"Hal yang perlu kalian ingat, kami kesini adalah untuk bertemu sapa dengan kalian, bukan untuk membuat kalian bersayang sayangan." ujar Mayleen. Mereka saling terdiam.
Mereka saling terduduk dikursi yang telah disediakan. "Tapi aku mau kalian menjelaskan tentang pernikahan kalian. Apakah pernikahan itu sudah lama terjadi atau baru?" tanya Mayleen.
Mereka saling terdiam, bingung entah siapa dulu yang harus mulai berbicara.
Mayleen berkata kembali.
"Coba mulai dari mbak Ana." ujarnya.
"Baru... sekitar 2 bulanan yang lalu." ujar Ana.
"2 bulan yang lalu? Kalian menjalankan hubungan semacam itu? Kenapa kok kalian enggak bilang ke aku dan kakak?" tanya Mayleen.
"Iya, kejadiannya terjadi begitu cepat... Aku tidak sempat memberitahu hal ini kepada kalian." ujar Ana.
"Tapi kenapa langsung menikah... pasti ada yang tidak beres kan diantara kalian? Memangnya kalian selama ini menjalani hubungan yang serius?" tanya Mayleen. Ana terdiam, bingung ingin menjawabnya seperti apa.
Alcyone langsung angkat bicara.
"Kejadiannya terjadi begitu saja, sudahlah tidak usah menjebak kami dengan pertanyaan semacam itu. Kami hanya menikah dan itu saja yang perlu kalian tahu." ujar Alcyone.
"Tapi tuan... Aku masih penasaran... Kenapa kalian secepat itu menikah, bahkan Ana sudah mengandung anakmu sekarang. Apakah mungkin tuan menghamili Ana duluan?" tanya Mayleen.
"Cih, tidak mungkin..."
"Enggak kok May... Kami berdua enggak seperti itu... kita terlebih dulu menikah lalu melakukan hal seperti itu setelah menikah."
"Ana mencintai tuan?"
"S-saya tidak tahu..." ujar Ana.
"Atau tuan yang memaksa?" tanya Mayleen.
"Kalian menuduhku? Pintar ya... Menuduh seakan tidak melihat siapa orang yang sedang dituduhnya... Atau kalian berniat memperpendek umur kalian?" tanya Alcyone.
Mayleen langsung terdiam bersamaan dengan Xiao lan yang memberi isyarat untuknya tak berbicara semaunya.
"A,ah baiklah terima kasih atas penjelasannya saya cukup mengerti, tuan Alcyone." ujar Mayleen.
Tidak ada dari mereka yang saling berbicara, tegang rasanya, tapi Ana mencoba untuk menetralkan suasana disana dengan berkata. "Kalau kamu masih kuliah?"
"Aku sudah lulus kuliah mbak."
"Wah selamat ya.."
"Iya makasih..."
"Xiao lan rencananya mau tunangan loh mbak." ujar Mayleen.
"Masa? Wah sama siapa?" tanya Ana.
"Sama teman satu kerjaannya. Dia juga enggak memberitahuku soal kekasihnya malah jawabannya langsung tunangan. Aneh tidak sih... kalian berdua sama saja... sama sama diam diam memberi kejutan."
"Hehe ada ada saja."
"Selamat ya Xiao lan rencananya kapan menikah?"
"Entahlah... asal jangan buru buru saja... tunangannya sih dua minggu lagi. Mbak Ana mau ikut?"
"A,ah hehe.."
"Tuan Alcyone ajak dong mbak Ana." ujar Mayleen mengerdipkan mata.
"Ya, saya akan mengajaknya nanti, masa mengajak istri sendiri saja tidak bisa." ujar Alcyone. Membuat Ana merasa cukup malu. Ternyata dia masih menganggapnya sebagai istri.
"Tapi dengar dengar kalian sedang bertengkar ya? Kok tuan malah ingin dijodohkan oleh orang tuanya katanya? Aku dengar dari papa." tanya Mayleen.
"Tidak usah dengar kata orang... Aku tidak akan menceraikan Ana." ujar Alcyone.
Ana terdiam sedikit memahami perkataannya. Ternyata Alcyone masih menganggapnya seperti itu.
"Aku ingin bertanya sesuatu, apa kalian... menikah siri?" tanya Mayleen, ia kembali berkata.
"Aku dengar menikah siri itu tidak mendapat pengakuan secara negara... apakah kalian melakukannya seperti itu? Makanya kalian tidak memerlukan pengakuan dari orang tua kalian?" tanya Mayleen.
"Bukan, kami menikah secara negara. Jangan aneh kamu.." ujar Alcyone.
