ALGASYA ; STEP BROTHER

By jiaathe

12.6M 769K 381K

Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sej... More

Prolog
1 || Adik Tiri
2 || SMA Langit Abadi
3 || Monster
4 || Ketua OSIS
5 || Malam Mencekam
6 || Gudang Sekolah
7 || Tragedi Ulang Tahun
8 || Mabuk
9 || Peluk
10 || Cemburu
11 || Pacar
13 || First Day
14 || UKS
15 || Berbahaya
16 || Lipbalm
17 || Sakit
18 || Rokok
19 || Saingan
20 || Kemarahan Alga
21 || Without Me
22 || Ekskul
23 || Dusk Till Down
24 || Ungkapan
25 || Ugal-Ugalan
26 || Khawatir
27 || Hadiah
28 || Hurt
29 || Scared
30 || Persaingan
31 || Gorila Mesum
32 || Obsessed
33 || He's Crazy
34 || Penjara Algara
35 || Step Brother
36 || In Her Room
37 || 99%
ALGASYA UPDATE
38 || Be careful! He's Crazy
39 || The Darkness
40 || I Kill You
41 || Benci
42 || Hukuman
43 || Penyesalan
44 || Sadar
45 || You Can't Leave Me!
46 || Bukan Aku
INFO PENTING
47 || Asya Kecewa
48 || Dimaafkan?
49 || Terungkap
50 || Pergi
PRE-ORDER NOVEL ALGASYA DIBUKA
51 || Dia Laki-laki Terbaik

12 || Ruang OSIS

279K 17.2K 2.8K
By jiaathe


Ada yang nungguin gak?!

****

"SELAMAT KAK AL TERNYATA PUNYA PACAR!" seruan heboh Asya menyambut Alga begitu laki-laki itu membuka pintu Ruang OSIS.

Suara Alga di lapangan tadi rupanya masih bisa Asya dengar, gadis dengan rambut terikat dua itu tersenyum cerah pada Alga.

Alga menaikan alis karena melihat Asya yang sangat antusias. "Kenapa seneng?"

"Kata Mama sama Papa dulu Kak Al gak pernah suka sama cewek. Aku takut Kak Al homo kaya Darren," ucap Asya jujur. "Tapi Darren gak homo banget, dia kucing seksual. Padahal ada Gisella depan matanya."

"Emang lo tau siapa cewek yang gue maksud?"

"Enggak," Asya menggeleng. "Yang penting udah jelas perempuan. Itu udah cukup buat aku."

"Gak cemburu?" tanya Alga lebih menuntut.

Asya lagi-lagi menggeleng. "Emangnya harus? Calon pacar aku kan Kak Aji sama Kak Ethan. Bukan Kak Alga."

Ekspresi Alga meredup, ia bertanya datar kemudian. "Lo tau kan harus izin gue dulu sebelum mutusin mau pacaran sama siapa?"

"Tau. Nanti aku izin, soalnya sekarang belum keliatan bakal jadian," ucap Asya, gadis itu menggaruk dahinya bingung. "Aneh ya, hari ini aku nggak liat Kak Aji sama Kak Ethan. Padahal biasanya selalu ada di mana-mana."

"Kenapa harus mereka berdua?" tanya Alga lagi.

"Karena mereka deket sama Kak Alga. Aku waktu itu liat kalian makan di kantin," Asya berucap bangga. "Kalau udah deket sama Kak Alga, udah pasti mereka orang baik."

"Gue udah bilang, lo bukan polos tapi lo cuma nggak tau. Tanya gue dulu, jangan asal nyimpulin apa yang lo liat pake mata lo," ucap Alga dingin.

Alga menghela nafas kecil, tidak biasa bersikap lembut membuatnya lagi-lagi mengintimidasi gadisnya. "Gue nggak marah, gue cuma ngasih saran," sambungnya langsung.

"Aku tau, Kak Alga emang kaya monster. Banyak yang bilang gitu."

"Lo juga?" tanya Alga.

