Crimson Autumn

By VanadiumZoe

26K 6.2K 1.4K

Ketika rasa cemas lebih dekat dari detak jantungmu sendiri. -- Jeon Jungkook mempunyai kecemasan yang sulit d... More

SALAM AWALAN
INTRO_HIM
1
2
3
INFERNO
1
2
3
4
5
6
7
SNOWDROP
1
2
3
4
5
6
7
BLUE SPRING
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
AUTUMN LEAVES
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
CRIMSON
1

8

418 121 20
By VanadiumZoe

Pesta ulang tahun Taehyung masih berlangsung, tetapi orang-orang telah melepaskan Sera dan menjauhi gadis itu paska pengakuan Jungkook. Rasa penasaran para tamu sudah terbayar, kini beberapa dari mereka hanya melirik Sera sekilas, orang-orang lebih tertarik pada Ryuna yang duduk senang sambil makan kue ulang tahun.

"Harusnya Ryuna sedih, tapi dia malah tampak tidak peduli," ucap Jiyeon pada Hyerin, sambil menggoyang-goyang gelas wine di antara jari-jari yang lentik.

"Kurasa mereka benar-benar putus, aku justru senang Ryuna tidak terpuruk. Jungkook memang tampan, tapi apa kau bisa bertahan pada pasangan yang senang melihat penari nyaris tanpa busana di kelab striptis?"

"Oh, disgusting," gadis itu tampak kepingin muntah. "Aku pikir cuma rumor, ternyata benar?"

"Ya, seperti yang kau dengar, Jungkook sering ke NixieLand kelab bersama sepupunya, Jimin. Jadi kupikir, baguslah mereka putus," tukas Hyerin, memandang ke meja Sera dan mencibirnya.

Di mejanya Sera tidak bereaksi apa-apa. Hanya berjarak dua meja, dia bisa melihat jelas Hyerin melirik sinis selagi bicara dengan Jiyeon. Sejak awal, sepupu Ryuna memang telah menunjukan ketidaksukaan padanya. Sera memilih abai, toh mereka tidak kenal dan tidak perlu kenal juga.

Sera menghabiskan makanan di piring, selagi Jungkook menawarkan cemilan tapi dia menolak nya dengan halus. Dia sudah kenyang, eneg lebih tepatnya, makanan yang disajikan tidak sesuai lidahnya. Rasanya getir dan bikin mual.

"Apa aku boleh ke teras atas?" ucap Sera setengah ragu, Jungkook belum selesai makan. "Aku bisa pergi sendiri, kau makan saja di sini."

"Kutemani," sela Jungkook, buru-buru menelan makanan di tenggorokan. "Nanti kalau ada pria yang menculikmu bagaimana?" Jungkook tertawa melihat Sera memutar bola mata, dia minum air segelas, membersihkan bibirnya dengan serbet, lalu beranjak dari kursi.

"Ayo," tukasnya, menarik tangan Sera tanpa sadar untuk digenggam. Jungkook sadar kesalahan begitu Sera melepas pegangan, menatap terkejut sampai biji mata Sera yang jernih membesar.

Sungguh, pada saat ini, Jungkook melihat betapa mengemaskannya Cho Sera.

"Duh, sudah kubilang jangan sering-sering ngambek, nanti nambah cantik aku juga yang repot."

Jungkook terkikik geli saat Sera cemberut, lalu keduanya berjalan beriringan—tanpa pegangan tangan tentunya, membelah kerumunan tamu lalu menaiki tangga ke lantai atas. Semilir angin malam langsung menggigit lengan Sera yang terbuka, refleks Jungkook merangkul Sera begitu gadis itu menghadap ke arahnya sambil mengusap lengan.

"Kau perlu pakai mantel," kata Jungkook, sambil mengeratkan rangkulan.

"Aku bawa, tapi ada di mobil Yoongi."

