Gabriello (Cetak ✅ │ Part len...

By tivery

70.1K 7.1K 2.1K

GABRIELLO adalah buku pemenang juara pertama untuk event menulis 50 days challenge Moon Seed Publisher. ____... More

-GABRIELLO-
-CAST GABRIELLO-
Day-1. Arcello Maqil
Day-2. Kejanggalan
Day-3. Makhluk Asing
Day-4. Gabriel
Day-5. Kesepakatan
Day-6. Penyesuaian
Day-7. Perkara Bunga
Day-8. Kenangan Penyembuh
Day-9. Keluar Rumah
Day-10. Hadiah Kecil
Day-11. Mulai Bergerak
Day-12. Bos Baru
Day-13. Beezel Fowk
DAY-14. Dilema
Day-15. Curahan Hati
Day-16. Romantis VS Komedi
Day-17. Angel's Party
Day-18. Sahabat Gabriel
Day-19. Hujan Minggu Sore
Day-20. Sebuah Distorsi
Day-21. Waspada
Day-22. Ancaman
Day-23. Inspeksi Dadakan
Day-24. Langkah Awal
Day-25. Rencana Liburan
Day-26. Melepas Senja Bersama
Day-27. Dalam Pelukan
Day-28. Kejutan Ulang Tahun
Day-29. Hadiah
Day-30. Perayaan Tahun Baru
Day-31. Getaran Perasaan
Day-32. Kegalauan Arcello
Day-33. Memintal Perasaan Kusut
Day-34. Cerita dan Rahasia
Day-35. Terjebak
Day-36. Dua Sisi Perasaan
Day-37. Yang Terlupakan
Day-38. Goyah
Day-39. Tragedi
Day-40. Berduka
Day-41. Adu Domba
Day-42. Kejujuran
Day-43. Pengkhianat Sebenarnya
CETAK
Day-44. Di Ujung Kematian
Day-45. Amarah
Day-46. Perpisahan
Day-48. Bidadari Laki-Laki
Day-49. Dunia Baru
Day-50. Gabriello

Day-47. Restart

690 90 42
By tivery

#Day47
Clue #couveuse

-kotak pemanas bayi yang lahir prematur.

* * * *

Sejak tubuh Gabriel tiba di langit, para petinggi langsung mengadakan ritual untuk menyelamatkannya. Berkat kekuatan Raja Arash yang Arcello berikan, serta ketibaan yang tepat waktu, Gabriel pun akhirnya berhasil diselamatkan.

Walau pun masa kritisnya sudah lewat, tetapi Gabriel masih belum sadarkan diri. Ia pun kini ditempatkan pada sebuah kapsul kaca. Jika di dunia manusia kapsul tersebut berfungsi sama seperti couveuse, alat yang biasa digunakan untuk membantu bayi terlahir prematur agar suhu tubuhnya tetap terjaga dan stabil. Begitu juga dengan Gabriel, ia membutuhkan alat tersebut untuk menjaga suhu tubuhnya selama proses penyembuhan.

Gabriel yang tertidur lelap di dalam couveuse mulai memasuki alam bawah sadarnya. Di sana ia bermimpi. Sang Penaung memberinya tugas untuk mengawasi seorang anak manusia yang baru lahir ke dunia. Kata Sang Penaung, anak tersebut adalah reinkarnasi dari Raja Arash. Selain itu, Ia juga mengatakan jika di dalam jiwa bayi tersebut tersimpan kekuatan yang sangat penting bagi alam semesta. Tanpa bantahan Gabriel pun menyanggupi.

Sesaat Gabriel turun ke bumi, untuk pertama kalinya ia melihat seorang bayi laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan. Bayi yang akan ia jaga selama hidupnya. Bayi yang membuat Gabriel jatuh cinta pada pandangan pertama.

Seiring waktu berjalan, sang bayi laki-laki itu tumbuh menjadi anak-anak yang lucu. Kemudian berangsur menjadi remaja yang pandai. Lalu di usia dewasanya ia menjadi seorang yang ceria, disenangi dan disayangi rekan-rekannya. Gabriel pun semakin jatuh cinta.

