ANGLOCITA [selesai]

By moonlittype

229K 12K 180

Can you love me ganti judul menjadi Anglocita. Diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti mengeluarkan isi h... More

SINOPSIS
PROLOG
Senyuman Pertama
Senja Bersama Riyan
Revan
Tidak sedingin es
Nasi Goreng Rasa Cinta
Cappucino Kesukaan Riyan
Perhatian Sang Kapten
Rasa Kekecewaan
Es krim keberuntungan
Kasmaran Ala Rena
Camping
Kenapa takut gelap?
Aku disini, Riyan
Hujan Kesedihan
Gosip tentang Riyan
Bunga dari Riyan
Tetaplah bersamaku, Riyan
Epilog
Extra Part

Sedingin kabut

9.5K 597 32
By moonlittype

Senyum sumringah diperlihatkankan jelas oleh Rena. Ia mendapatkan nilai yang cukup baik. Matematika nya tidak remed lagi seperti minggu kemarin. Dan artinya ia bersama Deas akan makan gratis di kantin sekolah karena Pak Revan akan membayarnya.

Tidak sia-sia ia mengikuti les matematika bersama dengan murid yang juga diajari oleh Revan. Tidak sia-sia pula waktu tidur siangnya tersita demi mengejar nilai nya yang kurang di dalam matematika itu.
Jam istirahat memang jam yang paling dinantikan oleh seluruh siswa. Sebelum Rena janjian dengan Deas serta Pak Revan untuk makan bersama di Kantin sekolah. Rena berniat mengantarkan bekalnya itu untuk Riyan.

Ruang kelas Riyan terlihat ramai dengan teman-teman sekelasnya. Sejujurnya Rena tidak pernah menginjakan kaki ke kelas lain jika itu bukanlah hal yang penting. Rena juga tidak suka berada di luar kelas seperti murid lainnya.

Pernah sesekali Rena melihat gerombolan siswi yang mengantri bertemu dengan Riyan. Hanya mendapatkan salaman saja wanita itu sudah menjerit dengan keras. Ia tidak habis pikir kalau hubungan antara dia dan Riyan diketahui oleh khalayak ramai.

Apakah penggemar Riyan dapat menerima nya?

Rena tidak ingin terlalu mengambil resiko akan hal itu. Baginya, menjadi kekasih Riyan adalah sesuatu hal yang masih tidak bisa ia percaya.
Rena melihat Riyan tengah memantulkan bola futsal berwarna kuning itu. Rena segera menghampiri meja Riyan yang terletak di pojok depan dari pintu itu.

"Hai."Sapa Rena dengan senang.

"Hmm. Ada apa lagi?"

Rena menghela napasnya singkat. Berusaha tidak terlihat gugup di hadapan lelaki yang ia cintai itu. "Aku ada nasi goreng buat kamu! Ta-Da!"

Riyan melirik sekilas. "Gue udah makan"

"Masa iya? Makan apa emang tadi?"Tanya Rena dengan sekaligus tanpa memberikan waktu Riyan untuk berbicara.

"Pokoknya tadi gue udah makan. Lagian gue alergi sama yang namanya nasi goreng. Apalagi itu ada udang. "

Rena memikirkan sesuatu. "Alergi nasi goreng? Bukannya dulu kamu itu..... "

"Makanya gue Kasih lo nasi goreng ya karena gue alergi."Potong Riyan dengan datar.

"Terus bekel ini gimana? Aku kan udah masak buat kamu, pagi-pagi juga."Rena kini tidak tau harus bagaimana lagi.

"Buang aja. Lagian gue yakin lo baru pertama kali masak. Dan biasanya kalo orang yang baru pertama kali masak itu rasanya gak enak."Ujar Riyan dengan jujur.

Rena mendengus kesal. Tidakkah ia memikirkan bagaimana perasaan Rena barusan?

"Yaudah kalo kamu gak mau."Rena kini mengalah. Ucapan Riyan lagian ada benarnya juga.

Sementara Riyan masih terdiam tidak banyak bicara, Deas datang dengan berlarian untuk menyusul Rena yang diketahui sedang berada di kelas sebelah itu.

"Rena, buruan kan kita mau ditraktir makan gratis sama Pak Revan. Kok lo masih disini aja sih?"Kata Deas dengan bersemangat.

Deas merupakan tipe cewek yang sangat senang jika mendengar gratisan atau diskon.

