah Kazam yang sedari tadi diam saja tak membuka suara.

"Mas, marah ya?" Kazam menoleh dengan satu alis terangkat.

"Marah kenapa?" Tanyanya bingung.

"Karena tadi aku gedor-gedor kamu di kamar mandi. Maaf ya aku pikir kamu kenapa-kenapa. Lagian lama banget aku tungguin juga" Ajma memanyunkan bibirnya sambil menunduk merasa bersalah.

"Enggak kok aku gak marah" balas Kazam sambil tersenyum tipis.

"Bener?" Kazam mengangguk dan melebarkan senyumnya untuk meyakinkan istrinya itu.

_

_

_

Jangan lupa voment→⁠_⁠→

Continue Reading

You'll Also Like

60.6K 7.2K 13
"there is nothing more beautiful than loving you, Jung Wooyoung" ㅡSan, choi.
19.4K 1.4K 36
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Slow Update!!! Spiritual-Romance *** Kisah cinta dari Assyifa Humaira yang berusaha mengambil hati dari seorang Gibran Alfa...
3.2K 322 53
SPRITUAL-teenfiktion 🚫 Diambil positifnya buang negatifnya ^|^ Hidup itu antara takdir dan realistis, ketika manusia sudah tahu dia mau berjalan kem...
224K 10.1K 33
Dipaksa menikahi wanita tuna wicara? Gimana rasanya? Arroyan Vishaka Alfarizqi, lelaki tampan keturunan arab. Seorang CEO diperusahaan ternama, walau...