LILO

By maheofficial

1.1K 124 84

Louis sahabatku. Liam juga sahabatku. Dan suka tidak suka, kenyataannya, mereka bersaing mendapatkan cintaku... More

1
2
3
4

5

193 21 20
By maheofficial

Author's note: Haii, kalo kalian emang lupa ceritanya sampe mana, mendingan baca previous chapternya dulu. Soalnya ini udah sebulan gak gua lanjut, takutnya pada lupa dan emang chapter sebelomnya agak gantung ceritanya. Ty.

----

Wajahku berada di belakang punggung Louis dengan kesepuluh jariku mencengkram bajunya. Bisa kulihat Louis tertawa pelan, lalu berjalan dengan gagah di depanku ke arah pintu. Mungkin orang yang di berdiri di depan pintu rumahku sekarang adalah orang gila, atau perampok. Ia menekan bel terus menerus membuat seisi rumahku berisik.

Louis mengintip melalui lubang pintu dan tak beberapa lama kemudian langsung mendesah. Dia melepaskan jariku dari bajunya kemudian mendorongku untuk melihatnya sendiri. Tanpa melihatpun, aku tau siapa orang gila di luar. Satu-satunya orang yang bisa membuat Louis mendesah seperti itu.

Aku membuka pintu dan menatap Liam dari atas sampai bawah. Mungkin Liam memang ingin membangunkanku dan Louis. Untuk apa ia menekan bel? Jelas ia mempunyai kunci rumahku. Dan keberadaan Liam dan Louis bersama-sama di rumahku dalam kondisi seperti ini bukan merupakan keuntungan bagiku.

"Son of bitxh," gumam Louis yang langsung masuk kembali ke kamarku setelah memutar matanya.

Setelah tinggal kami berdua, Liam hanya menatapku datar dan aku tidak mengerti maksudnya. Akhirnya kutarik Liam ke kamarku, dan aku menemukan Louis sudah pindah dari sofa ke atas tempat tidurku. Oh, tentu saja.

"Kau mau apa?" tanyaku pada Liam.

"Tidur."

"Di sini?"

"Kurasa aku harus menjagamu malam ini. Entahlah," jawab Liam yang langsung mengambil alih bagian tempat tidurku yang sebelah kanan menyisakan ruang kosong untukku di tengah-tengah Liam dan Louis. Tidak, aku tidak akan tidur di sana. Jangan suruh aku ke sana.

Pun aku duduk di sofa sambil menatap mereka berdua yang saling memunggungi. "Aku akan di sini saja...."

Dan akhirnya mereka tidur bersama sampai pagi. Kejadian terlucu adalah pukul 5 lebih, Louis memeluk Liam dan aku berhasil mengabadikannya. Sayangnya aku tertawa terlalu keras sehingga membangunkan mereka yang langsung menatap jijik satu sama lain.

////

"Marzia!"

Tiba-tiba sebuah bola kertas jatuh di atas rambutku, membuatku menghentikan aktifitas tidurku saat ini. Saat aku membuka mata, aku menemukan Mr. Corden menatapku jengkel dan aku baru sadar aku tertidur di pelajarannya. "Keluar!"

Tidak ada gunanya berdebat dengannya, pun aku mengucek mata dan langsung berjalan keluar kelas. Kusandarkan tubuhku ke dinding dan memejamkan mataku lagi. Semalaman tidak tidur membuatku tidak mampu membuka mata saat ini. Ah.

Tidak lama, kurasakan seseorang juga ikut bersandar di sebelahku. Pun aku membuka mata dan menemukan Harry yang juga menoleh ke arahku. Harry Styles, dia salah satu orang yang tidak kupedulikan dan bahkan kuhindari di kelas. Dia nakal.

"Hai, Marzia," senyumnya padaku. Aku hanya mengangguk dan kembali mencoba terlelap. Entah kenapa, saat menutup mata, aku melihat bayang-bayang Louis dan Liam terus berbicara di kepalaku. Mungkin itu yang membuatku sulit tidur.

Setelah menyadari Harry tetap menatapku untuk beberapa lama, aku menoleh dan mengangkat satu alisku padanya, "ada yang bisa kubantu, hm?"