Jungkook menarik Sera masuk lagi ke restoran selagi menelepon Yoongi, kemudian dia berjalan keluar sendirian setelah ingat Yoongi sudah dia perintahkan pulang.

"Tunggu di sini," katanya pada Sera, sebelum benar-benar melewati pintu, turun ke mobil untuk mengambil mantelnya.

Sementara itu dari arah parkiran sebelah kanan, membelakangi Jungkook yang mengarah ke bagian kiri parkiran, muncul sosok Jimin yang baru datang. Pria itu buru-buru menaiki tangga melingkar menuju tempat pesta, mengenakan jaket hitam membalut ditubuhnya yang atletis. 

Sambil menyibak rambutnya yang agak panjang, Jimin masuk ke restoran tetapi langkahnya berjeda, melihat Sera berdiri sendirian di dekat meja resepsionis.

"Sera?" sapa Jimin, senyumnya terkembang begitu mereka bersitatap.

Jimin bahkan nyaris tidak berkedip melihat penampilan Sera yang cantik, gadis itu tersenyum canggung, lalu mereka sama-sama mendekat sampai hanya menyisahkan dua langkah.

"Kau juga datang?" tanya Sera. Suaranya yang halus dan terdengar terlalu gembira, memenuhi jarak tipis di antara mereka.

"Taehyung temanku." Jimin tersenyum, manggut-manggut.

Keduanya saling pandang bersama stok udara yang mendadak berubah hangat, tidak ada yang bersedia memutus pandangan lebih dulu. Ini adalah pertemuan pertama keduanya, semenjak perdebatan sengit di rumah sakit tempo hari. Tanpa sadar, ada luapan rasa merah jambu yang sama-sama berusaha mereka tekan sekuat yang bisa dilakukan.

"Oh, kemana Jungkook?" tanya Jimin, akhirnya mampu mengendalikan diri untuk tidak berdiri lebih dekat lagi pada Sera. Dia mundur dua langkah, saat degup jantung kian sulit dikendalikan, tiap kali bersitatap dengan Sera.

"Sedang ke parkiran sebentar, ada yang mau dia ambil."

"Oke, kalau begitu aku temui Taehyung dulu." Jimin tersenyum lagi, ingin buru-buru pergi tapi kakinya serasa tidak mau diajak kerjasama. Dia seperti dipaku untuk tujuh detik mendebarkan, sebelum akhirnya bisa menarik kakinya dan pergi dari hadapan Sera.

Cho Sera calon istri adikmu, Jimin bicara pada dirinya sendiri, tapi kemudian, kenapa dia harus secantik itu?—Jimin tertawa kecil selama menuruni anak tangga.

Sementara di atas, Sera memandangi Jimin yang sudah berada di tangga paling bawah. Pria itu menyapa Taehyung dengan pelukan singkat, tampak akrab sewaktu ngobrol dan tertawa. Sera ikut tertawa tanpa sempat menyadarinya, lalu dia bagai tersengat listrik saat Jimin tiba-tiba menoleh dan menatapnya.

Jantung Sera memompa cepat, melihat tangan Jimin bergerak di depan wajah yang Sera artikan sebagai bahasa isyarat. Sera tidak tahu artinya, namun bila melihat senyum Jimin yang cerah, kemungkinan besar pria itu sedang memujinya.

"Sera!"

Sera terlonjak dan langsung berbalik, menemukan Jungkook yang tahu-tahu sudah meletakkan mantel di bahunya. Mantel itu menenggelamkan tubuh Sera yang kurus dan kecil, wangi parfum Jungkook sesegar embun pagi pegunungan, tertinggal di mantel, memenuhi indra penciuman.

"Kau mau tetap ingin ke teras atau kita bergabung bersama Jimin dan yang lain di bawah?" tanya Jungkook, tenang dan pelan.

"Oh, kau tahu Jimin sudah datang?"

