Romeo Almahera

Bởi Yn1712

1.5M 99.1K 34.1K

• Obsession series • [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk... Xem Thêm

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

34

26.5K 2.1K 442
Bởi Yn1712

ROMEO UPDATE🦋
HAPPY READING!

••••

"Darimana kau tahu?"

Romeo menarik seringainya. "Jadi benar?"

Evelyn terdiam. Sial! Kebodohan apa yang baru saja diucapkannya? Bukankah kalimatnya sama saja mengiyakan pertanyaan Romeo barusan?

Evelyn membuang muka.

"Evelyn."

Tatap Romeo kian tajam menelisik, membelah habis keberanian perempuan di hadapannya. Lembut tangannya membelai pipi istrinya, namun lain dengan atmosfer yang dipancarkannya.

Romeo menarik pipi Evelyn untuk kembali menaruh atensi padanya. "Sekali lagi aku tanya, apa yang perempuan itu katakan padamu, hm?"

"Berhenti mengancamku, Romeo."

"Mengancam?" Romeo tertawa pelan. "Jadi kau merasa diancam sayang?"

Pandangan Evelyn naik, memberanikan diri menatap ke arah Romeo. Tidak. Ia tidak boleh selemah ini, nanti Romeo akan semakin mendominasi dirinya. Nanti Romeo akan semakin berkuasa atas dirinya.

Evelyn segera turun dari kasur, menapakkan kakinya di ubin dingin itu tanpa alas kaki.

Hal itu tentu saja membuat Romeo tak suka.

"Evelyn!"

"Kau tau darimana kedatangan tante Zoya ke mansion ini?" Evelyn kembali melontarkan pertanyaan yang sama. Mengabaikan pertanyaan yang diberikan oleh suaminya.

"Serius kau mempertanyakan itu padaku, Evelyn?"

"Aku sudah memerintahkan semua pekerja di sini untuk diam. Tapi kenapa kau tahu? Darimana kau tahu bahwa tante Zoya datang ke sini pagi tadi? Siapa yang memberitahumu?"

Rentetan kalimat Evelyn mengundang tawa Romeo.

"Kau pikir mereka akan tunduk pada ancamanmu itu, hm?" Romeo tersenyum memberi ejekkan. Dengan santai ia menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang dengan kedua tangannya yang disilangkan.

"Tidak sayang. Ancaman dari perempuan sepertimu akan terdengar seperti rengekan anjing kecil yang menggemaskan."

Tangan Evelyn mengepal dibuatnya. "Tapi sekarang majikan mereka adalah aku! Bukan kau lagi Romeo. Kau sudah memberikan rumah ini atas namaku bukan?!"

Romeo menjilat bibirnya merasa gemas dengan seloroh kalimat lugu dari istrinya. "Benar," katanya tak mengelak.

Fakta bahwa ia telah mengganti kepemilikan rumah besar ini atas nama Evelyn adalah benar. Ia memberikannya dengan suka cita, tanpa perlu berpikir lama.

Sesuai permintaan istri kesayangannya. Evelyn Seira.

"Lalu— apakah mereka menghianatiku?"

Romeo menggeleng. "Tidak. Mereka tidak berkhianat Evelyn. Mereka adalah pekerja yang patuh," tutur Romeo menjawab dengan santai kalimat Evelyn.

"TAPI KENAPA MEREKA MENGADU PADAMU!" Evelyn menyentak marah. Emosinya meletup tiba-tiba. Namun bersamaan dengan itu matanya ikut berkaca. Seperti ada perasaan memberat di dada kala ia mengeluarkan amarahnya.

"Karena Tuan mereka adalah aku. Dan mereka— hanya akan patuh padaku."

"A-apa?"

"Rumah ini memang atas namamu, Evelyn. Di surat itu memang tertulis keterangan bahwa aku memberikan bangunan beserta isinya itu padamu. Tapi, aku tidak menulis bangunan beserta seluruh pekerjanya, bukan?"

"Kau membohongiku?" Tanya Evelyn lirih.

Romeo tertawa pelan. "Tidak sayang. Aku tidak berani membohongimu. Mana tega aku membohongi istri tersayangku ini hm?" Tuturnya.

"Kemarilah, aku ingin memelukmu."

Romeo merentangkan tangannya, meminta Evelyn untuk kembali dalam dekapannya. Namun sepertinya Evelyn dalam mode nakal sebab tak menuruti perintahnya.

"Baiklah, biar aku saja yang ke sana." Romeo bergerak turun dari ranjangnya, berjalan melangkah menghampiri Evelyn dan berhenti tepat di hadapannya.

"Saat itu kau hanya meminta hak atas rumah ini. Bukan hak atas pekerja di sini, sayang," tutur Romeo melanjutkan.

