MARKHYUCK

By jenoislovee

6.9K 563 89

Kumpulan Drabble, Ficlet, dan Oneshot dari Pasangan Romantis Banyak Drama a.k.a Mark dan Haechan ⚠️BXB! YAOI... More

D - Clingy Haechanie
F - Kiss Me Softly
O - The Author and His Love
D - Bulol
F - Kiss Me, Hyung!
O - Dua Asing Yang Sempat Saling
D - The Most Comfortable Place
F - The Cutest Person
O - Fullsun's Birthday
O - Kembali Jatuh di Malam Hari
O - Mulk's Birthday

O - Sorry, Mimi

446 39 24
By jenoislovee

~ ONESHOT ~

.
.

HAPPY READING

Other Cast(s) : Chenle and Ningning

"ASTAGA, CHENLE! NINGNING!"

Haechan memekik kuat. Bagaimana tidak? Dua anak kembar berbeda jenis kelamin yang berusia dua tahun enam bulan tersebut sedang bermain dan tertawa dengan susu bubuk milik mereka. Tiga kotak susu bubuk telah berserakan di lantai juga di antara si kecil―memenuhi pakaian, kaki, tangan, juga seluruh wajah menggemaskan tersebut.

Haechan memijat pelipisnya, terlalu lengah melihat tingkah laku si kecil. "Kenapa kalian melakukan ini, hm? Jika ingin minum susu, lain kali tunggu Mimi, ya? Mimi hanya membutuhkan waktu sebentar untuk membersihkan kamar kalian."

"Hihihi! Mimi, look!"

"Tidak lama-lama." Haechan menggeleng sambil mengulas senyum tipis yang terkesan terpaksa. "Sudah bermainnya, ya? Sekarang Lele dan Nini harus mandi, membersihkan seluruh tubuh kalian yang penuh dengan susu. Mengerti, Sayang?"

Dua kecil nan menggemaskan tersebut tak mengindahkan perkataan sang ibu. Melanjutkan permainan yang sedang mereka lakukan seolah kehadiran Haechan bukanlah sesuatu yang harus diutamakan.

Anak-anak itu―Chenle dan Ningning―seolah memiliki dunianya masing-masing. Terus bermain tanpa menghiraukan sang ibu yang sedang mengusap-usap dada, mencoba lebih sabar lagi.

"Mimi!"

"Iya, Sayang? Ada apa? Sudah ingin berhenti?"

Ningning menggeleng kecil. "No, ingin main. Mimi, don't be angy."

"Mimi tidak marah. Jika Lele dan Nini tidak ingin melihat Mimi marah, maka sudahi bermain susu ini, hum? Mimi ingin melihat kalian wangi dan bersih. Ayo bersihkan tubuh kotor kalian. Atau kalian ingin Mimi yang membersihkannya?"

"No, Mimi!" Kali ini Chenle yang bersuara.

Lihat? Tidak ada yang ingin mendengar perintahnya, baik Chenle maupun Ningning. Mereka terlampau abai. Membuat Haechan lagi dan lagi mencoba untuk bersikap sabar nan penuh kelembutan. Apa yang akan terjadi bila ia meninggikan nada suaranya di hadapan anak-anaknya? Yang ada Haechan akan didiamkan oleh sang kepala keluarga karena telah berani membuatkan si kembar ketakutan.

"Lele, Nini, sudah, ya, Nak? Semuanya kotor dan―"

"Uhuk!"

Segera Haechan meraih tubuh kecil Ningning untuk dibawa dalam gendongannya. Haechan mendudukkan diri di kursi dengan Ningning di pangkuan dalam posisi miring, serta Chenle juga ikut duduk di kursi samping ibunya―tentu saja dibantu oleh Haechan.

Haechan menyeka juga mengusap susu yang sudah menempel di wajah cantik si bungsu Ningning menggunakan tissue. "Mimi sudah katakan untuk menyudahi acara bermainnya dan segera membersihkan tubuh yang kotor ini. Tetapi Nini tidak mendengarkan Mimi dan melanjutkan bermain susu hingga akhirnya terbatuk seperti sekarang."

"Solly, Mimi―hiks..."

