ALGASYA ; STEP BROTHER

By jiaathe

12.6M 769K 381K

Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sej... More

Prolog
1 || Adik Tiri
2 || SMA Langit Abadi
3 || Monster
4 || Ketua OSIS
5 || Malam Mencekam
6 || Gudang Sekolah
7 || Tragedi Ulang Tahun
8 || Mabuk
9 || Peluk
10 || Cemburu
11 || Pacar
12 || Ruang OSIS
13 || First Day
14 || UKS
15 || Berbahaya
16 || Lipbalm
17 || Sakit
18 || Rokok
19 || Saingan
20 || Kemarahan Alga
21 || Without Me
23 || Dusk Till Down
24 || Ungkapan
25 || Ugal-Ugalan
26 || Khawatir
27 || Hadiah
28 || Hurt
29 || Scared
30 || Persaingan
31 || Gorila Mesum
32 || Obsessed
33 || He's Crazy
34 || Penjara Algara
35 || Step Brother
36 || In Her Room
37 || 99%
ALGASYA UPDATE
38 || Be careful! He's Crazy
39 || The Darkness
40 || I Kill You
41 || Benci
42 || Hukuman
43 || Penyesalan
44 || Sadar
45 || You Can't Leave Me!
46 || Bukan Aku
INFO PENTING
47 || Asya Kecewa
48 || Dimaafkan?
49 || Terungkap
50 || Pergi
PRE-ORDER NOVEL ALGASYA DIBUKA
51 || Dia Laki-laki Terbaik

22 || Ekskul

231K 15.7K 6.7K
By jiaathe


AKU NGETIK KETIDURAN ANJIR. TINGGAL UP DOANG PADAHAL SAMA DI REVISI TYPONYA😭

Telat dikit ga ngaruh, masih double up lah yaa huahahaha.

*****

Darren menguap di tengah-tengah pelajaran Bahasa. Pelajaran paling membosankan dalam hidupnya. Darren lebih suka Matematika karena dapat membuatnya fokus. Memang ia terlihat seperti anak nakal, namun untungnya Darren punya sedikit kelebihan dalam berhitung.

Saat menatap ke depan, ia meringis geli melihat rambut gadis di depannya. Terikat dua seperti biasa. Kanan dan kiri layaknya  tanduk domba.

Iseng, Darren mengepalkan kertas hingga menjadi gumpalan kecil lalu melemparnya ke depan. Tepat sasaran, lemparannya mengenai tengkuk Asya. Sekali, dua kali, Darren ketagihan. Ia senang membayangkan wajah dongkol Asya di depan sana.

"Huftt," helaan nafas pelan terdengar dari Asya. Cewek itu habis kesabaran. Ia berbalik dan menatap Darren tajam.

"Apa?" jawab Darren santai.

"Sini deh," ucap Asya menggerakkan tangannya.

Darren menggeleng. "Moh."

"Sini," ulang Asya, ia mulai memasang wajah memelas. "Aku mau bisik bisik."

"Apaan?" Darren akhirnya mendekat dan mencondongkan kepalanya ke depan guna mendekat ke gadis itu. "Sampe gak penting, gue lipet dua badan kecil lo."

Asya menyeringai tipis, ia mendekat lalu mengigit keras telinga Darren dengan geram.

"ASYA KAMPRET!" teriak Darren kesakitan.

"Darren kampret," gadis itu mencebikan bibirnya mengikuti cara bicara Darren. "Ganggu sekali lagi awas aja! Aku putusin telinga kamu!"

Asya kembali menghadap depan setelah mengancam Darren. Untungnya Guru mereka sedang keluar saat pertengkaran mereka barusan. Teman-teman sekelas hanya melirik sekilas, tidak terkejut lagi dengan Asya dan Darren yang seperti itu.

"Emosian banget, Cil," keluh Darren. "Banyak-banyak istighfar lo. Nyebut!"

"Aku Kristen," sahut Asya.

Gisella refleks menoleh dengan cepat. Terkejut. "Sumpah?"

Asya mengangguk mantap.

