My Husband is Antagonist Novel

By Arash_ptr

409K 30K 1.6K

Frazea itu gadis mageran Lulus SMK bukannya nyari kerja, dia malah marathon semua cerita yang ada di perpusta... More

Babi 01
Babi 02
Babi 03
Babi 04
Babi 05
Babi 06
Babi 07
Babi 08
Babi 09
Babi 10
Babi 11
Babi 12
Babi 13
Babi 14
Babi 16
Babi 17
Babi 18
Babi 19
Babi 20
Babi 21
Babi 22
Babi 23
Babi 24
Babi 25
Babi 26
Babi 27
Minta Maap🗿

Babi 15

11.6K 890 31
By Arash_ptr

🐣Happy Reading🐣

***

Seorang gadis kecil celingukkan menatap jalan raya yang dilewati beberapa kendaraan. Gadis kecil itu membawa buku gambar, pensil dan spidol warna. Ia berjongkok di pinggir jalan menunggu jalanan sepi. Pipinya menggembung kesal lantaran kendaraan terus melintas seakan mengejeknya.

"Aku hanya ingin menyeblang," keluhnya.

Gadis kecil itu memandang sebuah rumah di seberang jalan yang menjadi tempat tujuannya.

"Kak Ano mana sih? Aku gak bisa nyeblang!"

"Kakak disini" ucap seorang lelaki tepat di telinga gadis kecil itu. Hampir saja gadis kecil itu terjungkal jika lelaki yang berjongkok di belakang gadis itu tak menahannya.

"Kak Ano!!!" Gadis kecil itu memukul-mukul bahu lelaki yang ternyata adalah Kak Ano, orang yang ia cari.

"Sudah. Nanti tanganmu merah, Alle," Ano menghentikan pukulan gadis kecil bernama Alle itu.

"Kak Ano dalimana? Alle dalitadi nunggu disini, mau nyeblang tapi gak belani" ujar Alle.

Ano ingin sekali menertawakan cara bicara gadis kecil itu tapi ia tahan karena tak ingin membuat Alle semakin kesal padanya.

"Kakak dari tadi di belakangmu," balas Ano.

"Ish!!!" Alle mencubit tangan Ano.

"Ayo kerumah kakek," ajak Ano.

"Gendong!" Seru Alle.

"Sure, Princess Cadel," Ano mengangkat gadis berusia 8 tahun itu ke dalam gendongannya.

"Kamu semakin berat, Alle" ucap Ano jujur yang dihadiahi geplakan maut oleh gadis kecil itu.

Lelaki itu menyebrangi jalan raya dengan hati-hati. Sampai di depan rumah, Alle meminta di turunkan. Gadis kecil itu langsung berlari ke dalam rumah yang sudah ia anggap rumahnya sendiri.

"Kakek! Kakek! Kakek!" Tak ada jawaban dari sang pemilik rumah. Tentu saja tidak ada, Ano sudah mengusir Kakeknya agar ia bisa berduaan dengan Alle. Lelaki berusia 16 tahun itu menyuruh Kakeknya pergi dari rumah.

"Kak Ano, Kakek mana?" Tanya Alle.

Ano berpura-pura berpikir, "Hm sepertinya Kakekku pergi memancing," ucapnya bohong. Mana mungkin Kakeknya pergi memancing. Ano yakin Kakeknya itu sedang berada di Kasino.

"Yahh" Alle mendesah kecewa.

"Jangan sedih Alle, ayo ke danau," Ano mengajak gadis kecil itu ke danau yang terletak di belakang rumah Kakeknya.

"Kak Ano, aku bawa buku gambal, nanti Kak Ano liat gambal aku ya," Alle berceloteh sembari berjalan di samping Ano.

Di pinggir Danau sudah ada karpet untuk mereka duduk. Ano sudah mempersiapkan semuanya. Lelaki itu masih tak percaya, Alle dan Bundanya pindah rumah tepat di depan rumah Kakeknya. Sudah seminggu semenjak kepindahan Alle, ia sering menghabiskan waktu bersama gadis kecil itu.