"Tidak, jangan menangis, Sayang. Mimi tidak marah, mengerti? Mimi hanya memberi nasihat agar Lele dan Nini tidak mengulanginya kembali. Mimi tidak marah. Mimi mohon jangan menangis, Sayang."

"Nini nakal. Mimi, Nini is solly..."

"Mimi, Lele is also solly..."

Haechan terharu. Bukannya berlebihan, tetapi Haechan benar-benar merasa jika hatinya berdesir hangat setelah mendengar pengakuan maaf si kembar. Tanpa sadar setitik air mata menetes dari pelupuk matanya, mengenai lengan bawah yang terlihat gempal milik Ningning.

"Mimi, don't cly. Lele tidak suka." (Mimi, don't cry. Lele tidak suka)

"Nini salah. Mimi jangan 'nangis, yaa..."

Haechan menggeleng pelan sembari tersenyum hangat. Kemudian ibu manis itu memberi kecupan cukup lama pada surai halus kedua anaknya. "Mimi tidak menangis, air matanya saja yang turun tiba-tiba tanpa izin dari Mimi. Dan untuk Nini, Nini tidak bersalah, Sayang. It's not Nini's fault. Jangan meminta maaf pada Mimi lagi, mengerti? Nini tidak salah, Nini hanya bermain-main saja dengan Lele. Sudah, ya? Sekarang Mimi akan membersihkan tubuh kalian yang sangat kotor ini."

"Mimi ikut!" pekik Chenle.

Haechan membelalakkan kedua matanya, membulatkan mulutnya serta salah satu tangan memegang dada―pura-pura terkejut. Berniat ingin mencairkan suasana yang terasa sendu menjadi hangat kembali. "Oh iya, Mimi juga terlihat kotor sama seperti kalian. Ck, Mimi harus mandi lagi. Sayang-sayangnya Mimi yang membuat Mimi menjadi kotor seperti ini. Benar, bukan?"

"Hihihi, iya!"

"Sementara Mimi membersihkan susu yang berserakan ini, Lele dan Nini ingin berendam atau makan semangka?"

"Semangka, Mimi! Nini suka, Lele juga suka!"

"Iya, Lele juga suka semangka!"

Sama seperti sang ayah yang begitu menyukai buah manis bernama semangka. Namun, pria yang menjabat sebagai kepala keluarga itu lebih kepada istilah 'tidak bisa hidup tanpa semangka'―membuat Haechan mau tak mau dan wajib membeli buah besar itu ketika sedang berbelanja.

Haechan kembali mengecup surai halus si kembar kemudian berkata, "seperti Daddy saja."

***

"Nini, ayo―"

"Daddy pulang."

"DADDY!"

GREP!

Tepat sekali.

Tubuh kecil Ningning sudah dalam dekapan sang ayah. Si kembar bungsu itu memeluk leher Mark dengan erat, seolah tak ingin kehilangan sosok pahlawan berjasa besar barang sedetik pun.

"I miss you, Daddy."

"I miss you too, Princess."

"Daddy."

"Yes, Princess?"

Ningning menggeleng, semakin menenggelamkan wajah cantik nan menggemaskannya pada bahu lebar sang ayah. Membuat Mark hanya terkekeh pelan sambil mengelus punggung sempit sang anak bungsu.

"Daddy pulang Nini langsung peluk-peluk, ya. Mimi terlupakan di sini, hum..."

"Sini, kemarilah, peluk aku juga, Sayang."

"Tidak, tidak. Nanti saja." Haechan tersenyum. Ibu manis itu hanya mendapatkan kecupan singkat di pucuk kepala juga bibir dari sang suami. "Nini, lanjutkan makannya sambil dipeluk Daddy, ya?"

"Tidak mau."

"Nini sudah kenyang? Tidak ingin makan lagi?"

"Iya, Mimi."

"Baiklah, tidak apa-apa. Mimi tidak akan memaksa."

"Nini merindukan Daddy-nya," kata Mark. Pria yang menjabat sebagai kepala keluaga itu mencuri kecupan singkat di bibir berbentuk hati milik sang istri. "Jangan cemberut begitu, aku akan memberikanmu hadiah istimewa malam ini."

"Tidak. Untuk apa aku cemberut? Hyung aneh."