Sebab jika dilihat dari rona wajahnya, Evelyn masih nampak kebingungan dengan kalimatnya barusan.

Tak menyalahkan otak Evelyn yang lambat bekerja dan mudah di bodohi. Sebab sedari awal itulah yang menarik dari istrinya. Bodoh.

Evelyn menelan saliva kesusahan. Menggenang air matanya di pelupuk mata. Menatap Romeo dengan pandangan tak percaya.

Romeo tersenyum tipis lalu melanjukan kalimatnya, "Jadi... aku tidak berbohong kan, sayang? Aku hanya memberikan apa yang kau minta."

Romeo sedikit membungkuk, membuat jarak wajahnya kian dekat dengan Evelyn. "Kau pikir aku akan diam saja saat kau meminta semua hartaku dengan niat terselubungmu itu euh?"

Evelyn semakin membatu dibuatnya. Apakah pria itu tahu maksud tujuannya?

"Aku tahu sayang. Aku tahu semuanya." Satu tangan Romeo dikeluarkan dari saku celana, berpindah mengusap pipi Evelyn yang kini mulai membasah.

Romeo tersenyum. Astaga cantiknya.

Pria itu berbisik rendah, "Kau melakukan itu untuk melumpuhkan kekuasaanku dan kembali melarikan diri jika nanti ada kesempatan lagi kan?" Tebaknya. Tepat sasaran. Hal itu terbukti dari keterkejutan Evelyn bagai maling yang tertangkap basah.

Jemari Romeo terhenti begerak, menatap mata indah itu yang kini nampak melebar indah tertangkap retinanya.

"Kau tidak benar-benar tunduk padaku, Evelyn. Kau—," Romeo menggantungkan ucapannya, menurunkan pandangannya ke arah perut istrinya yang masih rata. "Kau hanya berpura-pura patuh demi menyelamatkan bayimu."

Kaki Evelyn lemas, ia nyaris terjatuh jika saja Romeo tak sigap menahannya.

Jadi pria itu tahu semuanya? Semuanya?

Evelyn tertawa, bodoh sekali dirinya.

"Kau terlalu sering membohongiku dengan berpura-pura patuh padahal di otakmu menyusun lagi dan lagi periode pelarian diri. Dan itu menyakitiku Evelyn."

Mata Evelyn bergerak naik membalas tatap suaminya. Tajam dan begitu dalam iris miliknya, membuat Evelyn lagi-lagi selalu terjebak di dalamnya.

"Sekarang, jawab pertanyaanku." Tangan Romeo menyentak pinggang Evelyn membuat jarak mereka kian rapat. "Apa yang perempuan itu katakan padamu?"

Evelyn terdiam, lama, membuat Romeo menunggu dibuatnya.

"Kenapa aku harus bicara? Kau pasti sudah tahu semuanya kan?" Sahut Evelyn membuat Romeo tertawa.

Tawa muak, mulai kehabisan kesabarannya karena Evelyn terus saja mengujinya. Apa susahnya langsung menjawab pertanyaannya? Apa Evelyn sengaja membuatnya kelepasan dan berakhir menyakitinya?

"Aku ingin mendengarnya langsung darimu, Evelyn."

"Apa yang akan aku katakan, dengan apa yang telah  bawahanmu itu katakan tidak ada bedanya, kan? Kenapa kau kukuh ingin mendengar kalimat pengulangan?"

"Evelyn."

"Kau ingin aku mengatakan apa? Kau ingin mendengar aku mengatakan bahwa aku baru saja mengetahui fakta tentang riwayat keluargamu yang mengerikan?"

"Keluargamu yang gila itu, euh?"

Romeo menatap Evelyn dengan tajam. Ia melepas Evelyn dengan memberikan dorongan pelan. Membuang wajahnya ke samping dengan mata terpejam dan hembusan nafas panjang.

"Kau tidak tahu apapun tentang keluargaku."

Mendengar itu, Evelyn hanya tertawa. "Benar. Aku tidak tahu apapun. Sebab kau tidak pernah mengatakan apapun. Yang aku tahu adalah kau dan seluruh generasi Almahera adalah monster bagi perempuan yang dicintainya."

"EVELYN!"

Romeo menatap Evelyn dengan bergemelatuk marah. Mengepal kuat-kuat tangannya menyimpan kemarahannya di sana, menggelap tatapannya mulai kehilangan kendali dirinya.

"Kenapa kau lebih mudah mempercayai perempuan itu dibandingkan aku hah?!"

"Kau ingin aku mempercayaimu?" Evelyn tertawa muak di akhir kalimatnya. Ia membuang sejenak pandangannya dengan air mata yang lagi-lagi jatuh di pipinya.

Rekaman kejahatan Romeo lagi-lagi berputar di kepalanya. Abadi. Seakan terus mengingatkannya atas siapa pria dihadapannya.