Ano dan Alle duduk di karpet, bagi Ano ini sudah seperti sebuah kencan. Ia memperhatikan semua yang Alle lakukan. Mereka duduk dengan saling berhadapan. Alle tidak ingin Ano melihat gambarnya yang belum selesai dibuat. Ano terkekeh ketika ekspresi wajah gadis kecil itu berubah-ubah. Lelaki itu juga memotret Alle secara diam-diam.

"Masih belum selesai?" Tanya Ano.

"Belum. Kak Ano halus belcabal. Kata Bunda, olang cabal pantatnya lebal,"

Beribu-ribu tahun pun akan Ano tunggu demi gadis kecil itu. Gadis kecil yang berhasil menerobos masuk ke dalam hatinya.

"Kak Ano, kata Bunda adik Alle lahilnya bulan depan. Alle mau peluk adik bayi," nada bicara Alle terdengar sangat bahagia. Bunda dari gadis kecil itu memang sedang mengandung.

"Nanti Kak Ano halus baik-baik sama adiknya Alle," lanjutnya.

"Ya" jawab Ano ogah-ogahan.

"Gambalnya udah jadi," Alle memberikan buku gambarnya pada Ano.

Wajah Ano tak dapat di ekspresikan melihat gambar itu.

"Alle, yang cadel itu kan bicaramu, kenapa tulisanmu ikut-ikutan cadel?" Tanyanya datar. Ano sedikit tak terima namanya di tulis seperti itu.

"Lalu mengapa aku lebih pendek darimu?"

"Kawin? Astaga! Bocah kelas dua SD, belajar dari siapa kamu kata-kata kayak gitu?"

"Diajalin Bunda," gadis kecil itu menjawabnya dengan santai.

"Haruskah aku pisahkan Alle dengan Bundanya?" Batin Ano.

"Alle, mengapa gaun mu seperti ini? Dada mu kan kecil, kenapa disini besar?"

"Ish ish ish Kak Ano, kata Bunda kalo Alle sudah dewasa, dada Alle akan beltambah besal,"

Ano mengusap kasar wajahnya. Ya gak salah sih tapi kenapa Bunda gadis itu sudah memberi tahu Alle hal-hal seperti itu.

"Gambar ini akan kusimpan," ucap Ano. Entah bagaimana respon Kakeknya jika Alle menunjukkan gambarnya.

"Ini, kenapa ada gambar love nya?" Ano menunjuk gambar hati.

"Kata Bunda, love itu altinya suka. Alle kan suka Kak Ano! Temen-temen Alle seling buat kayak gitu juga kok di tembok kelas," jelasnya dengan wajah polos.

Telinga Ano memerah mendengar pernyataan gadis kecil itu. Jantungnya berdebar-debar, Ano tidak sabar menunggu Alle dewasa.

"Kamu suka Kakak? Itu berarti kamu harus menikah denganku,"  Ano menahan kedutan di bibirnya.

Alle menekuk kedua kakinya, tangannya ia lipat diatas lutut seraya berpikir. "Menikah? Apa itu?" Tanyanya.

Hembusan napas kasar terdengar. Ano heran, Alle mengetahui kata 'kawin' tapi tidak mengetahui apa itu 'menikah'. Tapi setelah dipikir ulang, gadis kecil itu memang seharusnya tidak paham.

"Singkatnya gini, kamu suka Kakak. Kakak juga suka kamu, orang yang saling suka harus menikah," ujar Ano menghasut otak polos Alle.

Alle tidak mengerti tapi ia mengangguk, "Oke Kak! Ayo menikah," ajaknya.

"Harusnya Kakak yang bilang itu. Alle tunggu disini sebentar," Ano pergi sebentar. Lelaki itu kembali dengan membawa setangkai bunga mawar merah.