Asya menggeleng. "Nggak. di mata aku Kak Alga kaya pangeran di dunia dongeng. Keliatan keras dan dingin padahal dalamnya hangat," gadis itu tersenyum. "Buktinya Kak Alga masih mau nampung aku meskipun kita nggak punya hubungan darah."

Mendengar itu entah mengapa membuat rasa berat dan jengkel Alga sejak pagi langsung menguap.

"Jangan terlalu anggap gue baik, Sya," tangan Alga terulur untuk merapikan anak rambut Asya, gadis ini berkeringat karena membersihkan aula besar tadi sendirian. "Mungkin aja di masa depan lo bisa benci gue setelah tau apa yang udah gue lakuin ke lo."

"Sekarang Kak Al satu-satunya yang aku punya. Maaf kalau aku bakal ngerepotin. Tapi Kakak tenang aja, secepatnya aku akan dewasa dan hidup sendiri tanpa nyusahin Kak Al," ucap Asya. "Aku udah bisa mandiri, jadi nggak lama lagi Kak Al bakal kehilangan salah satu beban dari aku."

Gadis itu tersenyum manis. Tanpa tau jika ucapannya membuat rasa khawatir merambat di dada Alga. Apa ia punya cara untuk membiarkan Asya menetap di sisinya selamanya?

"Kalau gue beneran punya pacar, lo nggak takut?" tanya Alga. "Gimana kalau gue pilih pacar gue dan ninggalin lo sendirian?"

Asya menjawab cepat dan tanpa ragu. "Aku tetap bahagia. Kak Alga bahagia pasti aku juga bahagia. Jadi Kak Alga jangan ragu-ragu, Kak Alga boleh pergi kemana aja, aku akan selalu di tempat untuk nunggu Kakak sesekali jenguk aku."

"Kalau lo bahagia kenapa ngomongnya dengan mata berkaca-kaca, hm?"  tanya Alga lembut.

Alga menatap lekat wajah Asya, akhirnya gadis itu menunduk. "Jangan nangis. Siapa yang mau ninggalin lo? Gue juga cuma punya lo, nggak mungkin gue buang lo gitu aja, Sya."

"Tapi Kak Alga bilang nggak pernah anggap aku adiknya Kak Alga," ucap Asya pelan.

"Kenyataannya lo emang bukan adik gue," Alga meraih dagu Asya agar menatapnya. Ibu jari laki-laki itu bergerak menghapus air mata Asya yang entah kapan turun.

Alga tersenyum tipis. "Tapi lo tetap perempuan kedua yang gue sayang setelah Mama," bisiknya tulus. "Posisi lo ada di situ, Asya. Gak akan ada yang bisa geser lo dari tahta itu."

Asya sedikit membeku. Ekspresinya yang menggemaskan membuat Alga tidak tahan untuk mengusap puncak kepalanya. "Jangan nangis lagi."

"Mama selalu cium aku di dua pipi kalau aku habis nangis," ucap Asya tanpa sadar. Hal itu mengundang kekehan rendah Alga.

"Sini," Alga meraih wajah Asya lalu mengecup sisi wajahnya yang lain dengan lama dan lembut.

Asya bingung karena Alga tidak juga melepaskan bibirnya. Laki-laki itu malah semakin gemas dan menggigit pipi berisinya dengan pelan. Tidak sakit tapi geli.

"Kak?"

Alga menjauhkan wajahnya, cowok itu kembali memasang wajah datar. "Kalau sekali lagi lo minta cium, mungkin gue bakal lebih dari ini," peringatnya yang membuat Asya sedikit merinding.

****

"Gak nyangka gue, ternyata Alga punya pacar!"

"Yoi, gue kira dia gay anjir!"

"Gay apanya? Dia kan sering nembak Renata?"

"Gue juga cowok, jadi gue tau mana yang serius dan mana yang main-main. Jelas banget mukanya Alga waktu nembak Renata kayak terpaksa."