"Iya Deas, gue pamitan sama Riyan dulu."kata Rena kepada Deas dengan pelan.

Rena masih melihat wajah kekasih nya itu. Sibuk sendiri dengan bola futsalnya itu.

"Riyan, aku kembali ke kelas dulu ya. Oh iya maaf kalo aku engga tau kalau kamu alergi nasi goreng, terutama sama udangnya. "

"Hmm"

"Gaada yang mau dibicarain tentang hal lain?"tanya Rena kembali dengan sendu.

"Gak ada. Lo boleh pergi."

Tidak ada senyuman setelah itu. Hanya ada rasa sesak. Begitu dinginkah dia?

Seusai menemui Riyan, wajah Rena terlihat kecewa. Semangat yang ia kumpulkan untuk menemui Riyan sirna sudah. Ketidakpekaan Riyan membuat Rena terkadang merasa sedih. Pernah sekali Rena berpikir kalau ia hanya mencintai Riyan seorang diri.

Rena menatap bekal yang sedari tadi ia bawa. Sebuah penolakan secara dingin yang dilakukan oleh Riyan. Dengan alasan alergi, Riyan sukses membuat Rena menjadi sendu.

"Udah, kalo dia emang beneran alergi gimana? Gausah dipikirin hal kayak gitu."Ujar Deas dengan merangkul Rena yang tengah sendu.

Rena memanyunkan bibirnya. "Iya juga sih, tapi kan lo liat aja deh sendiri tadi. Itu orang kaku banget."
"Bukannya Riyan emang dikenal dingin sama seluruh murid sekolah ini?"

"Iya juga sih, ya tapi kan... "

"Lo cukup beruntung bisa dapetin cowok kayak Riyan. Ya yang pastinya sih kayaknya Riyan itu setia. Lo gak boleh baperan, oke?"

"Hmm."

Pak Revan:
Saya ada rapat tiba-tiba. Lain kali aja ya saya traktir.

Sebuah pesan diterima oleh Rena. Sepertinya ia dan Deas tidak jadi makan gratis di kantin. Dengan segera ia memberitahu kepada Deas, sahabatnya itu.

"Kayaknya kita gak jadi makan sama Pak Revan. Dia ada rapat tiba-tiba di ruang guru."Rena menunjukkan pesan yang diterima nya dari Revan itu.

"Yah! Gue kan udah dandan cantik gini. Udah pake gincu merah gini eh gak jadi. Payah ah. Pokonya besok gue ngambek sama Pak Revan."

Rena menutup telinganya karena suara Deas yang keras. "Lo itu berisik banget. Gue mau makan dulu bodo amat dah mau lo udah pake gincu kek. Bye!"

Rena meninggalkan Deas dengan sengaja. Ia berbalik sambil tertawa ke arah Deas.




Kelas kosong terjadi.

Rapat membuat kelas menjadi kosong dan tidak ada kegiatan belajar mengajar. Semua guru berkumpul di ruangan rapat koordinasi. Tidak ada yang merasa sedih mendengar hal ini, karena pada dasarnya kelas kosong selalu menjadi primadona dimanapun.
Rena menulis beberapa catatan yang kemarin belum ia selesaikan. Dengan meminjam buku sejarah milik Deas

"Guys. Gue denger ada pertandingan futsal. Disini ada yang mau jadi cheerleader untuk pertandingan Riyan minggu depan?"Ketua kelas itu memberikan pengumuman di depan kelas dengan lantang.

Rena yang sedari tadi mencatat mendadak memperhatikan pengumuman itu. Riyan akan melakukan pertandingan lagi tanpa memberi kabar dengannya dulu.
"Pertandingannya dimana emang?"tanya Rena penasaran.

Sontak membuat seisi kelas menjadi memperhatikan Rena. "Lo kenapa nanya-nanya dimana Riyan tanding? Lo gak usah dateng deh karena acara itu khusus buat orang yang famous!"

"Itu kan acara umum kenapa gue gak boleh?"

"Lo itu beda. Mendingan gak usah dateng."kata yang lainnya.

Rena menyerah. Ia tau kalau Riyan berbeda dengannya. Banyak sekali perbedaan yang melingkari keduanya.

Riyan disukai banyak orang, Rena tidak.

Riyan selalu menjadi bahan pembicaraan, Rena tidak.
Riyan selalu dicari disaat tidak ada, Rena tidak.