Ano bertekuk lutut di atas karpet. Ia menyodorkan bunga mawar merah itu pada Alle.

"Kakak sedang apa?" Tanya Alle.

"Ini namanya lamaran. Alle, ayo menikah," Ano menatap kedua bola mata gadis kecil penuh ketulusan.

"Telus?" Masih dengan posisi menekuk kedua kakinya, Alle memiringkan kepalanya dan bertanya.

"Kamu harus ambil bunga mawar ini," tutur Ano.

"Apa tidak ada pelmen? Mawal tidak bisa dimakan,"

Resiko melamar anak kecil. Ano sudah tahu akan seperti ini. "Nanti aku belikan. Sekarang ambil dulu bunganya," suruhnya agak memaksa.

Mau tak mau Alle mengambil bunga mawar itu. Tanpa disadari keduanya, seseorang mengintip dan merekam kegiatan mereka.

"Bocah alay!" Kesal orang itu.

"Hahaha. Lihat saja nanti! Video ini akan kusebarkan wahai cucuku yang durhaka. Cih! Pantas saja aku diusir dari rumahku sendiri," lanjutnya.

***

Calleya memegangi kepalanya yang terasa pening. Gadis itu berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Ia berada di dalam ruangan yang dipenuhi foto-foto dirinya. Lalu setelah itu seseorang datang memeluknya. Calleya ingat apa alasannya jatuh pingsan. Bukan karena Archer yang tiba-tiba datang melainkan karena sebuah gambar dua manusia berbeda jenis kelamin yang disimpan di bingkai foto. Gambar itu dibuat oleh Calleya asli waktu kecil. Calleya yakin itu bukan hanya sekedar mimpi tetapi juga ingatan Calleya asli.

"Alle dan Kak Ano," gumam Calleya.

Mata Calleya menatap tangannya yang diinfus. Separah apa keadaan dirinya sampai dinfus begini.

"Foto gak ya? Biasanya orang-orang kan gitu. Foto tangan lagi diinfus,"

Gadis itu duduk di sandaran kasur. "Sepi amat dah. Tuh Om-om kemana coba?" Tanyanya sembari memandang kamar suram Archer yang sudah nampak lebih berwarna semenjak ia pindah tidur disini.

"Sekarang gue kudu piye?" Calleya tidak berniat memberi tahu Archer tentang mimpinya sebelum semua pertanyaannya terjawab. Masih banyak hal yang harus ia cari tau.

Ceklek

Pintu kamar Archer terbuka.

Archer masuk bersama seorang lelaki berambut silver memakai jas kedokteran.

"Leya?!" Archer buru-buru menghampiri istrinya dan memeluknya.

Calleya tidak membalas pelukan Archer. Ia tidak tau harus bersikap seperti apa setelah fakta yang ia temukan diruangan itu.

"Minggir bedebah! Istrimu harus diperiksa terlebih dahulu," suara datar itu membuat Archer melepaskan pelukannya. Lelaki itu berdehem dan berdiri di samping dokter bernama Zioshaka Ashvath Gyakhsa. Calleya mengetahuinya dari nametag di jas dokter itu. Archer sendiri lebih sering menyebut lelaki itu sebagai Dokter Gadungan.

Ashvath segera memeriksa keadaan Calleya. Archer memberikan tatapan tajam kepada lelaki itu. Ashvath merupakan sahabat sekaligus dokter khusus yang bekerja untuk keluarga Dirgazantra.

"Jangan menyentuh tangan istriku!" Seru Archer.

"Aku tidak tertarik dengan wanita," balas Ashvath.

Calleya memandang Ashvath dengan tatapan yang mengerikan dan pikiran penuh hal-hal nyeleneh.

"Dan aku tidak seperti apa yang kau pikirkan, Nona" ujar Ashvath tanpa melihat Calleya.

"Hehe. Dokter!" Mata Calleya berbinar cerah. Archer sudah was-was dan kepanasan.