"Ya." Jungkook mengangguk samar. Dia menatap Sera lekat-lekat dari balik iris matanya yang meredup, lalu membuat gerakan sama dengan yang Jimin lakukan.

"Cantik, kau sangat cantik." Jungkook berkata. "Waktu kecil aku dan Jimin sering menggunakan bahasa isyarat, untuk mengelabui ayah dan Ibuku," tukasnya.

Sera terpaku sampai terlihat tidak bernapas, dia tidak tahu mau bereaksi seperti apa. Jungkook menariknya turun ke area pesta, mereka bergabung bersama Jimin dan Taehyung, pada obrolan akrab tapi membuat Sera kian merasa asing dan salah tempat.

"Jim, kapan datang?" tanya Jungkook pada Jimin. Pelan-pelan dia bergeser ke sisi Taehyung, sehingga bisa melihat Sera dan Jimin berdiri berdampingan.

"Baru saja," jawab Jimin. "Belum telat, 'kan?" 

"Jim, kau telat satu jam, untung pestaku belum bubar." Taehyung ikut menimpali.

"Klienku bermasalah." Jimin berkata singkat. "Kalau berat, mantelnya dilepas saja," tambahnya pada Sera, mendapati gadis itu tampak tidak nyaman sebab mantel Jungkook terlalu besar dan terlihat berat.

"Iya, tadi aku berencana mau ke teras atas, tapi ternyata terlalu dingin." Sera berbicara selagi melepas mantel. Entah Jimin punya kekuatan super atau semacamnya, dia awalnya canggung juga bingung, seketika nyaman dan tenang setelah Jimin mengajaknya bicara duluan.

"Pemandangan laut Daesilla di malam hari, memang terlalu cantik untuk dilewatkan," ujar Jimin, pandangannya tertuju penuh pada Sera saat dia mengatakan kata cantik.

Tanpa pernah direncanakan pipi Sera bersemu merah jambu, dia bahkan berdiri terlalu dekat dengan Jimin sampai jari mereka tidak sengaja bersentuhan. Sera menarik tangannya menjauh, menggenggam tangannya sendiri kuat-kuat selagi memandangi Jimin yang tengah bercerita. Pria itu menjalin keakraban hangat, sampai Sera seolah-olah sudah kenal lama dengan ketiga pria itu.

"Taehyung pandai mencari tempat yang disukai gadis-gadis, oh dia playboy tengik waktu kita masih sama-sama sekolah," tukas Jimin sambil tertawa, saat Taehyung mencibirnya.

"Itu tidak benar, Sera. I'm good boy, dia yang playboy." Taehyung menunjuk Jungkook yang diam saja sedari tadi, padahal dia dan Jimin sudah menertawakannya.

"Hei, Jungkook, kau kenapa?" tanya Jimin, di antara tawa Taehyung yang belum reda.

"Oh, ya, aku sedang mendengarkan kalian." Jungkook memasang senyum lebar, menghindar dari Jimin yang memperhatikannya. "Sera, aku bukan playboy, cuma kebetulan pacarku agak banyak waktu sekolah."

"Semua playboy menggunakan alasan itu, supaya tidak terlihat buruk," gumam Sera pelan, tapi masih bisa didengar Jimin dan yang lain.

Seketika Jimin tertawa, tanpa sadar dia mengusap kepala Sera. "Sera, kau ini terlalu jujur," kata Jimin, tanpa pernah menyadari pandangan Jungkook tertuju kepadanya.

Mereka melanjutkan obrolan santai dengan gembira, akrab dan hangat, sayangnya euphoria itu tidak sampai pada Jungkook. Jungkook tahu dan masih ingat bila Jimin menyukai Sera, tetapi entah bagaimana caranya, malam ini hatinya terasa teriris sembilu, menyadari bagaimana cara Sera memandangi kakaknya.