"KAU MENARIK AKU DALAM HIDUPMU TANPA PERSETUJUANKU ROMEO! Lalu sekarang kau ingin aku mempercayaimu?" Evelyn tertawa berderai air mata.

Lucu bukan?

Mengepal tangannya di depan mulutnya lalu berpindah menutup matanya. Ia menghembus nafas lelah. Entah kenapa. Walau sempat lupa. Namun kala mengingatnya rasa sakitnya tetap sama.

Kehilangan kebebasannya, kehilangan sahabatnya, dan semua hal menyakitkan dalam hidupnya.

Pandangan Evelyn kembali pada Romeo. Pada pria yang kini masih menatapnya dengan sisa kemarahan yang masih terlihat jelas di matanya.

"Aku lelah Romeo. Aku ingin hidup tenang. Setidaknya sampai aku melahirkan anakku," kata Evelyn, memelan suaranya dengan sengguk tangisnya.

Ia mengusap terus perutnya, seakan memberitahu Romeo ada sisa kebahagiaan yang mampu membuatnya sudi untuk hidup.

"Baru saja aku akan membuka hatiku untukmu. Tapi.. tapi tiba-tiba saja aku takut lagi. Aku takut berakhir seperti Ibumu, nenekmu dan.. dan."

"Semengerikan itukah aku dimatamu Evelyn?" Tanya Romeo lirih, menatap Evelyn dengan begitu frustasi.

Harus dengan apalagi ia menyakinkan istrinya ini bahwa dia begitu mencintainya? Harus dengan cara apalagi agar Evelynnya mengetahuinya?

"Terlepas dari semua kejahatan yang aku lakukan. Apakah pembuktian rasa cintaku yang selama ini aku tunjukan masih kurang? Masih kurang untuk membuatmu percaya bahwa aku mencintaimu?"

"Kau punya cinta yang besar Romeo. Sangat besar. Tapi—,"

"Tapi apa? Tapi karena aku orang jahat akhirnya kau tidak mau menerimaku?" Romeo menyela, yang mendapat gelenggan kepala dari perempuan dihadapannya.

"Tapi cinta yang kau punya sekarang itu sudah tidak pada kapasitasnya. Lebih dari mencintaiku, kau hanyalah terobsesi karena telah mendapatkan mainan baru yang bodoh sepertiku. Kau—,"

"PEREMPUAN SIALAN! ZOYA SIALAN!"

Prang!

Romeo mengamuk. Ia membanting lampu tidur ke lantai begitu kuat. Menderu-deru nafasnya dengan mata yang memerah. Tanda bahwa ia sudah terlalu marah.

Semua karena Zoya. Karena perempuan itu. Dia sudah mencuci otak Evelyn untuk berpikir buruk lagi padanya. Dia membuat usaha yang selama ini dilakukan guna meluluhkan Evelyn menjadi sia-sia.

Evelynnya kini kembali takut padanya.

Evelynnya kini kembali menolaknya.

Padahal kemarin Evelyn sudah begitu manis padanya. Walau pura-pura dengan niat masih ingin meninggalkannya tapi— tapi Evelyn masih sudi bersikap manis padanya.

Evelyn masih sudi disentuhnya.

Tidak seperti sekarang yang kembali menolaknya.

"SIALAN! SIALAN! SIALAN!"

Bugh!

Bugh!

Pyar!

"Romeo hentikan!"

Mata Evelyn membola melihat Romeo memukul sendiri kepalanya dengan vas bunga, membabi buta tiada henti. Marah tak terkendali membuat Kepanikan Evelyn semakin menjadi.

"Romeo!"

Evelyn berlari memeluk pria itu. Mendekapnya erat menghentikan aksinya. Darah yang mengalir dari pelipis Romeo mengenai bajunya. Basah akhirnya piyama satinnya itu dengan bercak merah.

"Tenang, Romeo," bisik Evelyn pelan, mengusap punggung Romeo menenangkan.

Dan perlahan, akhirnya kemarahan Romeo mulai mereda.

"Aku membencinya. Aku membencinya Evelyn. Karena dia kau semakin tidak sudi denganku." Romeo bergumam, membalas pelukan Evelyn dengan kepala yang dibenamkan di dada hangat sang pujaan.

"Aku akan membunuhnya. Aku akan membunuhnya!"

Evelyn menggeleng panik dibuatnya. Segera ia lerai pelukan itu lalu menangkup rahang suaminya. "Jangan lakukan itu, atau aku akan benar-benar membencimu selamanya."

"Tapi karena dia kau kembali takut padaku."

"Romeo dengar aku." Dari sorot matanya, Evelyn dapat melihat dendam membara yang siap kapan saja membunuh Zoya. Seakan melupakan riwayat keluarga mereka sebelumnya. "Dia Ibumu, dia yang membesarkanmu selama ini."