Gisella menggerakkan kepala ke belakang untuk menatap Darren. Kasihan sekali. Padahal Gisella tau Darren baru kali ini terlihat tertarik pada perempuan. Belum apa-apa, tembok tinggi sudah menghalanginya.

"Emang paling bener sih lo sama gue, Ren," gumam Gisella tanpa sadar.

Darren yang merasa di perhatikan akhirnya menatap balik manik mata Gisella. "Apa lihat-lihat?" ketusnya. "Naksir lo?"

"Iya" jawab Gisella.

Laki-laki itu mengerutkan dahinya. "Apa?" ulang Darren.

Gisella mengedip sadar. "Iya nggak mungkin lah!" elaknya cepat-cepat menghadap ke depan.

****

"Gue udah isi formulir buat daftar ke ekskul musik." Gisella membuka pembicaraan saat mereka bertiga sedang makan bersama di kantin. "Cowok gue juga setuju gue daftar, mangkanya gue buru-buru join."


"Lo gak ngajak bocil satu ini? Dia juga katanya mau masuk sana kan?" tanya Darren menunjuk Asya dengan sendoknya.

"Aku bisa daftar sendiri, gini doang mah gampang," jawab Asya.

"Banyak gaya," cibir Darren. "Biasanya lo emang suka ikut-ikutan ekskul? Saran gue sih jangan, kasian anggota lain nampung beban bertulang kaya lo."

Asya menjadi sedih. "Aku belum pernah."

"Kenapa? Gak berani?"

Asya menggeleng. "Aku gak pernah sekolah."

"Eh?" Gisella dan Darren bertatapan. Mereka jadi bingung.

"Ini kali pertama aku sekolah normal," jelas Asya. "Biasanya aku sekolah di rumah. Mama gak izinin sekolah biasa."

Pantas saja ia seperti baru keluar menemui peradaban, pikir Darren.

"Nanti gue temenin daftarnya," ucap Darren. "Bilang Mama lo gak usah khawatir. Lo itu bocil di mata gue. Gue gak mungkin jahatin anak kecil."

"Mama aku udah meninggal."

Byurr!

Darren menyemburkan minumannya. Lama-lama ia bisa terkena serangan jantung berteman dengan gadis ini.

"Mama gue juga udah nggak ada," ucap Gisella. "Dia meninggal setelah lahirin gue ke dunia."

"Kita pelukan aja gak sih?" tawar Asya menatap Gisella. Mereka tertawa lalu benar-benar berpelukan. "Ini baru sahabat. Nasib aja sama," ucap Asya.

"Udah udah, bangun lo," ucap Darren pada Asya. "Daftar sekarang aja. Mumpung lagi pada buka stand pendaftaran."

"Aku sendiri aja, males di anter kamu."

Asya buru-buru melangkah pergi sebelum Darren sempat memberikan respon. Gisella terkekeh melihat Asya yang sempat-sempatnya menyapa monyet peliharaan Ibu kantin sebelum meninggalkan kantin.

Darren tidak ambil pusing, ia kembali duduk dan melanjutkan makan. Duduk berhadapan dengan Gisella, tiba-tiba Darren teringat sesuatu dan bertanya.

"Pacar lo anak mana, Sel?"

"Anak emaknya," jawab Gisella asal.

"Orangnya yang mana? Kenalin ke gue."

"Mau ngapain? Mau rebut cowok gue?"

"Gila kali," cowok itu berdecak, Darren hendak minum, namun ternyata gelasnya sudah kosong. Tanpa ragu ia mengambil gelas Gisella dan meminumnya menggunakan sedotan yang sama sampai membuat Gisella membeku.

"Itu minum gue!" protes Gisella namun dengan wajah yang mulai merona. Mereka menggunakan satu sedotan, bagaimana bisa Gisella bersikap tenang?!

Darren menatap Gisella. "Emang kenapa?"

"L-lo tau kan. Artinya kita---"

"Ciuman secara gak langsung?" satu alis Darren terangkat. "Bukannya kita pernah lebih? Ah, lo yang pernah cium gue. Bener kan?" serak Darren.