"Aku yang menyebarkan fotomu dengan Louis," ucapnya santai. "Ya, aku orangnya."

Aku langsung membuka mata dan menatapnya tajam, "kau? Harry?"

"Ya. Tetapi, aku bukan penggemar Louis," katanya. "Aku penggemarmu, entah dari kapan. Aku minta maaf, ya?"

Rasanya ingin benar-benar marah, tetapi melihat Harry mengaku dengan santai lebih membuatku jengkel. Akhirnya, aku mendiamkannya dan memilih untuk bersandar agak jauh darinya.

"Marzia?"

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku jengkel karena Harry mendekatiku yang menjauhinya. "Kau sebaiknya tidak menggangguku lagi."

Harry mengeluarkan senyuman miring, kuakui ia tampak luar biasa dengan wajahnya. Keren, tetapi menjengkelkan. "Aku mengamatimu setiap hari. Bahkan di rumah."

"Dan kau mengambil foto yang seharusnya tidak kau ambil," balasku. "Kemudian menyebarkannya."

"Saat itu aku hanya tidak terima Louis bisa tidur di sebelahmu. Tepat di sebelahmu. Itu membuatku marah, sungguh," ungkap Harry. "Maksudku agar semua menyalahkan Louis, tetapi penggemarnya membuat semua menyalahkanmu. Aku minta maaf."

"Itu sangat melukaiku, kau tau."

"Maafkan aku." Harry menatap mataku. Mata hijaunya benar-benar mempesona. Ya Tuhan. "Tadi sudah kukatakan, aku penggemarmu. Mungkin kau tidak tau, banyak pria di sekolah ini menyukaimu."

Salah satunya Louis, dan Liam. "Aku tidak ingin tau."

"Boleh minta nomor ponselmu?" Harry mengeluarkan kertas serta pen dari saku celananya dan menyerahkannya kepadaku. Aku menerimanya, tetapi butuh beberapa lama sebelum aku menuliskannya. Aku mempertimbangkan apakah ia akan mengganggu seperti yang Louis lakukan pada notifikasiku atau aman-aman saja. Dan akhirnya kuberikan. "Terima kasih."

Aku mengangguk kemudian terdengar pintu di buka untuk yang ketiga kalinya. Liam dengan santai keluar dan langsung menarik pergelangan tanganku untuk berjalan di sebelahnya. Kutolehkan kepalaku ke arah kelas, Harry tampak mengerutkan keningnya dan tatapannya terus mengikuti kami. Aku tidak tau Liam akan membawaku kemana, tetapi mengajakku jalan-jalan saat aku sedang dihukum jelas akan membuat hukumanku bertambah.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku.

Liam mengangkat bahu, "aku berkata bahwa aku sakit perut dan meminta pada Mr. Corden agar kau bisa merawatku di UKS. Tenang saja."

"Percayalah, Mr. Corden tau kau berbohong."

"Yah, aku juga tau kalau dia tau aku berbohong." Liam memutar matanya. "Tetapi aku berhasil membuat Louis jengkel barusan, jadi aku senang."

Aku terkekeh dan meninju perut Liam, "kau tentu saja di anggap lebih oleh guru itu. Tidak semua orang mendapat kehormatan lolos dari Mr. Corden."

"Siapa yang peduli?"

"Sebenarnya aku peduli." Aku menggeser pintu UKS ke samping kemudian kami masuk ke ruangan tak berpenghuni itu. Artinya, saat ini hanya ada aku dan Liam. Itu bagus, karena aku tidak sedang ingin dilaporkan bolos ke Mr. Corden. Walaupun sebenarnya dia sudah tau.

Liam mengambil posisi tiduran di atas ranjang sementara aku duduk di sofa di seberang ranjang itu. Aku tidak tau apa alasan Liam melarikan diri dan mengajakku kesini, tetapi Liam tidak akan membuang waktuku percuma. Louis kebalikannya.

"Jadi," ucapku. "Ada apa?"

Liam mengangkat bahunya, matanya terpejam. "Aku hanya ingin menyelamatkanmu dari hukuman."