Dunia Jungkook menyempit tiba-tiba, lalu berubah mengecil lamat-lamat. Dia menahan deraan sesak yang menyerbu dadanya, kesunyian yang membuat tangannya berkeringat. Jungkook memandangi Sera tertawa lepas tanpa beban saat mendengarkan lelucon Jimin, keduanya terlihat bahagia dan serasi seperti pasangan kekasih.

🍁🍁🍁

Setengah jam kemudian, Jungkook memutuskan undur diri dari pesta. Badannya mulai lemas dan dia sedikit sesak napas. Tidak mau ketahaun Jimin yang punya satelit akurat mendeteksi anxiety-nya, Jungkook pamitan pada Taehyung tak kurang dari dua menit, setengah menarik Sera keluar dari tempat acara.

"Oh, Jungkook, aku juga mau pulang. Kita pulang sama-sama," ucap Jimin.

Sial—umpat Jungkook tanpa sadar, terpaksa mereka bertiga menuruni tangga melingkar di luar gedung sama-sama.

Ketika mereka masih berada di tengah tangga, ponsel Jungkook berdering. Seokjin menelepon untuk memastikan jadwal terapinya besok. Tanpa direncana, Jungkook berjalan dua langkah di belakang Jimin dan Sera sambil menerima telepon.

Lalu kejadian berikutnya membuat Jungkook menghentikan langkah, terpaku di tempat saat Sera nyaris terpeleset sebab high heels yang dipakai tidak menapak dengan sempurna.

Jungkook melihat Jimin sontak memegangi lengan Sera. Suara Jimin yang selembut kapas dan syarat kekhawatiran mengalun di antara keduanya, mengiringi tautan pandang yang menurut Jungkook terjalin terlalu dekat dan dalam.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Jimin, meneliti Sera nyaris tanpa berkedip.

"Hhmm...." Sera mengangguk, balas menggenggam lengan Jimin untuk dijadikan tumpuan.

Jarak keduanya hanya satu jengkal, bersama tatapan lembut Jimin, juga cara pria itu bertanya, menjalin harapan sampai manik mata Sera berkaca-kaca. Bisakah waktu berhenti, bisakah Jimin saja yang menikahinya—Sera nyaris menghambur memeluk Jimin, bila Jungkook tidak menyela tiba-tiba.

"Tangganya agak licin dan curam." Jungkook mengambil alih tangan Sera dari lengan Jimin.

"Pegangan denganku, supaya kau tidak jatuh lagi," tukas Jungkook pada Sera. Gadis itu tampak enggan dan diambang tangis, tapi Jungkook memilih egois, buta, dan tuli, atas kenyataan yang jelas menampar kesadarannya.

"Hyeong, terima kasih, tapi sekarang Sera tanggung jawabku." Jungkook merangkul bahu Sera dan mereka menuruni tangga, meninggalkan Jimin yang memilih diam di belakang sana.

🍁🍁🍁

Sepeninggalan Jungkook dan Sera, Jimin mengikir ibu jarinya yang kebas, menyadari asumsi kesalahan yang lagi-lagi dia perbuat. Lagi-lagi dia melakukan kesalahan, dia selalu saja salah, selalu menjadi pihak yang membuat Jungkook kehilangan kebahagiaannya.

Saat ini Sera adalah sumber bahagia dan kesembuhan Jungkook, tapi dia hampir merampasnya dan mengulang lagi kesalahan yang sama di masa lalu.

Jimin tertatih menuruni tangga, membawa setumpuk beban kesalahan di kedua bahunya, lalu meluncur ke jalan raya di balik kemudi dalam kecepatan penuh. Jimin mengabaikan rasa sakit yang menusuk hati terdalam, memilih abai, imun pada perasaan yang dia punya pada Cho Sera hanya demi janjinya pada sang adik.

Jimin memutus renjana yang jelas-jelas menyakiti sampai sulit bernapas, hanya demi menebus dosa masa lalu yang sejatinya bukan kesalahannya.