Untuk apa Semesta mempersatukan mereka? Tatkala ditanya akan hal itu Rena selalu berpikir baik bahwa Semesta mengabulkan permintaan nya.

"Siapa yang buat peraturan seperti itu?"Rena tidak terima dengan bercandaan mereka.

"Mendingan lo ngaca dulu deh!"
Semua menertawakan Rena. Hingga akhirnya Rena meninggalkan buku catatannya itu di mejanya. Ia berlari keluar kelas. Bercandaan mereka memang keterlaluan. Seharusnya murid seperti itu di keluarkan saja dari sekolah.

Rena menahan air matanya turun. Ia berusaha mengatur napasnya. Ia tidak ingin terlihat cengeng. Perkataan mereka memang ada benarnya juga.

Matanya mulai berair. Jika saya ia menyerah, pasti ia sudah meninggalkan sekolah ini sejak dulu. Sayangnya Rena tidak ingin melakukan itu. Keluar dari sekolah dan mencari sekolah baru tidaklah mudah. Rena tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya hanya karena masalah kecil.

"Kenapa lo ada di luar kelas?"Rena sudah mengenali suara itu.

Rena terdiam saja. Tidak menjawab sepatah katapun.

"Lo nangis?" Tanya nya kembali.

"Aku gak kenapa-kenapa Riyan. Kamu kenapa ada disini?"tanya Rena dengan tertawa.

"Cuman lewat."katanya datar.

Lalu dia pergi begitu saja. Tidak ada kalimat manis seperti pasangan lainnya. Beribu pertanyaan yang kini ada di kepalanya belum sempat terjawabkan. Tanpa meminta Riyan membalas cintanya, Rena sudah terlebih dahulu jatuh hati kepada Riyan.

Namun mengapa rasanya begitu sulit untuk sekedar berbicara banyak. Mengapa rasanya begitu aneh jika mereka bertemu.

Dulu Rena pernah memimpikan bagaimana rasanya menjadi seorang yang spesial di hati Riyan. Tapi disaat semua itu sudah terjadi harapan serta angannya tidak kunjung terwujudkan.

Hingga dirinya merasa terjatuh.
Mencintai dia seperti memegang bongkahan es yang sangat dingin. Bisa saja kita menunggu es itu mencair, tapi apa bisa kita memeluknya disaat es itu mencair dan berubah?

Tidak seharusnya ia berharap lebih dengan Riyan.

***

Langit berubah menjadi malam. Hari ini tepat satu bulan ia menjadi kekasih seorang Riyan. Tidak ada yang spesial selama sebulan ini. Rena memahami kesibukkan Riyan dalam kegiatan ekskulnya itu. Meskipun begitu Rena harus pengertian dengan kekasihnya itu. Dia tidak boleh bersikap egois.

Rena sudah membeli satu paket donat yang akan ia berikan kepada Riyan. Riyan berjanji akan menemui Rena di mall yang biasa ia kunjungi. Dengan senang hati Rena langsung bergegas bersiap untuk menemui Riyan. Jarang-jarang sekali lelaki dingin itu mau diajak pergi bersama olehnya.

Tidak hanya itu, Riyan juga berjanji akan menemani Rena menonton film yang sedang tayang di bioskop. Karena tidak ingin mengantri, Rena memesan dua buah tiket itu terlebih dahulu.

Gadis yang memakai hoodie berwarna merah maroon itu mulai berbaris untuk mengantri tiket nonton spesial itu. Mata nya juga sesekali melirik sekitarnya untuk mencari keberadaan Riyan.

"Tiket nonton nya mau yang jam berapa, Kak?"tanya sang penjaga tiket itu dengan ramah.

Rena berpikir sejenak. "Hmm, jam sembilan aja deh, mba. Dua ya."

"Baik."

Setelah membeli tiket untuk menonton bersama, Rena menunggu Riyan di depan pintu masuk bioskop.
Suasana bioskop memang cukup ramai, gadis berkacamata itu memang cukup iri dengan keadaan di sekitarnya. Baru saja sebulan jadian dengan kapten Futsal itu ia belum juga mendapatkan perhatian yang manis.

Rena tidak menyerah, mungkin suatu saat ia akan mendapatkannya.
Sembari menunggu sang pujaan hati datang. Rena berkeliling mencari sebuah hadiah sebagai lucu untuk Riyan. Tidak ada salahnya kan membelikan sesuatu untuk orang yang ia sayangi? Apalagi bulan lalu Riyan baru saja memenangkan pertandingan melawan Tim Futsal sekolah sebelah.

