Seleksi Calon Bintara

By Satpam_Hot

98.1K 3.7K 275

Seleksi ketat memasuki TNI Angkatan Darat More

Chapter 01. Seleksi
Chapter 02 Sistem Baru
Chapter 03 Komandan Reza Aprilio
Chapter 04 Senior Tidak Pernah Salah
Chapter 05 Siapa Yang Ada Di Belakangku?
Chapter 06 Identitas Baru
Chapter 07 Komandanku Cintaku
Chapter 08 Permainan Kuda Mandi
Chapter 09 Trauma Karena Skandal
Chapter 10 Bergeriliya Di Hutan Terlarang
Chapter 11 Antara Aku, Buaya, dan Phiton
Chapter 12 Petunjuk Lewat Sebuah Mimpi
Chapter 13 Misi Yang Gagal
Chapter 14 Ciuman Terhangat
Chapter 15 Misi Yang Sempurna
Chapter 16 Menjadi Perajurit Tangguh
Chapter 17 Tampan Adalah Luka
Chapter 18 Senior Paling Bringas
Chapter 19 Senyuman Komandan Reza Canduku
Chapter 20 Jalan-Jalan Pertama Bersama Komandan
Chapter 21 Komandanku Lelakiku
Chapter 23 Siapa Orang Di Belakangku?
Chapter 24 Gantle Man
Chapter 25 Ujian Paling Menakutkan
Chapter 26 Ternyata Dia Bringas
Chapter 29 Sesi Kedua Turnamen Dimulai
Chapter 30 Orang Yang Diremehkan
Chapter 31 Latihan Aneh, Jhon!
Chapter 32 Ciuman Terindah Untuk Jhon
Chapter 33 Senyum Penuh Dendam
Chapter 35 Ciuman Kemenangan
Chapter 36 Bayangan Misterius di Luar Kamar
Chapter 37 Jhon Hilang Dari Batalyon 3
Chapter 38 Marah Besar
Chapter 39 Misi Pencarian Jhon Yang Hilang
Chapter 40 Kopassus (Komando Pasukan Khusus)
Chapter 41 Misi Penyelamatan Jhon
Chapter 42 Jangan Rubah Takdirku
Chapter 43 Di Emut
Chapter 44 Dipaksa Melayani Kedua Penjahat
Chapter 45 Best Part (Perang Dahsyat)
Chapter 46 Mandi Berdua Dengan Komandan
Chapter 47 M4in S4m4 Komandan-Kekasihku
Chapter 48 Apakah Aku Anak Haram?
Chapter 49 Komandanku Calon Imam-Ku
Chapter 50 (Best Part) Bertunangan Dengan Komandan
Chapter 51 Komandan Suamiku
Chapter 52 Berpisah Tempat Dinas
Chapter 53 Pertemuan Terakhir
Chapter 54 Terhukum Kesedihan
Chapter 54
Chapter 55 Hati Yang Pecah Berkeping-Keping
Chapter 56 Pesan Terakhir
Chapter 56 Pesan Terakhir
Chapter 57 Terhukum Rindu
Chapter 57 Terhukum Rindu
Chapter 58 Kodim III Garuda
Chapter 59 Dia Farel
Chapter 59 Dia Farel
Chapter 60 Sistem Baru
Chapter 61 Melawan Senior
Chapter 61 Melawan Senior
Chapter 62 Sadar Diri
Chapter 62 Sadar Diri
Chapter 63 Ciuman Dari Jhon
Chapter 64 Calon Imam-Ku
Chapter 65 Melawan Takdir
Chapter 65 Melawan Takdir
Chapter 66 Menikahi Wanita Atau Bertahan Pada Jhon?
Chapter 67 Burung Milik Ayahku
Chapter 67 Burung Milik Ayahku
Chapter 68 Bimbang
Chapter 68 Bimbang
Chapter 69 Mereka Datang
Chapter 69 Mereka Datang
Chapter 70 Menghisap Rudal Antonio
Chapter 70 Menghisap Rudal Antonio
Chapter 71 Misi Baru
Chapter 71
Chapter 72 Introgasi
Chapter 72 Introgasi
Chapter 73 Sang PejantanKu
Chapter 73 Sang PejantanKu
Chapter 74 Amplop Berwarna Putih
Chapter 74
Chapter 75 Perang Sipil
Chapter 75 Perang Sipil
Chapter 76 Strategi Baru
Chapter 77 Ada Pelangi Di Bola Matamu
Chapter 77 Ada Pelangi Di Bola Matamu
Chapter 78 Tiga Lini Pertahanan
Chapter 79 Kilas Balik Dari Perjuangan
Chapter 80 Dari Mata Sang Garuda (Best Part)
Chapter 81 Flashback