Namun suatu hari, Gabriel menemukan pria itu berduka. Kedua orang tuanya telah tiada. Ia tidak tega membiarkan pria itu hidup sendiri, bahkan niat hatinya ingin di sana untuk menemani, tetapi Gabriel tidak bisa berbuat apa-apa. Dunianya dan pria itu berbeda. Ia hanya ditugaskan untuk mengawasi saja. Tidak untuk mencampuri urusannya.

Kedukaan pria itu tidak berlangsung lama. Dunianya kini telah kembali ceria, bahkan hidupnya pun terlihat bahagia. Hingga sampai suatu ketika, pria itu jatuh cinta. Kini giliran Gabriel yang berduka. Meski begitu, ia tetap menemani dan mengawasi dengan setia.

Hingga satu tragedi terjadi. Pria yang Gabriel awasi ternyata dibodohi. Jiwanya diincar oleh sang iblis yang menginginkan kekuatannya. Pria tersebut diperdaya dan dianiaya oleh iblis. Sang pria berada di ujung nyawa. Tapi Gabriel tidak bisa berbuat apa-apa. Ia meronta-ronta ingin menyelamatkan pria yang selama ini ia jaga. Namun segala cara yang dilakukan berakhir sia-sia.

Di dalam kapsul kaca tubuh Gabriel memancarkan cahaya. Ia pun seketika membuka mata, terbangun dari mimpi buruknya. Sambil mengucap satu nama.

“Tuan Arcello!”

oOo

Arcello tersentak dan terbangun karena mimpi buruknya. Seketika ia terduduk di atas kasur dengan napas yang terengah-engah. Bahkan keringat dingin pun menyembul dari kening dan lehernya.

Arcello mencoba mengingat apa yang barusan ia impikan. Namun secepat kilat mimpi itu memudar. Hanya ada sekelumit pecahan ingatan yang menggambarkan dirinya seperti terpisah dengan seseorang. Setelah itu mimpinya pun hilang.

Tiba-tiba bunyi alarm di ponselnya menyadarkan Arcello dari lamunan. Cepat-cepat ia menyambar ponsel yang tergeletak di atas nakas. Ia terbelalak saat melihat jam sudah menunjukkan pukul delapan.

“Astaga, gue kesiangan.” Arcello pontang-panting meninggalkan kasurnya. Lari ke kamar mandi dan sesaat kemudian keluar lagi. Ia lupa membawa handuk. Tidak lebih dari lima menit Arcello telah menyelesaikan mandinya. Dengan dibalut handuk, ia pun masuk kamar dan cepat-cepat memilih pakaian untuk dikenakan.

Sepuluh menit berlalu. Arcello kini telah berpakaian rapi dan juga wangi. namun tampaknya ia sangat terburu-buru bahkan sampai lupa untuk sarapan. Arcello pun segera mengenakan sepatu di depan pintu. Sesaat kemudian ia telah pergi meninggalkan apartemennya menuju tempatnya bekerja.

Ini adalah hari pertama Arcello masuk kerja setelah kurang lebih sepekan ia mendapatkan libur hari raya, dan di hari pertama ini ia malah kesiangan. Arcello tampak malas masuk kantor, bukan malas karena masih ingin berlibur. Namun ia merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya, dan itu membuat Arcello malas melakukan apa-apa. Tapi ia tidak tahu perasaan apa itu.

Sambil menyusuri jalan menuju stasiun kereta, mimpi yang membangunkannya tadi pagi, dan rasa malas yang mendera karena merasa ada sesuatu yang pergi, kini bergelut dalam pikirannya, menambah keruwetan paginya yang menyebalkan.

Sesampainya di stasiun, Arcello harus berdesak-desakan dengan penumpang lain yang berburu waktu. Tubuh mungilnya ia jejalkan di celah-celah penumpang berbadan besar. Susah payah Arcello berusaha untuk berebut pintu.

Namun sesaat kedua kakinya berpijak di dalam rangkaian kereta, tiba-tiba Arcello melihat sekelebat bayangan seorang pria yang ia rasa kenal, bersamaan dengan berbunyinya kerincing yang menempel pada batu shappire gantungan tas miliknya. Ia sontak menoleh pada gantungan itu.