"Sebenarnya, aku sudah biasa tidur sambil berdiri," balasku. "Tetapi, aku berterimakasih."

"Oke, langsung saja," dehem Liam. Ia mengubah posisinya menjadi menyamping, matanya menatapku. "Apa yang dikatakannya?"

Aku mengerutkan kening, menerka siapa 'dia' yang di maksud Liam. "Sebelum kau datang kemarin, Louis bertanya apa jawabanku untukmu. Rupanya dia mendengar percakap-"

"Tidak, Marz. Bukan Louis," potong Liam. "Harry Styles."

"Harry?"

"Ya. Aku tau kau bicara dengannya."

"Memangnya kenapa?" tanyaku. "Baiklah. Dia salah satu yang membuat hari ini rusak. Dia berkata bahwa dialah yang mengambil foto-sialan-ku dengan Louis. Bahkan dia tersenyum sambil mengatakannya."

Ekspresi Liam sebenarnya tidak berubah, tetapi aku tau ia agak terkejut.

Aku dan Harry bahkan tidak pernah bicara. Seumur hidupku, barusan adalah kali pertama aku bicara dengannya. Bahkan Liam, juga Louis, tidak berteman dengan Harry. Jelas itu yang membuat Liam, juga aku, ragu.

"Dan apa yang kau katakan padanya?" tanya Liam setelah diam beberapa menit. "Kau seharusnya marah. Bahkan, sekarang aku yang agak merasa marah setelah mengetahui itu."

Aku menggeleng, "dia menyebalkan. Aku hanya mendiamkannya."

Liam mengerutkan kening, tampak tidak terlalu setuju dengan tindakanku. "Kau akan melaporkannya, kan? Marz, seluruh sekolah melihat foto itu, jelas itu pencemaran nama baik karena yang sebenarnya terjadi tidak sama dengan apa yang semua orang pikirkan. Harry bodoh karena memberitahumu, sumpah."

"Aku sempat berniat melaporkannya. Tetapi, Liam, orang bodoh selalu berbahaya," balasku. "Jika aku melaporkannya, mungkin ia akan dendam padaku dan melakukan hal yang lebih nekat lainnya. Jelas itu sangat tidak menguntungkan."

Liam memutar matanya. Dia duduk dan melipat lengannya di depan dada seakan-akan memarahiku. "Hukumannya bisa saja mengeluarkan dia dari sekolah, artinya kau aman. Demi Tuhan, jika kau tidak mau, aku yang akan melaporkannya."

"Liam, dia beroperasi di rumahku, bukan di sekolah. Itu tidak akan mengubah apa-apa." Aku mengusap wajahku. "Nama baik Louis dan aku juga tidak akan menjadi baik karena foto itu benar terjadi. Membuang waktu."

"Dia membuatmu sedih." Liam hampir menggumam mengucapkannya. "Dan aku sangat tidak bisa menerima itu."

Kata-katanya barusan bagaikan sebuah tamparan bagiku. Liam jelas berusaha menyingkirkan orang yang membuatku sedih dan aku malah membela orang itu walaupun aku tau apa yang sudah dilakukannya.

Pun aku bangkit dari sofa, menghampiri Liam, dan meminta Liam memelukku. Tangannya membungkus tubuhku seakan-akan melindungiku. Sudah kukatakan, aku selalu suka pelukannya.

"Maafkan aku," bisikku. "Tetapi, aku sudah tidak apa-apa."

"Yah, setidaknya aku sudah mencoba membelamu," balasnya. Suaranya sudah kembali seperti semula, lengkap dengan cara pengucapannya yang dingin. "Terserah kau saja."

"Jangan lepaskan." Aku menahan tangan Liam ketika ia mulai mengendurkan pelukannya. "Jangan lepaskan."

Liam berdecak, "kau tidak belajar dari pengalaman."

Ketika aku memikirkan kemungkinan ada kamera-kamera yang mengambil fotoku dengan Liam saat ini, langsung kulepas pelukannya dan mataku mengitari satu ruangan ini. Belum lagi, aku lupa, mungkin saja di sini ada CCTV sekolah.