"Jungkook, hyeong minta maaf—" gumam Jimin pada dirinya sendiri, meski rasa salah itu tidak pernah berkurang sebanyak apa pun dia mengutarakan penyesalannya.

Dengan mudah dia larut dalam keterpurukan kenangan tragis terhadap diri sendiri, yaitu, dia adalah penyebab kematian Paman dan sepupunya, membuat Bibinya sakit dan Jungkook jadi yatim piatu di usia sangat kecil.

Jimin menginjak gas lebih dalam tanpa dia menyadarinya, lalu buru-buru menginjak rem mobil dan terkesiap. Dia hampir melanggar rambu lalu lintas di pemberhentian lampu merah, sambil menghela napas panjang dia memejam, meletakkan kepala di stir mobil.

Dia tidak menyadari ada truk raksasa dari arah samping kehilangan keseimbangan di jalan itu, bagian belakang truk tanker terayun tajam, melewati persimpangan lampu merah, terdorong ke depan.

Jimin mendongak, menyadari sudah begitu terlambat menggiring mobilnya ke samping atau mundur sejauh mungkin. Waktu bagai melambat, setiap indra menegang, lalu sebelum sempat dia berteriak truk itu sudah menghantam mobilnya.

🍁🍁🍁

Jungkook tiba di rumah dengan perasaan yang teramat gamang, memikirkan asumsi yang tengah berusaha disangkalnya mati-matian. Bahwa, selama ini hanya Jimin yang menyukai Sera, bukan sebaliknya. Sera tidak mungkin menyukai kakaknya, mereka tidak dekat. Tetapi alangkah pilu hatinya mendapati senyum juga tawa Sera hilang, semenjak dia menjauhkan gadis itu dari Jimin.

Jungkook memandangi Sera tertatih-tatih menuju kamar tidur di lantai dua. Sera tidak bicara sepatah kata, ekspresinya berada di ambang tangis. Jungkook menghentikan langkahnya naik ke lantai tiga, di selasar Jungkook menahan Sera yang hampir hilang di balik pintu kamar.

"Sera, tunggu."

Gadis itu berhenti tanpa membalikkan badan, memaku di ambang pintu yang masih setengah terbuka. Setelah Jungkook berdiri dua langkah di belakang, barulah Sera berbalik bersama air mata yang membahasi pipinya yang pucat.

"Jungkook, tolong lepaskan aku."

Kalimat singkat Sera yang tidak pernah dia duga mengalun sendu, membuatnya kelu, termangu dalam rasa sesak menyelimuti paru-paru. Gadis itu tertunduk kaku, menangis tersedu lagi-lagi karena keegoisannya.

"Aku tidak bisa menikah denganmu." Sera menatap Jungkook yang bergeming. "Aku benar-benar tidak bisa, jadi tolong biarkan aku pergi."

"Kenapa, kau menyukai orang lain?"

Kali ini Jeon Jungkook memilih menyakiti dirinya sendiri, terang-terangan memberi pertanyaan yang jawabannya akan terasa bagai belati, menusuk jantungnya bertubi-tubi. Tetapi Jungkook tidak peduli, toh sejak awal dia sudah memilih menjadi pihak yang sakit hati.

"Iya—" gumam Sera, air matanya jatuh berderai sampai dia sesak. Jari-jarinya terkepal kuat, dia tidak sanggup lagi menahan semua beban perasaan yang membuatnya ingin meledak.

Sementara detik-detik selepas Sera menjawab dilalui Jungkook dengan napas terlampau berat, tangannya yang tremor digenggam erat-erat, memaksa sekuat tenaga untuk tetap bertahan pada keputusan awal. Dalam keheningan menyesakkan, Jungkook berujar hal yang sama meski dia tahu Sera telah terluka terlalu banyak karenanya.