"O-oh begitu..."
"Oh iya Ana berapa usia kandunganmu sekarang?" tanya Xiao lan.
"Sekitar dua minggu." ujar Ana.
"Kamu sering rajin ke dokter kan? Hati hati ya kalau naik motor... kalau perlu memakai mobil..." ujar Mayleen. Ana mengangguk. Alcyone sepintas tersadar, Ana kan belakangan pergi ke dokter bukan dengan dirinya, melainkan dirinya seorang diri selama mereka pisah ranjang. Ia jadi khawatir.
Setelah Mayleen dan Xiao lan pulang. Ana ditinggal berdua saja dengan Alcyone.
Ana merasa gugup. Ia mendiamkannya saja dan membiarkan dia terus duduk di kursinya. Ia beralih menyapu lantai.
Alcyone langsung berkata. "Kamu sering pergi ke dokter bersama siapa selama saya tidak ada?" tanya Alcyone.
"Sendiri..."
"Sendiri katamu? Kamu dengan usia kandungan yang masih sangat muda memaksa untuk sendirian pergi? Kamu apa tidak memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi, apalagi kamu istriku sekarang..."
"Ya memangnya aku harus pergi sama siapa? Mas Reno ada di Bandung, mbak Hilma kerja... Aku enggak mungkin bisa mengandalkan siapapun."
"Kalau begitu saya yang akan mengantarmu.." ujar Alcyone. Ana terdiam sebentar mengalihkan wajahnya.
"Kamu bukannya kerja..."
"Enggak... Saya rela meluangkan waktu untuk kamu." ujar Alcyone.
"Yaudah..."
"Sekarang saja kalau enggak?"
"Eh?"
"Ayo bergegas." ujarnya. Ana mau tak mau mengiyakan, ia memutuskan untuk bersiap siap saat itu.
Beberapa saat kemudian Alcyone menepati janjinya untuk pergi mengantar Ana ke rumah sakit, disana Ana dan dirinya diperkenankan untuk duduk dikursi tunggu.
Hingga kemudian beberapa kali anak buah Alcyone menghampiri ruang dokternya meminta dipercepat. Dan akhirnya pun mereka dipanggil juga. Ana digandeng oleh Alcyone saat itu.
Ana merasa cukup malu karena mereka pusat perhatian saat itu. Ana dan Alcyone segera duduk di dalam ruang dokter berhadapan dengan sang dokter.
Setelah dilakukan usg, dan layar menunjukkan gambar tentang kondisi rahimnya, dokter segera berkata. "Kondisinya bagus, janin anda terlihat sehat..."
Alcyone sering melempar pertanyaan dan sang dokter juga sering menjawabnya.
Ada beberapa pantangan dan hal hal yang mesti dihindari diucapkan oleh dokter. Memberikan banyak pengarahan bagi mereka. Setelahnya mereka saing keluar dari dalam ruangan sang doktet.
Teringat pesan dokter untuk menjaga kesehatan dan diantar jemput jika bepergian. Membuat Alcyone lantas merasa kalau itu sudah jadi tanggung jawabnya melakukan hal semacam itu.
"Untuk ke depannya kalau kamu mau pergi kemanapun biar saya yang antar... Kamu hanya tinggal bilang ke anak buah saya, nanti saya akan langsung kesana, atau kalau mau lebih instan kamu boleh langsung menelepon saya." ujar Alcyone. Ana terdiam. Sejujurnya ia tidak mau seperti ini, apalagi status diantara mereka kini tak lain suamu istri yang sedang pisah ranjang. Ia juga merasa tidak mungkin saja terus berhubungan dengan Alcyone yang notabene pernah melakukan hal kriminal pada suaminya.
"Dan soal Rayyan... Saya benar-benar meminta maaf... Saya khilaf waktu itu. Saya tahu kamu masih belum sepenuhnya menerima saya.
Sepanjang malam saya terus memikirkan soal ini, bagaimana kamu bertahan sendirian sepeninggal Rayyan.
Apalagi yang menyebabkan kamu menderita sakit mental seperti itu akibat ulah saya kan? Tolong maafkan saya, saya benar-benar meminta maaf." ujar Alcyone.
Ana terdiam memahami perkataannya. Ana tahu perkataannya barusan tulus... Ana merasa cukup lega saja sekarang, karena Alcyone mengerti dan paham, dan menyesali kesalahannya di masa lalu.
"Iya..."
Esok harinya Michele membawa seorang wanita tidak lain itu adalah Winda yang penampilannya sangat berbeda dengan dirinya sebelumnya, Alcyone heran hingga mengusap wajahnya. "Apalagi ini..."