Liam turun dari atas ranjang dan menyuruhku berbaring, "mengantuk, kan?"

Aku tidak bisa dibilang mengantuk saat ini karena rasa kantukku mendadak hilang. Entahlah.

Secara tiba-tiba, otakku mengingat sesuatu yang sudah ingin kutanyakan pada Liam akhir-akhir ini. Entah kenapa aku melupakannya, bahkan saat di kelas tadi, aku tidak memperhatikan dia sama sekali.

"Liam."

Liam menoleh, mengangkat satu alisnya. "Apa?"

"Sheila."

Sekali lagi. Ekspresi Liam tidak berubah, tetapi aku tau ia agak terkejut mendengarku menyebut nama Sheila.

"Bahkan kau sering kali tidak mau foto denganku, tetapi kau mempunyai satu album fotomu dengan dia," ucapku. Entah kenapa nadaku seakan-akan seperti tidak suka pada Sheila. "Yah, bukan iri. Aku hanya bingung."

Bibir Liam tetap terkatup setelah beberapa menit, jadi aku bicara lagi. "Entah hanya perasaanku atau apa. Kau dan dia, mirip."

Saat Liam tetap tidak merespon, aku mencoba untuk tertawa kecil. "Kau tidak harus menceritakannya jika kau tidak ingin."

Tatapan mata Liam langsung mengarah ke mataku. Tetapi, matanya kelam seperti baru saja kembali dari masa lalu yang tidak terlalu suka untuk ia ingat.

Dia berdehem dua kali, "mungkin aku akan menjelaskan beberapa hal yang ingin kau tau."

"Aku mendengarkan."

Liam mengangkat bahunya, mencoba terlihat seperti tidak peduli. Tetapi aku tau dari sikapnya bahwa ia sebenarnya peduli pada hal ini. "Kau tau kita tidak dalam sekolah yang sama saat JHS."

Aku mengangguk. Entah bagaimana Liam memilih sekolah yang berbeda denganku saat itu. Aku tidak bisa mengingatnya, tetapi mungkin karena aku dan dia bertengkar hebat dulu. Liam dan aku, serta Louis dan aku, tidak pernah melewatkan satu haripun tanpa bertengkar. Dan kadang, kami bertengkar agak hebat. Sebenarnya itu tidak masuk akal sehingga membuat Liam benar-benar menjauhiku saat itu, tetapi itu terjadi. Pada akhirnya, setelah setahun berlalu dan setelah kami berbaikan, kupaksa Liam untuk masuk ke sekolahku. Dan ia melakukannya. "Lalu?"

"Di sekolah itu, dia satu-satunya teman dekatku, karena seperti yang kau katakan, aku dan dia mempunyai sifat yang agak mirip," lanjutnya.

Kalimatnya barusan sebenarnya agak membuatku cemburu karena mengetahui bahwa Liam mempunyai teman dekat selain aku. Sebut aku egois. "Kemudian?"

"Sampai entah bagaimana aku jatuh cinta padanya."

"Li...."

"Sheila; dia mantan sahabat dan mantan pacarku."

----

Author's note:

GILA, cara penulisan gua berubah banget. Gak tau kenapa gua ngerasanya gitu. Kalimatnya banyak yang susah dimengerti ga? Banyak maksud kalimat yang tersirat ga? Iya? Engga? Ah yaudahlah. Soalnya gua abis baca dua novel dengan cara penulisan yang berbeda dan digabung dengan cara penulisan gua jadinya kebawa-bawa gitu....

Maapin kalo ceritanya menurut lu ga jelas. Menurut gua juga ga jelas, huhu. Gua sebenarnya stuck banget makanya baru sebulan, bahkan lebih, gua lanjutinnya. Tapi ini agak lebih panjang dikit dari chapter sebelomnya, kan? :3 Dikit sih. Maap, maap.

Kalo udah baca, vomments jangan lupa! Muah.

Continue Reading

You'll Also Like

54K 7K 44
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
67.1K 13K 14
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
1.8M 18.5K 40
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING 🔞!!! Yg penasaran baca aja Ini Oneshoot atau Twoshoot ya INI HASIL PEMI...
199K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...