Rena melihat sebuah boneka berbentuk bola. Tidak begitu besar, namun sepertinya itu akan disukai oleh Riyan. Sebab, kekasihnya itu sangat menyukai sepak bola. Akhirnya Rena memutuskan untuk membeli boneka itu.

Senyum sumringah ia tunjukkan ketika boneka ini sudah menjadi miliknya. Rena menjadi tidak sabar untuk hari esok memberikan hadiah ini kepada Riyan.

Pandangan gadis itu menyusuri sekeliling bioskop itu. Mulai mencari dimana keberadaan Riyan. Katanya, Riyan akan datang setelah latihan futsal bersama teman-teman nya itu.
Jadi aku masih tetap menunggu, pikir Rena.

Satu jam berlalu. Rena masih tetap menunggu di tempat yang ia janjikan. Namun sampai sekarang aku belum melihatnya juga.

"Mungkin saja ia masih di perjalanan. Hujan turun dengan deras mungkin saja Riyan sedang berada ditengah kemacetan ibu kota. "Pikir Rena dengan tersenyum.
Kini yang Rena lakukan sekarang adalah menunggu Riyan dan berpikir semua tidak terjadi apa-apa.
Hingga seluruh sepi. Riyan belum datang juga. Mungkin dia lupa, atau dia memang tidak ingin bertemu dengan kekasihnya itu.

Penantian nya hanya menjadi sia-sia lagi. Tidak hanya itu, hatinya pun juga merasakan sakit.


Bahkan ia lupa dengan janji yang ia buat sendiri.

***

Keesokan harinya, Rena bertemu dengan Riyan. Membawakannya hadiah yang sengaja ia beli kemarin. Rena berjalan kearah kelasnya dan semua orang memperhatikan nya. Baru pertama kali Rena melakukan apa yang penggemar Riyan lakukan.
Memberikannya sebuah hadiah.

Riyan tengah terduduk di dekat jendela kelasnya. Mendengarkan earphone dan menyalin jawaban PR dari temannya itu. Rena kemudian menghampirinya dengan senyuman.

"Riyan. Ini untuk kamu. " kata Rena dengan menyerahkan boneka itu kepadanya .

Sedetik kemudian Riyan tertawa. "Boneka? Gue cowok kali bukan cewek. Ngapain lo kasih gua boneka?"

Rena terdiam. "Tapi kan ini berbentuk bola. Kamu kan suka sama sepak bola jadi aku belikan kamu ini."Kata Rena dengan tersenyum.

Riyan kembali menyerahkan hadiah dari Rena. "Lo gausah repot-repot. Gue suka bola tapi engga boneka."katanya singkat.

Rena menghela nafas kecewa."Semalam kamu kemana Riyan? Aku nunggu kamu di Bioskop tapi kamu engga dateng." Tanya Rena yang membuat Riyan heran.

"Nunggu gue? Untuk apa?"balas Riyan singkat.

"Kamu janji untuk menemui aku di bioskop. Kata kamu kemarin sebelum kamu latihan futsal. Kamu lupa?"tanya Rena dengan memeluk erat bonekanya itu.

Riyan terlihat heran."Janji? Kapan aku bilang kayak gitu? Engga."

Rena tertawa. "Kemarin sebelum kamu latihan futsal."jawab Rena dengan lirih.

"Gue lupa."

Dengan mudah saja ia berkata kalau ia lupa.

Tanpa memikirkan bagaimana perasaanku menunggunya.

Continue Reading

You'll Also Like

38.6K 2.9K 34
Kehidupanku berubah sejak aku menikah dengan seorang pria yang tidak aku cintai, Anggap saja aku menikah dengannya atas dasar perjodohan. Aku sama se...
2.3M 82.1K 29
Hanya sebuah cerita pasaran tentang sebuah pernikahan yang terjadi karena perjodohan, yang di perankan oleh Saskia Ariana Mardian dan Damar Putra Rah...
548K 47.5K 38
Tidak terima dijodohkan, Reina Dhananjaya, mahasiswi semester akhir yang bandel, berupaya keras agar perjodohannya dengan Ivander dibatalkan. Reina...
1.5M 36K 26
Takdir tak akan pernah ada yang tau kecuali sang maha kuasa. Ada yang bilang, batas antara cinta dan benci itu setipis rambut yang telah terbelah ber...