ALYNE

By plantsfav

1.5K 67 1

"Selesai nangis nya, hm?" "....." "Asal kamu tahu, aku disini bukan untuk lihat kamu kayak gini," Rangga mena... More

ALYNE - 1
ALYNE - 2
ALYNE - 3
ALYNE - 4
ALYNE - 5
ALYNE - 6
ALYNE - 7
ALYNE - 8
ALYNE - 9
ALYNE - 10
ALYNE - 12
ALYNE - 13
ALYNE - 14
ALYNE - 15
ALYNE - 16
ALYNE - 17

ALYNE - 11

66 3 0
By plantsfav

Happy Reading!!









Suara ricuh dari salah satu bilik billiard terdengar hingga luar, namun yang membuatnya lebih menarik adalah fakta bahwa di dalamnya terdapat banyak pemuda tampan dengan seragam khas sekolah masing-masing yang masih melekat di tubuh atletis mereka.

Malam yang semakin larut tak lagi dapat menghentikan kegiatan bersenang-senang mereka. Sengaja mematikan lampu utama dan menyisakan lampu temaram yang berada di tengah ruangan, tepat diatas meja billiard.

Salah satu sudut bibir tertarik keatas membentuk seringaian, menatap puas pada bola 8 yang berhasil masuk ke dalam Pocket. Varo tersenyum menyambut tepukan pada punggungnya.

"Nice game, bro!"

"I know, gue emang jago."

"Gimana, Da? Masih mau lanjut?"

Memutar bola mata malas, Arda manaikkan dagunya sombong. Menatap sengit pemuda dengan seragam yang berbeda dengannya. "Anak Lawrance nantangin gue? Maju sini!"

Ziory--teman kecil Albar--tergelak pelan mendengar ucapan Arda, melangkah mendekat lantas merangkul jantan pundak cowok itu. "Siap kalah untuk keempat kalinya?" Ujarnya berbisik.

Beralih pada Albar dan Dario--teman Ziory--yang begitu serius pada permainanya. Kedua cowok itu sama-sama unggul, namun Albar yang tampak kurang fokus menyebabkan sodokannya salah sasaran.

Berawal dari Albar yang tak sengaja berpapasan dengan Ziory dan temannya--Dario-- yang merupakan murid dari Lawrance High School. Sama halnya dengan ia dan yang lain, kedua cowok itu pun masih mengenakan seragam khas sekolahnya.

Rangga mengajak Ziory dan Dario untuk bergabung dan memutuskan untuk memesan ruangan VVIP agar bisa bermain dengan bebas.

Dan disini lah mereka, saling melontarkan candaan bahkan sebelum genap satu hari saling mengenal.

"Jadi, udah berapa tahun kita nggak ketemu?"

Albar yang tengah melahap makanannya pun menoleh, menatap malas kearah Ziory yang duduk tak jauh darinya. Cowok itu meninggalkan Arda bermain bersama Dario ketika melihat pesanan Albar sudah datang.

"Kita pernah kenal sebelumnya?"

Ziory tertawa. "Sialan!"

Harel yang merasa belum terlalu dekat memilih untuk diam mengamati teman Albar tersebut, disampingnya ada Rangga yang juga tengah menikmati makanannya.

"Gue baru tau Albar ternyata punya teman. Lo teman kecilnya sejak kapan?" tak betah berlama-lama diam, akhirnya ia pun angkat suara.

"Sejak kecil lah, bego!"

"Ya sejak kecilnya tuh kapan? Gue pukul juga lo lama-lama."

Tertawa pelan, Ziory menggeser badannya lebih dekat. "Waktu itu kita masih kelas 4 SD kayaknya. Albar anak baru, pindahan dari luar kota dan kebetulan rumah kita juga sebelahan."

"Pindahan? Bukannya dia baru pindah pas SMP?"

"Iya, keluarganya emang demen boyongan. Albar pindah lagi pas kelulusan SD."

Harel mengangguk mengerti. "Lulus SMA pindah kemana, Bar?"

"Berisik!"

Varo mendudukkan dirinya di sebelah Rangga, bersandar dengan mata terpejam. Lama bermain ternyata membuat tubuhnya kelelahan juga. Baru kali ini ia betah hingga larut malam, biasanya mentok sampai jam sebelas.

"Tau ah, males kalah mulu!"

Dario tertawa mengapit kepala Arda dengan lengan dan membawanya menuju sofa. "Seburuk itu permainan lo," ujarnya mengejek.

"Tau gue!"

"Makan dulu sebelum pulang," menyodorkan piring bersih berserta sendok, Albar juga memberikan beberapa kaleng soda yang tadi ia beli di supermarket depan.

"Thanks."

Dario menyapu pandangan ke seluruh teman-teman Albar, ternyata mereka asik juga, tidak buruk. Terlebih Arda yang tampaknya lebih muda diantara mereka, cowok itu bahkan bersikap santai disaat banyak orang diluaran sana takut padanya.