"Hm?"

"Ganteng," ucap Calleya.

"Leya," dada Archer bergemuruh. Bisa-bisanya istrinya memuji lelaki lain di depan dirinya. Baik di depannya maupun di belakang, Calleya hanya boleh memuji dirinya.

"Kenapa Om?" Tanya Calleya dengan wajah yang dibuat sepolos mungkin.

"Sial! Aku tidak bisa memarahinya. Istriku terlalu menggemaskan" batin Archer.

"Kondisimu sudah lebih membaik. Kau pingsan selama tiga jam lalu tertidur selama lima jam. Nona, kau tidak boleh telat makan," tutur Ashvath. Wajah lelaki itu seperti tidak memiliki ekspresi lain.

"Apa ada hal yang ingin kau sampaikan Nona?" Tanya Ashvath.

Calleya menggeleng. Memang apa yang harus ia sampaikan? Tentang mimpinya? Ah! Calleya jadi curiga dokter itu mengetahui sesuatu tentang dirinya.

"Tsundere, tebus obat ini. Biaya nya lima milliar," Ashvath memberikan sebuah kertas berisi resep obat dan melenggang pergi sembari memanggul tas berisi peralatan kedokteran di pundaknya. Archer mengacuhkan gurauan sahabatnya.

Kecanggungan terjadi setelah Ashvath pergi. Archer maupun Calleya sama-sama diam.

"Leya," panggil Archer.

"Ya?" Calleya menyahut.

"Aku... tidak jadi. Leya, aku tebus obat dulu sebentar," Archer pergi keluar kamar. Lelaki itu berbohong pada istrinya. Archer bukan pergi menebus obat, ia pergi ke ruangan rahasianya. Soal obat, Archer menyuruh Bi Kana yang menebus nya.

Archer duduk bersandar di ruangan itu. Lelaki itu menatap langit-langit ruangan yang juga dipenuhi foto Calleya. Archer mengacak-ngacak rambutnya, ingatannya kembali pada saat istrinya pingsan. Tidak hanya pingsan, Calleya juga mimisan. Archer takut dan khawatir. Ia dan Ashvath setuju untuk tidak memberitahukan Calleya jika gadis itu mimisan. Archer sangat takut istrinya mengingat kejadian itu. Kejadian yang membuat dirinya selalu dihantui rasa bersalah. Walaupun tidak ada kemungkinan Calleya akan mengingatnya, Archer tetap takut.

***

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan rata-rata di jalan raya. Lagu berjudul Right Now dari One Direction terputar menemani perjalanan si pengendara mobil.

Ckiitttt

Ashvath mengerem mobilnya secara mendadak karena sebuah bayangan hitam tiba-tiba lewat. Apa kuntilanak memiliki job siang? Itu pertanyaan yang ada di otaknya. Ashvath keluar dari mobil untuk mengecek keadaan mobilnya. Lelaki itu menemukan seorang perempuan dengan pakaian serba hitam duduk di depan mobilnya.

"Hei gembel. Menyingkirlah dari mobilku," ucapnya datar tanpa perasaan.

"Siapa yang kau sebut gembel, Tuan?" Perempuan itu mendelik kesal.

Ashvath menunjuk perempuan itu.

"Sialan! Kau hampir menabrakku!" Seru perempuan itu.

Menaikkan sebelah alisnya, Ashvath menyeringai kecil. "Nona gembel, itu salahmu. Kau sendiri yang tiba-tiba lewat," katanya.

Perempuan itu mencoba untuk berdiri tetapi ia kembali terjatuh.

Ashvath bersandar di mobilnya menonton apa yang perempuan itu lakukan. Berdecak pelan, Ashvath mendekati perempuan itu.

"Heh Tuan! Jauh-jauh dariku!" Perempuan itu menjerit ketika Ashvath memegang kakinya.