Chapter 82 Antonio Tertangkap
Chapter 82 Antonio Tertangkap
Chapter 83 Kisah Nyata Penulis
Chapter 83 Kisah Nyata Penulis
Chapter 84 Buaya di Celana Thomas
Chapter 84 Buaya di Celana Thomas
Chapter 85 Rudal Thomas Belum di Sunat
Chapter 85 Rudal Thomas Belum di Sunat
Chapter 86 Sekaligus Rasa
Chapter 87 Lelaki Berjaket Hitam
Chapter 87 Lelaki Berjaket Hitam
Chapter 88 Kembali Ke Masa Penjajahan Lagi
Chapter 88 Kembali Ke Masa Penjajahan Lagi
Chapter 89 Taktik Baru
Chapter 89 Taktik Baru
Chapter 90 Best Part (Satu Lawan Satu)
Chapter 90 Best Part (Satu Lawan Satu)
Chapter 91 Pemimpin Tertinggi Kesatuan
Chapter 92 Syair Rindu
Chapter 93 Antara Aku, dan Waktu
Chapter 94 Militer Tangguh NKRI
Chapter 94 Militer Tangguh NKRI
Chapter 95 Hidup Atau Mati
Chapter 95 Hidup Atau Mati
Chapter 96 Nyawa Harus di Bayar Nyawa
Chapter 96 Nyawa Harus di Bayar Nyawa
Chapter 97 Dua Puluh Tahun Yang Lalu
Chapter 98 Terjadi Lagi
Chapter 99 Doa Suci
Chapter 99 Doa Suci
Chapter 100 Bertemu Ayahku
Chapter 100 Bertemu Ayahku
Chapter 100 Bertemu Ayahku
Chapter 101 Cinta Tak Harus Memiliki
Chapter 101 Cinta Tak Harus Memiliki
Chapter 102 Perasaan Yang Tergadai
Chapter 102 Perasaan Yang Tergadai
Chapter 103 Kain Aneh di Kantong Jendral
Chapter 103 Kain Aneh di Kantong Jendral
Chapter 104 Best Part (Jhon Meninggal Dunia)
Chapter 104 Best Part (Jhon Meninggal Dunia)
Chapter 105 Berita Kematian
Chapter 105 Berita Kematian
Chapter 106 Melodi Rindu
Chapter 106 Melodi Rindu
Chaptsr 107 Bertemu Dengan Mama
Chaptsr 107 Bertemu Dengan Mama
Chapter 108 Sumpah Tujuh Benua
Chapter 108 Sumpah Tujuh Benua
Chapter 109 Memegang Rudal Nio
Chapter 109 Memegang Rudal Nio
Chapter 110 Sang Pecundang
Chapter 110 Sang Pecundang
Chapter 111 Tak Segampang Itu
Chapter 111 Tak Segampang Itu
Chapter 112 Kesatrian Kodim III Garuda
Chapter 112 Kesatrian Kodim III Garuda
Chapter 113 Waktu Yang Salah
Chapter 113 Waktu Yang Salah
Chapter 114 Perpisahan Yang Menyakitkan
Chapter 114 Perpisahan Yang Menyakitkan
Chapter 115 Mendarat Di Aceh
Chapter 115 Mendarat Di Aceh
Chapter 116 Siapa Dia?
Chapter 116 Siapa Dia?
Chapter 117 Hambar
Chapter 117 Hambar
Chapter 118 Kain Loreng
Chapter 119 Perlahan Terungkap
Chapter 119 Perlahan Terungkap
Chapter 120 Sebelum Aku Mati
Chapter 121 Jadi Aku Sebentar Saja
Chapter 121 Jadi Aku Sebentar Saja
Chapter 122 Mandi Bareng Nio
Chapter 122 Mandi Bareng Nio
Chapter 123 Ciuman Terhangat
Chapter 123 Ciuman Terhangat
Chapter 124 Antonio Yang Manja
Chapter 124 Antonio Yang Manja
Chapter 125 New Sistem
Chapter 125 New Sistem
Chapter 126 Perajurit Terbaik
Chapter 126 Perajurit Terbaik
Chapter 127 Aku Anak Haram
Chapter 127 Aku Anak Haram
Chapter 128 Tak Bisa Nga-Ceng
Chapter 128 Tak Bisa Nga-Ceng
Chapter 129 1% milik kamu, 99% milik negara
Chapter 130 Mencari Pakaian Pernikahan
Chapter 130 Mencari Pakaian Pernikahan
Chapter 131 Hambar
Chapter 131 Hambar
Chapter 132 Tak Bisa Menghargai
Chapter 133 Sekadar Barang Titipan
Chapter 133 Sekadar Barang Titipan
Chapter 134 Ingin Lihat Otong Nio