Seketika Gisella pucat. Apa Asya bercerita ke Darren? Bagaimana bisa Darren tau?

"Lo lancang Sel," ucap Darren dingin kemudian pergi meninggalkan kantin.

****

"Kesibukan lo sekarang apa, Al?" Renata duduk di sebelah Alga, saat ini mereka sedang sibuk menjaga stand pendaftaran OSIS untuk murid baru. "Gue sekarang lagi sibuk pemotretan aja sih, lo tau sendiri Mama gue maksa gue jadi model."

Renata berusaha lebih dekat dengan Alga. Selama ini ia tidak tahu apa-apa tentangnya. Renata berharap mereka bisa jauh lebih dekat.

"Gak ada," jawab Alga.

"Makanan favorit?"

"Gak ada."

"Tempat kesukaan?"

Alga sedikit menerawang. Lalu menjawab. "Rumah."

"Sama! Gue juga nyaman di rumah. Walaupun nyokap-bokap jarang ada tapi gue suka. Gak ada tempat senyaman rumah. Iyakan?"

"Permisi Kak, mau daftar OSIS."

"GANGGU BANGET! PERGI LO!" usir Renata pada seorang siswi yang mendatangi mereka.

"Woi lampir, itu orang mau daftar. Malah di usir," seseorang dari stand sebelah menyahut. Aji mewakili ekskul Voli untuk mendata anggota baru. "Niat rekrut anggota baru kagak sih?"

"Ish," dengus Renata. "Yaudah, nama lo siapa? Kenapa mau gabung OSIS! Ah ribet, isi aja deh ini formulirnya terus balikin ke gue. Sana pergi."

Murid itu langsung kabur setelah menerima formulir dari Renata. Galak banget.

Renata kembali duduk setelah kepergian gadis tadi. Suara Renata kembali terdengar namun Alga tidak mendengarkannya karena fokusnya sudah terambil sepenuhnya pada Asya yang tampak mendekati salah satu stand dan menerima sebuah formulir.

"Musik?" Alga bergumam tanpa sadar.

"Gue juga suka musik!" ucap Renata. "Gue lumayan jago main gitar. Terus .... "

Renata masih terus berbicara tetapi lagi-lagi Alga tidak memperdulikannya. Ia hanya terus menatap ke objek yang sama.

"Kak Noah?" Asya membulatkan mulutnya begitu menatap sosok yang memberikannya formulir pendaftaran. "Kak Noah sekolah di sini?"

Noah, cowok itu tersenyum. "Ternyata Rapunzel beneran udah nggak terkurung," kekehnya. "Buktinya kamu ada di sekolah ini juga."

Noah dengan manisnya mencubit pelan pipi Asya yang menggemaskan. "Selamat datang di sekolah sungguhan, Asya."

Asya tertawa. Noah memang suka sekali mencubit wajahnya.

"Aku senang bisa liat kamu," kemudian Noah cemberut. "Tapi Mama aku jadi nganggur kalau muridnya kabur."

Asya tidak bisa berhenti tertawa jika bersama Noah. Selama menjalani homeschooling, Asya tidak pernah bosan karena kadang Noah datang dan menghiburnya saat menjemput Mamanya yang merupakan Guru Asya. Noah itu hangat, ia benar-benar lembut dan berperangai cerah.

"Aku kira kamu bohong waktu bilang mau jadi biduan," ucap Noah memperhatikan Asya yang mengisi formulir dengan serius. Ia tertawa geli. Asya itu unik. Benar-benar unik. "Ternyata bener-bener daftar ke ekskul musik."

"Biduan itu keren, Kak Noah jangan ketawa juga dong! Ini cita-cita mulia!"

"Biduan atau penyanyi?" tanya Noah.  "Memang sama tapi artinya beda. Kamu jangan kebanyakan nonton sinetron lagi mangkanya."