"Kau malu untuk mengakui, padahal sudah begitu jelas aku melihat semuanya. Raut wajahmu itu menunjukkan kecemburuanmu pada Nini. Nini lebih dulu memelukku."

"Lalu kenapa jika Nini lebih dulu memelukmu? Aku tidak terlalu ingin memelukmu, Hyung. Jadi jangan begitu percaya diri. Nini, Daddy-mu itu sungguh aneh sekali."

Sementara itu, Chenle sudah lebih dulu tidur di dalam kamar. Menikmati alam mimpi kanak-kanak yang begitu menyenangkan.

***

"Bagaimana keseharian anak-anak? Apa mereka baik hari ini? Tidak nakal, 'kan?"

Bagaimana tanggapan kalian, teman-teman? Mereka baik atau tidak?

"Nakal, sih, tidak. Aku juga tidak mungkin menyebut mereka merepotkanku, karena mereka adalah anak-anakku. Aku senang mereka merepotkanku, itu artinya anak-anakku sangat membutuhkanku dalam hidup mereka."

"Anak-anak kita, bukan anak-anakmu saja."

Haechan berdecak sebal. "Iya, maksudku anak-anak kita." Kemudian Haechan menghadap sepenuhnya ke arah Mark, sudah siap menceritakan kelakuan Chenle serta Ningning yang membuat kepalanya pusing. "Kau tahu, Hyung? Siang tadi, mereka berhasil membuat kepalaku pusing setengah mati seakan dibelah dua. Lele dan Nini bermain tiga kotak susu bubuk seperti bermain air. Seluruh tubuh mereka penuh dengan susu. Entah bagaimana awalnya hingga terjadi seperti itu. Mereka itu sama sepertimu, Hyung, keras kepala. Mereka tidak mendengarkanku dan terus bermain hingga akhirnya mereka lelah sendiri."

"Jangan pernah membentak mereka, ya? Meskipun kau marah dan kesal sekalipun, kumohon jangan pernah meninggikan suara di hadapan mereka. Aku tidak ingin anak-anak kita merasakan ketakutan dan trauma sejak kecil. Aku ingin mereka tumbuh dengan penuh cinta dan kasih sayang."

"Meskipun aku marah sekalipun, aku tidak akan pernah membentak mereka. Tadi siang pun aku hanya memberi nasihat kepada mereka untuk tidak melakukannya lain kali, aku tidak bisa melihat kedua mata anak-anakku berair meneteskan air mata. Aku hanya ingin mereka bahagia. Aku ingin mereka hanya boleh merepotkanku saja, jangan orang lain."

Kedua tangan kekar milik Mark terulur untuk membingkai wajah bulat Haechan. Pria itu tersenyum, tampan sekali. "Mimi," panggilnya.

"Iya?"

"Terima kasih, ya. Terima kasih sudah bertahan selama ini. Terima kasih sudah mau direpotkan olehku, Lele dan juga Nini. Terima kasih sudah lebih banyak menyayangi dan mencintai kami bertiga. Mimi Chanie hebat sekali. Thank you for everything, my love. Aku tidak akan menyia-nyiakan kamu dalam hidup ini. Aku, Lele dan Nini benar-benar membutuhkan sosok hebat seperti Mimi Chanie, seperti Lee Haechan."

"Hyung..."

"Yes, love? Tidak apa-apa, utarakan saja sesuatu yang mengganjal di hatimu lalu menangislah dalam dekapanku."

"Hyung, kalau boleh jujur, aku lelah sekali. Dulu aku hanya mengurus diriku sendiri, menjaga yang sekiranya tidak baik untukku. Namun beberapa tahun ke belakang, aku harus mengurus tiga orang sekaligus; suami juga anak-anakku. Mengurus dan menyayangi mereka, tak boleh terlewatkan waktu makan dan tidur juga harus siap membagi waktu untukku sendiri dan mereka bertiga." Haechan terisak. Jujur, rasa lelah menyelimuti seluruh bagian dalam dirinya. "Aku tak menyesal telah memilih jalan hidupku seperti yang sekarang, sungguh. Aku hanya merasa lelah. Aku juga takut jika seandainya aku tak menghiraukan keluargaku dan memilih pergi mencari kebebasan. Aku takut menelantarkan keluargaku sendiri demi ego yang menguasai diri. Hiks―tak apa aku merasa lelah, 'kan, Hyung?"