Chapter 27 Mencium Komandan di Aula

1K 35 0
By Satpam_Hot

"Untuk selanjutnya kita akan memasuki babak kedua, yaitu menembak dan melihat dengan jeli apa yang tampak di hadapan kita. Kegiatan ini berlangsung besok pagi, dan kalian diharapkan berkumpul tepat waktu di sini," ucap Komandan Reza.

Kami pun mengangguk dan mendengarkan pengarahan yang dia katakan, sang kekasih kali ini tidak memihak siapa aku dan orang lain. Ketika berada dalam ruang lingkup Batalyon 3, dia adalah orang paling sportif dan profesional.

Aku pun tidak berharap selalu diperhatikan, karena kehidupan di Batalyon ini menuju masa depan, bukan sekadar mementingkan perasaan dan saling jatuh cinta. Walau pun tadi terlihat sangat jelas, bahwa Reza—kekasihku marah besar pada seorang komandan yang ingun memukul secara tiba-tiba.

Dalam gerak-geriknya sudah terbaca olehku, dia akan melakukan itu dan dengan mudahnya minta maaf. Ketika berada di ruang ujian, dia pun sempat melirik ke arahku dengan tatapan remeh. Namun, sebagai peserta paling kecil di sini, aku tak akan mundur begitu saja.

Sudah banyak pengalaman dan langkah kaki sejauh ini menapak, aku ditakdirkan untuk menjadi seorang perajurit, kemudian hal itu pula membangun jati diri agar menjadi lebih waspada pada siapa pun. Sahabatku berjumlah tiga orang di ruangan, tidak sendirian dan kabarnya kami akan diseleksi menjadi empat.

Empat orang tersebut akan dilakukan sebuah turnamen fisik yang sampai saat ini aku tak tahu apa. Komandan Reza sedari tadi menjelaskan perihal kegiatan besok, akan tetapi tidak membocorkan kegiatan final seperti apa. Yang pasti, aku akan selalu menjaga diri agar tidak terkontaminasi dari pihak luar.

Banyak yang menginginkan posisi saat ini aku duduki, akan tetapi tidak akan ada yang akan aku berikan satu orang pun merebut semua cita-cita ini. Di dalam ruang aula, yang semua sedikit ricuh karena skema turnamen besok mendadak hening.

Hanya ada satu suara, yaitu Komandan Reza berkata perihal sportifitas dan pantang menyerah. Menjadi salah satu dari mereka membuat adrenalin ini tercipta lebih besar, dan aku tidak akan membuatnya hilang begitu saja.

"Baiklah, pengarahan telah selesai dan saya harap tidak ada pertanyaan. Jika kalian bertanya pada saya, kemungkinan tak akan saya jawab. Silakan tinggalkan ruangan ini, karena besok akan kembali untuk menjalani babak kedua," ungkap Komandan Reza mempersilakan.

Satu persatu para anggota perajurit kesatuan yonif Batalyon 3 ke luar, akan tetapi tidak dengan aku yang masih duduk di kursi berwarna hitam. Para komandan lainnya pun ke luar hingga tidak ada seorang pun, mereka sudah biasa melihat aku duduk sendirian.

Sehingga tidak ada yang mengajak atau menemui, kali ini aku memutar-mutar pensil di tangan. Mengulas kilas balik perihal apa yang di lakukan oleh seorang komandan bernama—Rusli. Dia adalah laki-laki paling tampan dari Batalyon luar, akan tetapi tidak dengan sikapnya.

Mendadak sangat arogan dan hendak memukulku, kali ini hati dan pikiran berkecamuk menjadi satu. Pasalnya, aku tidak tahu kalau dia ada masalah pribadi atau apa pun pada diri ini. Baru pertama kali bertemu sudah menjadi momok mengerikan dalam hidupku.

Sewaktu-waktu dia hendak membuat aku terluka, bisa dan kapans saja. Akan tetapi aku tidak terlalu pusing, karena aku percaya bahwa semua orang itu baik pada dasarnya. Hanya saja, terkadang ambisi yang membuat orang tersebut bisa berubah total.

Tak berapa lama duduk di dalam aula, suara telapak kaki seseorang sepertinya masuk ke dalam ruangan ini. Aku masih menatap depan, dan kedua telingaku mendengar gelombang pergerakan dari arah belakang. Lalu, berbunyi sebuah kursi yang ditarik ke samping kanan.