Bahkan sampai akhir, Alga sama sekali tak melepaskan pandangannya dari mereka. Mungkin Asya tersadar hingga akhirnya membalas tatapan Alga. Mereka bertatapan beberapa saat sampai Alga lebih dulu memutusnya. Laki-laki itu melangkah pergi tanpa memperdulikan Renata yang terus memanggilnya.

Asya menunduk, tidak lama setelah Alga pergi ponselnya juga berbunyi. Sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Kak Alga🖤
Ke mobil gue

******

"Kak Alga," panggil Asya setelah menemukan mobil Alga di parkiran dan masuk ke dalamnya. Gadis itu melempar tatapan ke samping pada Alga yang sama sekali tidak menampilkan ekspresi.

"Kenapa panggil aku ke sini?" tanya Asya memecah keheningan. Alga tidak menjawab, cowok itu menjalankan mobilnya untuk menjauh dari area sekolah.

Alga menghentikan mobilnya begitu mereka sampai di tempat yang lebih sepi. Cukup sepi sampai mungkin tidak ada yang bisa mendengar jika Asya berteriak di sini.

"Gue gak suka sama cowok itu," ucap Alga terang-terangan. "Jangan deket-deket dia lagi."

"Kak Noah maksudnya?"

"Bahkan jangan sebut namanya," ujarnya dingin. "Gue bisa toleransi Darren itu, tapi dia nggak. Jauhin cowok itu."

"Kenapa? Kak Noah baik kok," kata Asya tanpa sadar membela Noah. "Darren agak ngeselin, tapi Kak Noah enggak. Dia sopan banget. Baik banget. Kak Noah udah ngajarin aku banyak hal."

Wajah Asya sangat cerah saat membicarakan Noah. Alga semakin tidak menyukainya. Sekali bertemu di Mall waktu itu saja, Alga langsung membenci laki-laki bernama Noah itu.

"Kalau lo sesuka itu sama Noah, kenapa nggak tinggal sama dia aja?" sinis Alga. "Gak usah tinggal sama gue," tambahnya.

"Tapi yang Kakak aku itu Kak Alga. Bukan Kak Noah."

Alga mencengram stir dengan geram, urat tangannya menonjol karena amarah yang ia tahan. Sayangnya Asya tidak menyadari itu.

"Kak Alga, aku---"

"Gue bukan Kakak lo!" bentak Alga pada Asya. "Stop panggil gue Kakak. Gue muak asal lo tau. Gue benci lo sebut gue Kakak dan selalu anggap gue keluarga lo. Gue risih setengah mati."

Asya terdiam.

"Kalau Kak Alga gak suka, harusnya bilang," lirih Asya. Asya tau Alga membencinya. Harusnya ia sadar dan tidak banyak bertingkah. "Maafin aku, aku bakal berhenti panggil gitu kalau kamu gak suka."

"Aku juga bakal jauhin Kak Noah."

"Tapi Kak Noah gak salah."

"Sebut lagi," Alga melirik tajam penuh peringatan.

"Aku bakal jauhin Kak Noah."

Terdengar suara seatbelt terlepas. Asya menoleh bersamaan dengan Alga yang mencondongkan tubuhnya mendekat. Tangan kanan Alga bertumpu pada punggung kursi Asya. Jarak mereka sangat dekat sampai Asya bisa merasakan deru nafas Alga yang tidak beraturan.

"Sebut namanya lagi, maka gue gak akan segan-segan cium lo di sini."

****

Kapal Asya Darren harus tenggelam. Beda agama cuy😇👊🏻

Next 5k komen>>

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 115K 36
"Cium Dirga di tengah lapangan Trijaya. Kalau lo sanggup, kunci beserta kendaraan gue akan menjadi milik lo." Bukan Agatha namanya jika takut denga...
2.3M 166K 34
18+ Tergiur dengan kartu platinum yang di sodorkan Yoongi padanya, Rachel sampai tak mengecek apa isi surat perjanjian yang ia tanda tangani. Hingga...
2.2M 130K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
1.4M 68.8K 114
Hidup dalam kemewahan tak serta merta membuat sang pewaris tunggal perusahaan Minyak L'louch Co. merasa bahagia. kurang perhatian dan keinginan yang...