"Tak apa, aku tak memaksamu untuk terus kuat. Tapi kau harus ingat, Haechan-ah, jangan pernah sekalipun kau meninggalkan kami bertiga. Bagi kami, kehadiranmu seperti oksigen yang selalu kami butuhkan. Jika tidak ada, maka kami akan mati sia-sia."

"A-aku lelah, tapi aku juga takut, Hyung..."

"Aku akan selalu memberimu kekuatan. Anak-anak juga akan memberimu semangat dengan tawa kecil mereka, benar?" Mark mengecup surai Haechan cukup lama. Tangannya tetap setia mengusap-usap pelan punggung yang terus bergetar tak henti tersebut. "Istirahatlah sejenak, biar aku yang akan mengurus anak-anak. Aku akan memberi pengertian kepada mereka. Jangan sampai mereka melihatmu sakit, Sayangku. Mereka akan sedih, begitu juga denganku."

"Tidak, Hyung. Kau harus bekerja menafkahi kami, sementara Lele dan Nini adalah tugasku. Aku baik-baik saja, rasa lelahku perlahan akan mereda. Sungguh."

Haechan mendongak, menatap wajah tampan bak Dewa Yunani milik suaminya. Si manis mulai memajukan wajahnya, mencoba mengikis jarak di antara keduanya. Sedang Mark menatap lapar bibir plum yang sudah siap ia cium, sesap serta lumat milik Haechan.

Keduanya sudah siap untuk berciuman. Namun terhenti begitu saja kala teriakan nyaring milik si sulung menyapa indra pendengaran.

"MIMI! MIMI 'MANA?" (MIMI! MIMI DI MANA?)

"Dengar? Lele memanggilmu, dia mendahulukanmu daripada aku, Sayang. Itu artinya Lele benar-benar membutuhkan kehadiranmu. Pergilah, beri Lele tepukan dan nyanyian terbaikmu."

"Jangan cemburu begitu," balas Haechan sambil menjawil gemas rahang tegas milik Mark.

"Aku tidak. Cepat pergilah sebelum Lele menangis. Atau kau ingin aku memakanmu setelah ini?"

"Jangan berpikiran seperti itu! Dasar Mark mesum Lee. Sudah menjadi seorang Daddy dari dua anak masih saja berpikiran mesum."

"Wajar, Sayang. Setiap hari kau terlihat begitu seksi dan indah di mataku, bagaimana bisa aku tidak berpikiran mesum tentang dirimu? Apalagi setelah melahirkan si kembar, you also look sexier and more voluptuous. Ingin sekali milikku masuk ke dalam―"

"DIAM! Hak bicaramu aku cabut sampai esok hari!"

Haechan langsung meninggalkan Mark dalam keadaan menahan sakit pada bagian miliknya. Haechan tidak peduli, lebih baik ia menemani si kembar daripada menuruti hawa napsu sang suami.

Batin Mark, "Aduh, main sendiri lagi dan lagi. Si kembar mengambil waktu malamku bersama Haechan. Nasib, nasib..."

Poor Daddy Mark.

.
.
.

Bertemu lagi dengan markhyuck as
parents. Kalian suka nggak sih kalau
ningning jadi anak markhyuck? Suka
nggak kalau lele jadi kakak?

Kalau aku pribadi sih suka-suka aja.
Meskipun aku penganut lele anak
tunggal markhyuck, tapi kalau ada
ningning kayaknya seru juga nih. Dan
jadilah oneshot ini dengan lele dan
ningning adalah anak markhyuck.

Vote dan komen dipersilahkan.
Terima kasih semuanyaaa.






















Written by jenoislovee

Continue Reading

You'll Also Like

330K 9.6K 64
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
40.1K 6.7K 26
Gatau baca aja!
Rasya By Wahyuni

Short Story

44.6K 3.3K 29
Rasya,Bocah 3 tahun yang berhasil menarik perhatian seorang mafia terkejam dan seorang pengusaha kaya raya