Seketika aku menoleh, dia adalah Komandan Reza—kali ini hanya ada kami berdua dan sudah pasti bukan ruang lingkup jam kerja. Dia duduk di samping, tanpa ada siapa pun mengikuti. Kemudian kekasih membuang senyum simpul, aku menganggapnya biasa saja karena tak akan terbius kembali.

"Kenapa datang ke sini? Cengengesan lagi," kataku ngegas.

"Emang enggak boleh kalau aku ke sini, resek banget jadi orang," jawabnya ketus, lalu dia berkacang pinggang.

"Entahlah, lagian aku gak mau diganggu. Udah, deh, pergi aja sana. Dari tadi bukannya enggak peduli gitu sama aku." Dengan spontan aku mengusir.

"Malas, ah, ini bukan Btalayon kamu, kok. Pake ngusir-ngusir segala. Oh, ya, tadi ada masalah apa sayang sama Komandan Rusli?" tanyanya sangat penasaran.

Lalu, aku menolehnya yang mulai mendekatkan wajah. "Aku gak tahu, jangan kepo banget sama urusan orang!"

"Ih, jutek banget gile. Eh, kamu itu pacar aku sekarang. Jangan anggak aku ini musuhmu, dong!" pekiknya.

"Bodo!" ketusku seraya memutar pandangan.

Lamunan ini terganggu karena Komandan Reza datang, kehadirannya yang selalu tepat pada waktunya, di saat mood mulai berantakan, dan membuat aku sangat ingin diperhatikan. Dia pun menarik bangkunya dan lebih dekat, lalu menyentuh telapak tangan ini.

Ciuman mesrah telah dia berikan, lesung pipinya mulai membentuk di kala sedang tersenyum. Aku sangat tidak bisa marah, dia adalah laki-laki paling aneh di dunia ini. Belum pernah aku secinta ini pada sesama, dan Komandan Reza berhasil mematahkan kalau dia lebih baik dari wanita.

"Sayang ... kenapa diam aja. Jawab, lah, pertanyaan aku tadi," ucapnya penuh harap.

"Aku gak ada masalah apa-apa, Sayang. Kami juga baru bertemu di ruang ujian, itu pun dia meledek kalau mata aku kuning."

"Ya, kan, nyatanya memang begitu kalau mata kamu kuning. Pasti kamu marah, kan, sama dia sampai dia pun begitu sekarang!" tebaknya ngegas.

"Mimpi! Sejak kapan Jhon pemarah, kalau gak mau mendengar lebih baik diam aja, begitu loh sayang ... yang sangat kepo ...," kataku seraya mencubit pipinya.

"Eleh ... sok kali diam, pas diajak ke rumah hantu malah teriak-teriak gak jelas. Pas naik kora-kora minta turun, mana ada pendiam seperti itu," ledeknya.

"Kalau itu lain cerita, gak pernah naik kora-kora, kok. Udah, ah, aku mau balik mau tidur," kataku.

"Sayang, nantilah bentar lagi ... kan, ini masih waktu istirahat. Aku kangen banget sama kamu, punya pacar tapi gini banget sifatnya."

"Minta permen, katanya kemarin mau beliin permen banyak," kataku menadahkan tangan.

"Bentar-bentar." Sang kekasih memutar tas kecilnya yang menempel di pinggang, lalu dia mengambil permen banyak.

Dia pun membuka bungkus permen itu dan memberikannya. Aku mau, tidak ada yang bisa menolak apa yang dia inginkan. Kali ini kami hanya berdua, tidak ada satu pun dalam aula. Pintu sudah tertutup, dan kekasih sangat paham kalau aku sedang banyak pikiran.

Secara lembut dia menyentuh pipi ini, bergerak menuju dagu dan kami saling bersitatap.

"Aku sayang sama kamu, jangan selingkuhi aku di luar sana, ya. Kalau sekadar berteman pada siapa pun aku izinkan, asal jangan berlebihan," ucapnya.

Anggukan pun aku lakukan, agar dia tidak terus-terusan memperpanjang nasihat itu. Aku yang sudah menatapnya, kemudian memeluk tubuh tegap di hadapan. Bersembunyi di pelukan, kemudian merasakan hangatnya pelukan itu. Khayalan menjadi sangat jauh, kemudian aku merubah posisi dan duduk di paha komandan.

Kali ini aku berada satu bangku padanya, dengan wajah yang mendekat dan kedua kali menuju ke belakang badannya. Sekarang terasa sangat nyaman, dan aku tak mampu pergi jauh-jauh darinya.