"Aku tidak peduli, hari Sabtu kita menikah." Jungkook memandang Sera dari ketinggian dengan perasaan membiru, dia nyaris tidak bernapas begitu manik mata Sera yang basah menatapnya dalam pandangan kosong.

Jungkook hendak mengulurkan tangan, merangkul Sera yang tampak rapuh dan lemah karena dirinya. Akan tetapi, rasa takut kehilangan Sera membuat Jungkook menarik tangannya lagi. 

"Baiklah." Sera mengangguk dan berbalik tanpa kata tambahan, menghilang di balik pintu kamar bersamaan ponsel Jungkook berdering. 

Dia bersandar di balik pintu, tetapi Jungkook tiba-tiba mengedornya kelewat keras, setengah memaksa membuka pintu dan menariknya keluar.

"Jungkook, lepas, kau mau bawa aku kemana?!"

"Kita ke rumah sakit, Jimin kecelakaan," ucap Jungkook, setelah mereka berada di luar halaman.

Sera seketika berhenti meronta, menatap Jungkook yang tampak sangat cemas sampai jari yang menggenggam tangannya bergetar.

"A-apa?" Sera tidak menyembunyikan keterkejutan, tergesa mengikuti Jungkook masuk mobil.

"Sial, bagaimana cara mengendarai mobil ini?" Jungkook seperti bicara pada diri sendiri, jarinya yang gemetaran tidak bisa menghidupkan mesin mobil.

"Anjing!!!" maki Jungkook kelewat keras.

Sera terlonjak lalu serta merta menatap Jungkook yang tampak semakin panik, wajah Jungkook lembab oleh keringat. Dalam keterbatasan di antara cemas akan keadaan Jimin, kalut pada rasa yang berkecambuk, Sera mengingat pesan Seokjin tentang pertolongan pertama jika Jungkook terserang panik.

"Jungkook, fokus, bernapas pelan-pelan." Sera mengumpulkan semua keberanian, mengusap lengan dan bahu Jungkook. "Lihat aku, beritahu aku apa yang kau butuhkan?"

"Oksigen, kau butuh oksigen?" tanya Sera, begitu melihat Jungkook mulai sesak napas. Buru-buru dia mengambil oksigen mini dari laci dasbor, lalu memberikannya pada Jungkook.

Butuh tiga menit bagi Jungkook bisa bernapas sedikit lebih teratur, lalu sekarang melihat Sera tengah memijat jari-jari tangannya yang bergetar. Manik mata Jungkook yang besar dan jernih mulai berembun, tanpa sadar menggenggam jemari Sera selagi berusaha fokus pada gadis itu.

"Kita bisa naik taksi ke rumah sakit, kalau kau tidak sanggup—" Sera menahan Jungkook yang menggenggam tangannya kelewat kuat, lalu dia termangu saat tetesan bening jatuh di atas punggung tangannya.

"Aku tidak akan minta maaf, karena telah jatuh cinta padamu," gumam Jungkook, lirih dan menyentuh.

Sera bergeming, lalu tubuhnya kaku saat Jungkook tiba-tiba memeluknya. Jungkook memejam, menghidu aroma tubuh Sera yang semanis vanila sampai napasnya benar-benar teratur, lalu rasa cemas yang membelengu menghilang nyaris tanpa sisa.

Betapa kuat pengaruh Sera pada psikisnya, padahal Sera tidak balas memeluk, tidak membalas perasaan yang dia punya. Gadis itu membencinya, tapi tetap saja kehadiran Sera membuatnya tenang dan nyaman.

"Saranghae—" ucap Jungkook, sebelum tiba-tiba melepas pelukannya. Dia memandangi Sera yang menatapnya dalam kesunyian, tersenyum samar seraya mengusap pipi Sera yang pucat.

"Aku takut tidak punya kesempatan lagi mengatakannya padamu, jika tidak mengatakannya sekarang." Jungkook menarik napas panjang dan berulang. "Kita ke rumah sakit," tukasnya.