"Bener juga sih, dia juga nggak sakit hati tiap di tolak Renata."

Beberapa anggota OSIS yang bergosip di kursi panjang taman sekolah membuat Renata berdecak kesal. Dia di permalukan hari ini. Padahal Alga sudah janji pada Renata agar mau menjauhkannya dari sang mantan. Tapi hari ini ia menolak Renata terang-terangan.

Tidak tahan, Renata melangkah pergi dari mereka. Renata menarik pintu Ruang OSIS tapi terkunci, gadis itu mengerutkan keningnya. Hari ini ia lupa membawa kunci miliknya. Hanya ada dua orang yang memegang kunci dan satunya lagi ada di Alga.

"Nyari apa?"

Renata menoleh dan menemukan Alga, laki-laki dengan dua buah tindik hitam di telinga itu berjalan mendekat sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Tenang namun tampak dingin.

"Gak nyari apa-apa. Gue mau ngadem aja di dalem. Lo yang kunci?"

Alga mengangguk. "Cari tempat lain, gue lagi pake ruangan ini."

Renata mengangkat alis. "Tumben?"

Alga tidak menjawab, saat Renata menatap laki-laki rupawan yang berdiri di depannya dia menjadi kesal kembali. "Kenapa lo bilang gitu tadi? Lo bikin gue malu, Al."

"Kenyataannya emang gitu, lo bukan pacar gue."

"Terus siapa pacar lo? Cewek sok imut itu?"

"Namanya Asya," tegas Alga dengan nada berat. "Jangan asal sebut dia kaya gitu."

"Mending coba jadian sama gue. Cewek kaya gitu pasti manja, bocah, ngeselin. Lo bakal stress ngehadapin orang kayak dia," ucap Renata. "Apalagi kelakuannya udik banget kaya tinggal di hutan pedalaman selama hidupnya."

"Gue cuma mau jalanin hubungan sama orang yang sama kaya gue," ucap Alga.  "Contohnya orang yang sama-sama belum pernah punya hubungan sebelumnya. Sedangkan lo? Gue bahkan gak bisa hitung jumlah mantan lo berapa."

Renata berdecak. "Hari ini lo bener-bener ngeselin!" teriak Renata lalu pergi dari sana. Kadang Alga terlalu baik, tapi kadang juga mulutnya sangat tajam. Renata tidak pernah bisa menebak sikap Alga yang selalu abu-abu.

Usai kepergian Renata, Alga membuka pintu yang ia kunci kemudian menemukan Asya yang tertidur lelap di atas sofa panjang. Alga yang menyuruh gadis itu beristirahat di sini.

Selain karena ruangan ini nyaman, Alga juga melakukannya untuk menyembunyikan Asya agar tidak semakin banyak yang tau kehadirannya di sekolah ini.

Alga menatap gadis itu lekat. Dia tidak ingin membuat Asya merasa terkurung. Tapi dia juga tidak mau Asya di rebut oleh orang lain. Gadis itu punya pesona yang sulit di abaikan. Mudah untuk jatuh pada pesonanya.

"Tolong jangan buat gue mikir untuk kurung lo selamanya di dalam rumah, Sya," gumam Alga tanpa melepaskan pandangannya dari Asya.

*****

Asya membuka matanya, gadis itu duduk dengan pelan lalu menguap kecil. Berapa lama ia tertidur?

Saat pandangan buramnya mulai normal, samar-samar Asya menemukan seseorang yang berdiri tidak jauh darinya.

Dia bersandar pada dinding sambil memegang sebuah buku dengan kepala menunduk menatapnya. Sinar mentari masuk dari jendela yang tidak jauh darinya, menyinari sosok rupawannya. Dia begitu menakjubkan sampai Asya tidak bisa mengalihkan pandangannya.

"Kak Alga kenapa jadi lebih ganteng dari Kak Aji sama Kak Ethan?" tanya Asya membuat Alga menatap gadis kecilnya itu.