"Reza," panggilku.

"Eh, mulutmu, sejak kapan manggil aku nama!" pekiknya spontan.

"He-he-he ... kan, nama kamu itu memang Reza, apakah aku ada salah?" tanyaku meledek.

"Ya, enggak salah tapi aneh. Kalau pun kau jadi istriku, mana boleh manggil nama. Gak sopan, ingat kalau aku komandan dan di sini peraturannya sudah jelas!" katanya lagi.

"Ah, mana peduli aku. Kalau gak mau dipanggil Reza, gak usah ketemu lagi. Gitu aja, kok, susah!"

"Gak mau! Enak aja, mau ngomong apa menggil-manggil?" tanyanya.

"Kan, tadi ada seleksi fisik, itu maksudnya gimana, ya? Apakah kami harus lomba renang, atau lomba tarik tambang?"

"He-he-he ... mana ada lomba tarik tambang, emangnya ini mau tujuh belasan apa?!" pakiknya terkekeh.

"Lantas?" imbuhku penasaran.

"Besok setelah dapat 4 orang yang berhasil masuk final, baru dikasih tahu. Abang aja gak tahu, kok, sistemnya seperti apa di hari final itu!" katanya.

Karena tidak mendapatkan jawaban apa pun, aku kembali memeluk komandan dan mencium pipi kanan dan kirinya. Mendadak bringas dan sangar di antara kami hilang, setelah bertemu untuk memadu kasih. Seorang angkatan adalah manusia biasa, jadi mereka memiliki hati yang lembut.

Bahkan lebih lembut dari kue, terbukti dengan adanya percintaan ini. Aku dapat membuat Komandan Reza menjadi lunak dan jinak, padahal sebelumnya dia adalah laki-laki yang ketika berkata selalu mengikutkan logika.

Berbeda dengan aku, yang sedang bertindak tidak pakai logika melainkan menggunakan semangat pantang menyerah. Ini adalah pesan dari almarhum ibuku, dia merupakan janda yang sangat penuh semangat.

Bahkan dia tidak menikah lagi ketika ayahku pergi meninggalkan dia, saat aku berada 7 bulan dalam kandungan. Setelah beberapa menit di dalam ruangan, seruan azan pun terdengar dari luar. Aku memberhentikan untuk mencium, dan menatap jendela.

"Sayang, udah azan, kita balik ke asramah aja, yuk!" ajakku.

"Oke, aku juga mau salat juga. Kamu ke luar duluan, biar aku ikut dari belakang!" katanya.

Dengan anggukan, aku berjalan ke luar dari ruang aula. Memperbaiki baret hijau dan memegang pensil di tangan kiri, kemudian aku berjalan melintasi teras. Ternyata masih ada beberapa peserta ujian di sana, mereka belum pulang meninggalkan Batalyon 3.

Berjarak beberapa senti dengan posisi duduk mereka, aku melintasinya dan berjalan sangat kencang tanpa menoleh sama sekali.

"Ini yang namanya, Jhon, itu ya?"

"Dia benar-benar bule, lihat aja matanya kuning."

"Katanya dia blasteran Portugis, badannya putih gila. Hidungnya mancung banget, baru kali ini aku melihat blasteran Portugis."

Begitulah reaksi para perajurit ketika melihat aku melintas, memekik heboh, alay, lebay dan lain sebaginya. Setibanya di ujung ruangan, aku berbelok dan akan bergerak ke asramah lagi. Ketika turun dari teras utama, suara teriakan pun terdengar dari belakang.

"Jhon ...!" teriak seseorang, aku terdiam dan menoleh. Ternyata dia adalah Raka dan Bambang, sudah berganti pakaian dan menuju ke arahku saat ini.

Bersambung ...

Continue Reading

You'll Also Like

675K 88K 200
Novel ini bukan karya saya. THIS STORY AND NOVEL Isn't Mine I DO NOT CLAIM ANY RIGHTS SELURUH KREDIT CERITA NOVEL INI MUTLAK MILIK AUTHOR (PENGARANG...
978K 90K 48
Rendy Nugraha, seorang buronan yang bunuh diri karena tidak ingin di penjara bukannya ke alam baka ia malah terbangun ditubuh seorang pemuda yang ide...
194K 7.8K 125
Wang Lin adalah anak yang sangat pintar dengan orang tua yang penuh kasih. Meskipun dia dan orang tuanya dijauhi oleh anggota keluarga mereka yang la...
574K 6.4K 10
Yaoi🔞 21+ THREESOME gangbang