Mobil Jungkook melesat cepat menuju rumah sakit Royal Blue, di antara perasaannya yang kian membiru, karena begitu sampai di rumah sakit apa yang dikhawatirkannya benar terjadi.

Sera berlarian di sepanjang selasar menuju ruang perawatan Jimin, meninggalkannya jauh di belakang. Dunia Jungkook seolah-olah bergerak lebih lamban, begitu dia mencapai ruangan perawatan Jimin, membuka pintu lebih lebar dan melihat Sera memeluk kakaknya.

"Anda keluarga pasien?" Dokter emergency menyapa Jungkook di muka pintu.

"Ya, aku Jeon Jungkook, adiknya pasien." Jungkook mengalihkan perhatian pada sosok dokter yang menyapanya. "Bagaimana keadaan kakakku, Dokter?"

"Syukurlah pasien baik-baik saja, hanya sedikit memar dan sakit kepala akibat benturan. Kaki kanannya sedikit bengkak, tapi dalam dua hari kedepan dipastikan segera membaik." Dokter menceritakan kejadian kecelakaan, sementara Jungkook mendengarkan tanpa berkomentar.

Sewaktu truk tangker itu berpusing, bagian belakang truk menabrak bodi depan mobil Jimin. Di saat itu juga Jimin menginjak pedal gas, bertepatan kepala truk yang miring, terbalik, meluncur di atap mobil sebelum membentur pembatas di ruas jalan di sebelahnya. Mobil Jimin menabrak mobil hitam di seberang, kepalanya terbentur stir mobil dan kakinya menendang dasbor.

"Terima kasih, Dokter." Jungkook menganguk sopan, lalu dokter pun berlalu pergi.

Jungkook mengalihkan pandang ke dalam ruang perawatan, menarik kedua kakinya melewati pintu. Dia berusaha mengabaikan Sera yang duduk di pinggir ranjang, sementara Jimin duduk bersandar. Kaki kanan Jimin bengkak, ada memar keunguan di kening Jimin, dia tersenyum begitu mereka bersitatap.

Kesunyian yang pekat mendera tautan pandang di antara kedua saudara itu, di antara sosok gadis asing yang sama-sama membuat mereka terjatuh tanpa tahu caranya menghindarinya.

"Aku tidak apa-apa," ucap Jimin pada Jungkook, seraya menjauhkan tangan dari genggaman Sera tetapi Jungkook sudah terlanjur melihatnya.

Jungkook bergeming, mengalihkan atensinya pada Sera tapi Sera tidak melihatnya. Sera terisak samar bersama kekhawatiran yang kadarnya sama besar, dengan rasa peduli yang pernah Jimin perlihatkan untuk pada gadis itu.

Kemudian dengan sangat terlambat Jungkook pun sadar, bila dia telah menjadi beban sekaligus orang ketiga di antara Jimin dan Sera.

[ ... ]

👑 🐥🐻 👑

Jimin ⬆️ Sera 😭😭 

Continue Reading

You'll Also Like

84.6K 16.1K 70
๐—™๐—ผ๐—น๐—น๐—ผ๐˜„ ๐—ฎ๐—ธ๐˜‚๐—ป ๐—ถ๐—ป๐—ถ ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—บ ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฎ๐—ฐ๐—ฎ! Wajah, mata, dan yang lebih ajaib lagi... anak laki-laki berusia empat tahun itu memiliki...
54.7K 7K 35
(C O M P L E T E D) Great cover by @cherrycaca Perselingkuhan menjadi ambang kehancuran sebuah pernikahan dalam sekejap. Entah siapa yang salah, namu...
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
750 144 50
di harap membaca novel berjudul "PROMISE (KTH)" sebelum membaca cerita ini biar tahu bagaimana alur sebelumnya . Happy Reading๐Ÿ˜Š By: nyemoetdz 01/03...