"Diamlah Nona gembel. Aku rasa lutut mu terluka. Aku seorang dokter, percayalah padaku," Ashvath melipat celana yang perempuan itu kenakan sampai ke atas lutut. Lelaki itu mengambil kapas, plester dan obat luka di mobil.

Perempuan itu menatap bagaimana Ashvath mengobati lututnya.

"Selesai," ucap Ashvath.

Ashvath melirik perempuan itu sebentar. Ia seperti pernah melihat wajah perempuan itu.

"Kau bisa pulang sendiri kan Nona gembel?"

"Dih! Memang siapa yang minta diantarkan olehmu?"

"Baguslah," Ashvath mengangkat tubuh perempuan itu.

"Turunkan aku bangs*t!!!" Perempuan itu meronta-ronta digendongan Ashvath.

Ashvath menurunkan perempuan itu trotoar jalan. "Aku hanya ingin memindahkanmu Nona gembel. Kau bisa ditabrak pengendara lain jika terus berada disitu," ujarnya. Ashvath masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan perempuan itu.

"Jangan sampe aku ketemu sama orang itu lagi," perempuan itu mengelus dadanya. Ucapannya sudah tidak se-formal tadi.

"Ini aku pulangnya gimana? Mana gak bawa ponsel,"

Sebuah mobil tiba di depan perempuan itu. Ia ketar-ketir takut jika orang yang berada di dalam mobil itu adalah suruhan suaminya.

Seorang lelaki paruh baya turun dari mobil itu, "Permisi, dengan Nona gembel? Saya diminta untuk mengantar Nona pulang,"

"Sialan! Pasti si sombong tadi! Eh tapi dia baik juga," batin perempuan itu.

Sementara itu, Ashvath teringat siapa perempuan yang tiba-tiba menyebrang bak kuntilanak.

"Nona gembel itu, istrinya si jambul merah kan?" Gumamnya bertanya.

***

Megumi menggalau di kamarnya. Air mata gadis itu tak henti-hentinya mengalir. Segala umpatan dan makian terus gadis itu ucapkan untuk Apin. Gara-gara lelaki cengeng itu, ia jadi terlibat kesalahpahaman.

Kejadian absurd mereka ternyata dilihat oleh Ayah Megumi. Ayahnya menuduhnya sudah berbuat hal-hal tak senonoh bersama Apin. Maka dari itu, Ayahnya mengadakan pertemuan keluarganya dengan keluarga Apin.

"Anjing! Bangke! Gue kagak mau nikah ama tuh bocah cengeng!" Ayah Megumi memutuskan untuk menikahkan keduanya. Tapi tidak sekarang karena umur mereka masih muda. Megumi dan Apin akan bertunangan terlebih dahulu.

"Mana tuh bocah cuma cengangas cengengesan doang tadi,"

"Apin tol*l! Gobl*k! Idiot! Asu-" hampir semua nama binatang Megumi sebutkan.

"Ah anjir! Jangan-jangan ini karma gara-gara udah pernah ngejadiin tuh bocah barang taruhan,"

"Nasib Baby Boy gue gimana?" Megumi sesegukkan memikirkan Baby Aka, manusia yang ingin ia jadikan suami.

Megumi mencari ponselnya. Ia ingin menceritakan semua ini pada Calleya. Akan tetapi nomor gadis itu tidak aktif, di chat pun hanya ceklis satu.

"Leya bazeeeng! Lo kemana si?!" Megumi melemparkan ponselnya ke kasur. Sayang kan kalo dilempar ke lantai.

Gadis itu kembali menangisi nasibnya yang amat sial.

***

🦋Arigatou🦋

Jum'at, 25 Agustus 2023
Pukul 23:49 WIB

Continue Reading

You'll Also Like

219K 552 21
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya
2.3M 120K 75
Ini gila, benar-benar gila. Bagaimana mungkin jiwa seseorang yang tertidur setelah dipaksa mencari pasangan tiba-tiba sudah pindah ke raga orang lain...
338K 19.4K 21
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...
1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...