Tersenyum simpul, ia meraih makanan diatas meja lalu melahapnya perlahan. "Kalian sering main disini?" bertanya di sela kunyahan pada mulut.

"Enggak juga, kalo lagi pengen aja. Kalian sendiri?"

Dario mengangguk. "Jarang-jarang. Kita lebih sering main di rumah temen."

Varo menaikkan sebelah alisnya. "Main billiard di rumah temen?" tanyanya sedikit heran.

"Biasa orang kaya. Dia ada ruangan sendiri buat kita main."

Mengangguk paham. "Kalian nggak kaya?" Arda lekas bertanya. Dilihat dari penampilan kedua cowok tersebut, sudah jelas mereka berasal dari kalangan berada.

Ia dan yang lain pun begitu, tapi teman yang dimaksud sepertinya sangat kaya.

"Menurut lo?"

"Kaya."

Ziory terbahak mendengarnya, kenapa malah jadi bahas kaya-kayaan. Ia yakin mereka yang ada disini juga berduit, secara tempat yang saat ini mereka sewa bukan tempat biasa.

"Tuh tau."

Satu persatu dari mereka beranjak dari sofa dan memasang jaket untuk melindungi tubuh dari udara malam saat dirasa hari semakin larut, melakukan tos ala laki-laki sebagai bentuk perpisahan.

"Thanks untuk hari ini, gue enjoy banget." Ziory menatap mereka yang mulai hari ini mungkin akan menjadi teman.

"Yoi, lain kali gue yang traktir deh. Lo harus bisa menang dari gue, Da." tersenyum jenaka menatap Arda. Dario lekas menyentil pelan dahi yang lebih muda.

Arda mendengus kesal, tak ayal ia pun tertawa mengingat kekalahan yang ia raih hari ini. Dirinya memang tidak begitu pandai bermain billiard, namun cukup menyenangi untuk sekedar bersenang-senang.

"Kita duluan!" mengangkat tangan tanda berpamitan, Dario dan Ziory berjalan menjauh menuju pintu dan meninggalkan ruangan.

"Lo berani pulang sendiri?" pertanyaan ditujukan untuk Albar. Mengingat cowok itu pernah hampir dihabisi oleh orang gila di tengah perjalanan saat tengah malam seperti ini, membuat Rangga sedikit khawatir.

"Berani," Jawabnya mantap, kali ini ia tidak akan tertipu lagi dengan orang yang berpura-pura minta tolong dan membuat dirinya hampir masuk rumah sakit seperti sebelumnya.

"Besok jangan ada yang bolos!"

"Siap, bos!!"

Rangga menancap gas setelah membunyikan klakson, mendahului teman-temannya lantaran rasa kantuk sudah menyerang sejak tadi dan tidak bisa ditahan lebih lama.

Jalanan sudah mulai sepi karena memang sudah pukul satu dini hari, namun masih ada beberapa kendaraan yang melintas. Hembusan angin malam yang dingin terasa hingga menusuk kulit membuat Rangga sesekali bergidik, seakan hoodie yang melekat ditubuhnya saat ini tidak cukup kuat untuk menghalau udara dingin.

Rangga mempercepat laju motornya dan tak butuh waktu lama kini ia sudah sampai, memasuki pekarangan rumah setelah seorang penjaga membukakan gerbang untuknya.

Selesai memarkirkan motornya di garasi, ia bergegas memasuk ke dalam rumah. Berjalan menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai 2.

Cowok itu merebahkan tubuhnya diatas ranjang sesaat setelah melepas sepatu tanpa menanggalkan seragam terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian ia sudah terlelap, menyelami alam bawah sadar dengan napas yang perlahan mulai teratur.







SEE YOU NEXT CHAPTER ♥♥





Sedikit banget ya? idenya lagi nggak jalan huhu...


Btw, permainan billiard-nya aku ngarang😭 Kalo ada kesalahan boleh di bantu karena aku sendiri juga belum pernah main dan nge-search asal aja di google.

Hai teman-teman mohon dukungannya untuk cerita ini dengan menekan tombol bintang yaa..

Nggak lama kok cuma tis aja.

You guys can also follow my instagram for another updates
@plantsfavpages

Continue Reading

You'll Also Like

13.2M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
17M 654K 64
Bitmiş nefesi, biraz kırılgan sesi, Mavilikleri buz tutmuş, Elleri nasırlı, Gözleri gözlerime kenetli; "İyi ki girdin hayatıma." Diyor. Ellerim eller...
116K 14.5K 58
© @loveeagle_ ©️ALL CREDITS ARE RESERVED Shivaay Singh Oberoi: A celebrated fashion designer in fashion world. Owner of Asia's one of best brand, "Al...
AREKSA By Itakrn

Teen Fiction

33.2M 3.2M 64
"Perasaan kita sama, tapi sayang Tuhan kita beda." ****** Areksa suka Ilona Ilona juga suka Areksa Tapi mereka sadar... kalau mereka berbeda keyakina...