Sesaat kemudian Arcello tercengang. Sementara pintu kereta telah ditutup. Ia melihat pria itu berjalan memunggunginya. Meski pun wajahnya tidak tampak, tapi Arcello meyakini jika pria itu tidak asing baginya.

Di depan pintu kereta, tiba-tiba Arcello merasa pening. Telinganya berdengung, matanya berkunang-kunang. Kemudian satu demi satu sebuah bayangan muncul terbentang.

Bayangan tersebut hadir pelan-pelan. Dimulai saat Arcello melepaskan kepergian Gabriel. Hampir mati di tangan raja iblis. Bertengkar hebat dengan sang malaikat. Lalu saat Auryn meninggal. Ketika Arcello menerima perasaan Beezel. Momen seru merayakan tahun baru. Saat diberi hadiah oleh Gabriel. Ketika diberi kejutan ulang tahun.

Kenangan itu hadir semakin cepat, hingga membuat Arcello semakin pusing. Telinganya terasa pengang, bahkan pandangannya seakan mengambang. Ia pun sudah tidak kuat lagi berdiri. Dirinya mulai limbung, sambil berusaha berpegangan pada tiang di dekat pintu kereta.

“Mas! Mas kenapa?” Suara penumpang lain yang mencemaskannya terdengar menggema dan tumpang tindih di kepala.

Bayangan itu kembali hadir lebih cepat dan semakin cepat. Bertemu dengan para malaikat sahabat Gabriel. Pergi berlibur dan menyaksikan dua sahabatnya memadu cinta. Saat kedatangan atasan baru. Memberikan hadiah pada Gabriel. Saat bunga kesayangannya jatuh dan hampir mati. Terakhir, ketika untuk pertama kalinya Arcello bertemu dengan Gabriel. Hingga ia pun terdampar di meja kerjanya dalam kondisi tertidur.

“Woy! Tidur mulu!” Seseorang menggebrak meja kerja Arcello.

Arcello yang saat itu sedang tertidur pulas dengan kepala menindih kedua tangan yang ia lipat di atas meja pun langsung terperanjat dan terbangun.

“Astaga!” ucapnya spontan.

Namun ada satu hal yang membuatnya tercengang. Bukan karena ia kaget tidurnya tiba-tiba dibangunkan, tetapi kaget karena melihat seseorang yang kini tengah berdiri di hadapannya. Seseorang yang selama ini ia yakini telah meninggalkan dunia.

Arcello sontak berdiri sambil tak henti memandangi. Tanpa ditahan lagi, Arcello pun memekik senang sambil memeluk tubuh manusia di hadapannya.

“Kak! Ini beneran lu, kan? Gue nggak lagi mimpi, kan?” tanya Arcello dalam pelukan. Sementara orang yang Arcello peluk malah dibuat bingung dengan tingkah pria mungil itu Orang yang Arcello peluk adalah Auryn.

“Heh! Kenapa lu, Cell?” Tingkah Aneh Arcello tak ayal membuat Auryn keheranan. Begitu juga dengan Zach dan Bian yang berada tidak jauh darinya.

“Kenapa sama si Acil?” bisik Bian penasaran.

“Gue nggak tahu,” timpal Auryn sambil mengangkat bahunya.

Namun sesaat kemudian Auryn merasakan hal lain dari pelukan Arcello padanya. Ia merasa pria mungil itu benar-benar merindukannya. Entah apa yang terjadi pada Arcello, tapi Auryn berusaha memberi pengertian pada sang sahabat. Ia pun lamat-lamat membalas pelukan Arcello.

“Lu kangen ya sama gue?” tanya Auryn sambil bercanda. “Akh, baru ditinggal libur seminggu aja udah kayak gini. Apalagi kalau gue tinggalin mati.”

Ucapan Auryn yang terakhir membuat Arcello seketika melepas rangkulannya, lalu memandangi wanita itu dengan derai air mata. Melihat hal itu membuat Auryn terkejut. Ia meyakini bahwa ada kejadian berat yang telah Arcello lalui.