"Persetan! Aku akan membunuhnya!"

"Romeo!" Evelyn spontan menahan Romeo yang hendak beranjak pergi darinya.

Entah kemana. Tapi berkemungkinan besar adalah merealisasikan kalimatnya. Membunuh Zoya.

"Aku mohon." Evelyn menatap Romeo dengan tatapan sayunya, ia memberikan gelengan kecil dengan tangannya yang bergerak naik mengusap pelan rahang suaminya.

Bahkan kini, darah dari pelipisnya sudah mengalir hingga ke rahanya. Pucat bibir Romeo adalah tanda bahwa pria itu mulai kehilangan banyak darah.

"Jangan ya, hm?"

Romeo terhenyak. Pria itu terdiam memaku mendapati perlakuan lembut itu. Sebagian amarahnya meletup di udara. Fokusnya kini teralih pada mata Evelyn yang kini tengah merayunya.

"Apa yang akan aku dapatkan?"

Romeo tidak akan menyiakan kesempatan. Ia akan mengambil ini untuk mempertahankan Evelyn lagi.

Masa bodoh dengan cinta. Dengan atau tanpa adanya perasaan itu di hati Evelyn. Romeo sudah tidak mengharapkannya. Sebab keberadaan Evelyn di sisinya saja sudah cukup untuk mempertahankan kewarasannya.

"Jangan pernah pergi dariku, maka aku tidak akan membunuh perempuan itu. Bagaimana?"

Romeo memberikan penawaran menguntungkan untuknya. Namun merugikan bagi perempuan di hadapannya.

"Evelyn?"

"Kita obati lukamu ya?"

Hati Romeo bagai ditikam rasa sakit yang nyata. Evelyn mengalihkan pembicaraannya adalah tanda bahwa dia tidak ingin bertahan di sisinya.

"Baiklah. Aku akan membunuh perempuan itu." Romeo bangkit segera, berjalan dengan sorot mata penuh dendamnya. Ia akan membuktikannya pada Evelyn, bahwa dia tidak pernah main-main dengan kalimatnya.

Tak peduli bahwa Zoya pernah menjadi Ibunya.

Pernah menjadi perempuan yang sangat disayanginya.

"Romeo!"

Lagi. Evelyn menahan lengannya membuat Romeo tersenyum di buatnya.

"Jangan halangi aku Evelyn," katanya, tanpa membalikkan badannya.

Grep!

Romeo tersentak pelan kala merasakan sebuah pelukan dari belakang. Lilitan tangan Evelyn yang kini sudah memberikan penahanan dipinggangnya.

"Ya. Aku tidak akan pergi. Tapi kumohon jangan hilangkan nyawa lagi. Aku tidak mau merasa bersalah lebih jauh lagi," tutur Evelyn, menempelkan kepalanya di punggung Romeo.

Bagi Evelyn cukup Amberly yang berakhir mengenaskan karena ulah Romeo. Berakhir dengan dia yang ikut andil berbuat keji karena memakan daginya.

Evelyn tidak mau lagi, hal itu masih begitu mengerikan terbayang di kepalanya.

Romeo membalikkan badannya. Gantian, ia yang sekarang memeluk Evelynnya. "Terima kasih, Evelyn," tuturnya terdengar pelan penuh keharuan.

Namun seringai dibibirnya memiliki makna lain. Makna kemenangan karena lagi-lagi ia bisa menahan Evelyn di sisinya.

See? Kau tidak akan pernah bisa pergi, Evelyn. Karena tanpa kau sadari, kau sudah jatuh hati padaku.

Bersambung...

Janjiku untuk update malam ini udah lunas ya:)walaupun kemaleman. Mwehehe.

Lusa aku update lagi😎

Jangan lupa follow ig-ku untuk spoiler dan informasi lainnya seputar ceritaku!
_yn1712

***

SPAM NEXT DI SINI!🔥

SPAM ROMEO DI SINI!🥵

SPAM EVELYN DI SINI!💜

Penutup
Evelyn menangis karena tertekan.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

8.6K 1.1K 19
Kisah random nya Rara yang sebenernya udah mual ngeliat muka 12 cowok yang udah jadi sobat nya sejak jaman brojol yang satu ngerepotin yang lain ikut...
1M 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
16.3K 300 13
Marv - lelaki arogan dengan fetish kaki, menggoda Lila hanya untuk kesenangan semata. Ia merenggut kesucian Lila untuk hubungan satu malam. Marv bahk...
57.9K 4.4K 31
Start : 29/01/22 Finish : 04/12/22 ** Sekuel dari KILL THEM | GOT HER! ** Sebelum baca cerita ini, aku saranin kalian buat baca "Kill Them | Got...