Diam-diam cowok itu merasa puas, entah racauan atau apa tapi ucapan Asya membuat Alga senang.

Asya berucap lagi memecah keheningan. "Sekarang jam berapa? Kok kayaknya di luar udah sepi."

"Tinggal kita berdua, yang lain udah pulang sejam lalu."

Asya melebarkan mata. "Kenapa gak bangunin aku?!"

Asya langsung berdiri dan membuka pintu, benar saja lingkungan sekolah sudah sangat sepi. Padahal Asya kira ia hanya tidur beberapa menit, tapi nyatanya ia melewatkan hari terakhir MOS ini dengan tertidur.

"Takut di hukum lagi?" tanya Alga dari belakang. "Gak akan ada yang berani selama ada gue."

"Ayo pulang," ajak Alga menutup bukunya sembari mengambil tas miliknya dan Asya yang ada di meja. Cowok itu melangkah lebih dulu membuat Asya segera mengikutinya.

Kesusahan menyamakan langkah dengan Alga dan kaki panjangnya, Asya tidak protes.  Menyadarinya, Alga memelankan langkah hingga gadis itu bisa berjalan di sebelahnya.

"Kak Alga mau ke kantor kan? Aku bisa pulang sendiri," Asya ingin mengambil tas merah muda di tangan Alga tapi cowok itu langsung mengangkatnya tinggi.

"Gue anter, gak ada penolakan," ucap Alga mutlak.

Asya menghela nafas.

"Rasanya ngurus perusahaan gimana? Susah nggak?" tanya Asya penasaran. "Aku liat Papa dulu sering pusing, sampai jarang di rumah, tiap hari sibuk sama telpon dan laptop."

"Hm," Alga mengangguk. "Susah," akunya.

"Kenapa Kak Alga gak ngeluh kaya Papa? Papa kalau cape suka nangis-nangis ke Mama aku," ucap Asya. "Aku sering ngintip. Eh, maksudnya aku gak sengaja ngeliat," buru-buru ia meralat ucapannya.

Alga tersenyum samar. "Lo minta gue ngeluh dan nangis ke lo?"

"Iya! Nangis itu bukan tanda kalau seseorang lemah. Itu tanda kalau mereka udah berusaha dengan keras," ucap Asya bijak. "Itu kata Mama dulu."

Alga harus akui jika Berlin mendidik Asya dengan baik walau dengan cara menahannya di dalam rumah.

"Nanti gue pikir-pikir dulu," ucap Alga. "Gue nggak gampang nangis. Bahkan gue nggak nangis waktu Papa ninggal."

Asya ngeri. "Kak Alga harus nangis! Nggak normal tau kalau nggak pernah nangis!" serunya. "Nangis ya? Please, tolong nangis," mohonnya.

Hal itu malah membuat tawa rendah Alga yang mengudara. "Iya, nanti gue coba."

"Gitu dong! Itu baru Kakak aku!" senang Asya  sambil mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi.

Tidak jauh dari mereka, Renata berdiri mematung dan pucat. "Jadi mereka kakak adik?" gumam Renata. Mengingat betapa ia menyiksa Asya, gadis itu langsung mengumpat. "Mati gue!"

****

Mau lihat apa di bab selanjutnya? (kolom khusus request)

Double update? Coba 2k komenn>>>

Continue Reading

You'll Also Like

137K 16.1K 31
[END] Hanya kisah tentang dua orang tsundere dan suka denial yang sering dipertemukan. Apakah hanya kebetulan atau memang sudah takdirnya? Karena pad...
1.4M 68.8K 114
Hidup dalam kemewahan tak serta merta membuat sang pewaris tunggal perusahaan Minyak L'louch Co. merasa bahagia. kurang perhatian dan keinginan yang...
5.7M 243K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
581K 32.8K 75
(17+ warning bocil dilarang baca!!!) "Nggak ada sejarahnya cowok itu setia, kecuali cowok fiksi." Kaylaa Wesker. Kisah seorang penulis introvert bern...