Arcello menggeleng pelan. “Please, jangan ngomong kayak gitu, Kak. Gue nggak mau kehilangan lu. Gue nggak mau lu pergi lagi dari hidup gue.” Ucapan Arcello semakin meracau, hal itu membuat Aruyn khawatir.

Auryn tersenyum. “Arcell, gue nggak bakal pergi ke mana-mana, kok. Lu tenang aja. Gue bakal selalu ada buat lu. Lu kan adek gue.” Auryn menenangkan Arcello. Sementara si pria yang menangis berusaha menghapus air matanya, meski ia masih tersedu-sedu.

“Uhh, cup-cup-cup! Sini gue peluk lagi biar lu tenang.” Auryn membawa tubuh Arcello masuk ke dalam dekapan. Dipeluknya dengan hangat si bungsu itu.

Zach dan Bian yang penasaran akan kondisi Arcello pun menghampiri Auryn. “Kenapa?” bisik Zach.

“Nggak apa-apa. Dia cuma lagi mellow aja. Mungkin lagi ingat papa mamanya.” Auryn menjawab rasa penasaran Zach dan Bian yang sama-sama mengkhawatirkan keadaan sang sahabat.

Dalam hati Arcello meyakini jika ingatannya telah diatur kembali.

oOo

Beberapa waktu setelah momen keharuan Arcello lewati, akhirnya ia kembali ceria. Bercengkerama dengan ketiga sahabatnya. Namun ada satu yang berbeda, Arcello makin lengket pada Auryn. Seperti adik yang tidak mau terpisah dengan sang kakak.

Di ruang kerja mereka bercerita ini dan itu, sementara di dalam hati Arcello muncul banyak pertanyaan atas apa yang terjadi. Kini ia mengingat semua kejadian-kejadian yang telah dilewati, yang bahkan sempat dihapus pergi.

Meski masih tidak percaya, atau merasa takut, tapi Arcello justru mensyukuri apa yang kini telah kembali. Malahan ego yang bergejolak di dalam hati mengharapkan hal yang paling ia ingini, yaitu kedua orang tuanya yang sudah lama pergi, juga sang malaikat yang rela mengorbankan hidup untuk selalu melindungi.

Tetapi dengan cepat Arcello menyadari. Ia tidak boleh menyesal. Ia sudah berjanji untuk melepaskan apa yang harus dilepas dengan tulus dan ikhlas. Arcello sudah sangat senang dengan kembalinya ia ke masa di mana ketiga sahabatnya masih lengkap. Itu sudah lebih dari cukup untuk Arcello.

Di tengah-tengah percakapan Arcello dan sahabatnya, tiba-tiba mereka diinterupsi rekan karyawan yang memanggil Arcello.

“Cell. Lu di panggil Pak Bos suruh menghadap sekarang,” ucap rekan Arcello.

Kini, ada pertanyaan lain yang muncul di benak Arcello, menanyakan siapa bos dirinya yang sekarang. Beezel kah, atau bukan.

Tidak ingin terlalu memikirkan, Arcello pun segera mengiakan. “Oke, Mas. Makasih, ya,” timpalnya.

“Eh, gue menghadap Pak Bos dulu, ya,” pamit Arcello.

Arcello pun meninggalkan ketiga sahabatnya yang masih berbincang. Dalam perjalanan menuju ruangan sang atasan, Arcello tidak berhenti menebak-nebak siapa sosok atasan yang akan ia hadapi.

Tidak lama kemudian, setelah ia mengetuk pintu ruangan kepala divisi, Arcello pun mendapatkan jawaban atas keresahan yang mengusik batinnya. Ia tersenyum melihat sosok atasan di hadapannya. Ia adalah pak Rama. Arcello pun bernapas lega.

Kini Arcello duduk di depan pak Rama. Sang atasan terlihat serius memeriksa pekerjaan pada layar tabletnya. Sementara Arcello malah senyum-senyum sendiri, hingga membuat sang atasan bergidik ngeri.

“Tumben banget kamu senyum-senyum? Biasanya kalau saya panggil, kalau nggak cemberut, ya muka kesal yang kamu tunjukkan pada saya,” sindir pak Rama.

Semua orang satu divisi tahu jika hubungan antara sang atasan dan pria mungil itu tidak pernah benar-benar baik. Namun hari ini, sang atasan merasa heran melihat tingkah laku karyawannya.

Arcello tertawa ringan. “Saya janji, Pak. Mulai sekarang kalau ke sini bakalan senyum,” seloroh Arcello.

“Hmm, percuma. Sayanya juga nggak bakal di sini lagi,” timpal pak Rama.

“Hah, mau ke mana, Pak?” Arcello terkejut.

“Nggak ke mana-mana sih, cuma pindah ruangan aja, soalnya sekarang saya sudah naik jabatan.” Pak Rama tampak semringah.

Begitu juga Arcello, ia senang mendapat kabar tersebut. “Wah! saya ikut senang mendengarnya, Pak.”

“Iya. Kamu senang kan nggak bakal ketemu lagi sama saya?” tuduh sang atasan. Arcello pun menimpali dengan cengengesan.

Sang atasan hanya geleng-geleng kepala. “Oh ya, Cell, bukumu sudah selesai cetak?” tanya pak Rama.

“Sudah, Pak. Sudah siap launching,” timpal Arcello.

“Ya udah. Minggu depan kamu luncurkan, ya. Sekalian ngadain book signing buat penggemarmu.” Sang atasan memberi perintah.

“Tapi Pak, launching biasa aja deh, saya malas basa-basi,” timpal Arcello memancing perdebatan.

“Pokoknya harus ngadain book signing. No debat!” Sang atasan mengultimatum.

Arcello hanya menghela pasrah. “Baiklah, Pak.”

“Dan satu lagi, minggu depan ada atasan baru yang bakal gantiin saya. Saya harap kamu bisa bersikap baik sama atasan barumu, ya. Jangan diajak debat terus seperti sama saya. Oke?” Pak Rama mengingatkan Arcello.

“Oke, Pak. Tapi lihat sikon nanti ya, Pak,” jawab Arcello sambil tersenyum lebar.

“Akh sudah lah, tidak ada harapan!” Sang atasan pasrah melihat kelakuan karyawannya. “Ya sudah, kamu boleh balik ke ruanganmu.” Pak Rama pun mempersilakan Arcello pergi.

Arcello pun pamit meninggalkan ruangan kepala divisi. Namun sebelum meninggalkan pintu, pak Rama kembali berkata. “Arcello, maafin saya ya, kalau selama ini banyak salah sama kamu.”

Perkataan itu disambut maklum oleh Arcello. Senyumnya pun mengembang. “Sama-sama, Pak. Saya juga minta maaf,” timpal Arcello. Sang atasan pun hanya mengangguk menimpali.

Setelah pamit, Arcello pun langsung pergi meninggalkan ruangan kepala divisi. Di sepanjang jalan, ia memikirkan ucapan pak Rama. Ada sekelumit tanya yang bersarang di kepalanya. Yang membuatnya bertanya-tanya adalah mengenai siapakah sosok yang akan menggantikan posisi pak Rama sebagai atasannya. Namun Arcello tidak ingin terlalu memikirkan. Pikirnya, biarlah ia mengetahui seiring waktu berjalan.

* * * *

Team Jasun

tivery x noenu_

Terimakasih sudah membaca, tolong berikan bintangnya sebagai bukti kasih sayangmu
⭐⭐⭐⭐⭐

Janji, besok baca next chapternya ya...

Gak terasa 3 chapter lagi bakalan ending.
Terimakasih buat Readers yang mengawal
Gabriello sampai titik ini.
❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

12.6K 1.4K 44
bagaimana perasaan kalian jika dari kecil tidak pernah diperhatikan maupun mendapat kasih sayang kedua orangtua? pasti sakit bukan? itulah yang diras...
24.4K 1.4K 10
bagaimana mungkin aku seorang CEO menjadi baby boy mu bodoh-Ditto Tuan Semua itu karena takdir sayang -Dyo wang
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
364K 21.1K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...