Gabriello (Cetak ✅ │ Part len...

By tivery

76K 7.4K 2.1K

GABRIELLO adalah buku pemenang juara pertama untuk event menulis 50 days challenge Moon Seed Publisher. ____... More

-GABRIELLO-
-CAST GABRIELLO-
Day-1. Arcello Maqil
Day-2. Kejanggalan
Day-3. Makhluk Asing
Day-4. Gabriel
Day-5. Kesepakatan
Day-6. Penyesuaian
Day-7. Perkara Bunga
Day-8. Kenangan Penyembuh
Day-9. Keluar Rumah
Day-10. Hadiah Kecil
Day-11. Mulai Bergerak
Day-12. Bos Baru
Day-13. Beezel Fowk
DAY-14. Dilema
Day-15. Curahan Hati
Day-16. Romantis VS Komedi
Day-17. Angel's Party
Day-18. Sahabat Gabriel
Day-19. Hujan Minggu Sore
Day-20. Sebuah Distorsi
Day-21. Waspada
Day-22. Ancaman
Day-23. Inspeksi Dadakan
Day-24. Langkah Awal
Day-25. Rencana Liburan
Day-26. Melepas Senja Bersama
Day-27. Dalam Pelukan
Day-28. Kejutan Ulang Tahun
Day-29. Hadiah
Day-30. Perayaan Tahun Baru
Day-31. Getaran Perasaan
Day-32. Kegalauan Arcello
Day-33. Memintal Perasaan Kusut
Day-34. Cerita dan Rahasia
Day-35. Terjebak
Day-36. Dua Sisi Perasaan
Day-37. Yang Terlupakan
Day-38. Goyah
Day-40. Berduka
Day-41. Adu Domba
Day-42. Kejujuran
Day-43. Pengkhianat Sebenarnya
CETAK
Day-44. Di Ujung Kematian
Day-45. Amarah
Day-46. Perpisahan
Day-47. Restart
Day-48. Bidadari Laki-Laki
Day-49. Dunia Baru
Day-50. Gabriello

Day-39. Tragedi

581 90 38
By tivery

#Day39
Clue #Zan

Zan artinya curiga, waham.

* * * *

Di jam istirahat, Auryn sedang menggendong Bianza, kucing milik Bian yang kebetulan hari ini dibawa ke kantor karena baru diambil dari klinik hewan tadi pagi. Auryn memilih menjaga Bianza, sementara Bian dan Zach pergi makan siang. Soal makan siang, dia sudah bawa sandwich dari rumah. Lagipula dia merasa kasihan pada sang kucing yang sejak pagi berada pada kandang kecil.

"Jagain bayi aku ya Kak, jangan sampai dia kabur ke atas. Soalnya dia suka banget main ke atas." Bian juga mengingatkan Auryn agar tidak membiarkan kucingnya kabur ke atas. Atas yang dimaksud adalah satu lantai di atas ruang kerja mereka.

"Beres! Bianza aman sama gue," timpal Auryn meyakinkan.

"Oke deh kalau gitu. Kita pergi dulu, ya," pamit Bian pergi bersama Zach. Mereka juga berjanji membawakan kopi kesukaan Auryn ketika mereka pulang nanti.

Sesaat setelah Bian dan Zach pergi, Arcello masuk ke ruangan. Dia langsung terburu-buru mengemasi barang-barang ke dalam tas di meja kerjanya. Melihat itu, Auryn pun mendekat.

"Au, lu nggak istirahat, Kak?" tanya Arcello.

"Gue lagi pengen main sama kucingnya Bian," jawab Auryn.

Melihat sang sahabat tampak sibuk berkemas, Auryn pun tidak menunda lagi pertanyaan. "Mau ke mana lu, Cell, jam segini udah beres-beres?" tanyanya penasaran.

"Iya nih Kak, gue izin kerja setengah hari. Ada hal yang mesti gue urus di rumah," terang Arcello yang hanya ditimpali anggukan Auryn.

Sebelum Arcello pergi, Auryn menghampiri. Ia pun langsung memeluk pria mungil itu dengan perasaan senang. Tetapi sebelumnya, ia menaruh Bianza di atas meja Arcello.

"Selamat ya, Cell. Gue masih nggak sangka lu sekarang udah punya pasangan. Gue senang banget akhirnya lu nggak jomlo lagi." Auryn memeluk hangat Arcello.

Mendapat perlakuan seperti itu, awalnya membuat Arcello keheranan, namun ia paham apa yang sahabatnya rasakan. Arcello pun membalas pelukan Auryn. "Thanks, ya, Kak," timpalnya.

Setelah melepaskan pelukannya, Arcello pun pamit pulang pada Auryn. "Kak, gue pulang duluan ya. Kalau ada yang tanya, gue udah izin sama Pak Beezel," pamit Arcello.

"Beres pacarnya bos!" seloroh Auryn menggoda Arcello.

"Sialan lu, Kak," umpat Arcello sambil tersenyum. "Ya udah, gue cabut, ya. Bye!" Arcello pun melambaikan tangan sambil pergi.

"Hati-hati di jalan, Cell," balas Auryn.

Setelah Arcello pergi, Auryn menyadari jika ia sempat melepaskan Bianza dan menaruhnya di atas meja. Namun kali ini sang kucing sudah tidak ada di tempat. Auryn tampak cemas. Ia berusaha memanggil sambil mencari di sekitar ruang kerjanya, tapi ia tidak menemukannya.

"Aduh! Di mana ya?" gumam Auryn kebingungan.

oOo

Dari celah pintu yang sedikit terbuka di ruang kerja Beezel, samar-samar terdengar percakapan yang cukup serius. Sang kepala divisi sepertinya sedang kedatangan tamu, tetapi tidak dapat dipastikan siapa tamu yang mengunjungi karena sempitnya celah membatasi penglihatan. Yang terlihat dari celah pintu hanyalah Beezel yang tampak ketakutan.

"Maaf! Saya rasa itu tindakan gegabah, Tuan." Beezel terdengar membantah perintah dengan suara yang bergetar.

Mendapat bantahan dari Beezel, sang tamu terdengar geram. "Apa kau bilang?"

Dengan murka, sang tamu yang belum diketahui sosoknya serta-merta mencekik Beezel dan mengangkatnya dari atas lantai. Hal itu membuat Beezel kewalahan menahan sesaknya napas dan nyeri karena cekikan.

"Kau berani membantahku?" Kali ini sang tamu berteriak di hadapan Beezel.

Tampaklah sesosok makhluk tinggi berjubah serba hitam lengkap dengan penutup kepalanya. Matanya melotot merah menyala. Kuku jari yang mencengkeram leher Beezel tampak pajang dan tajam.

"Ti ... dak ... Tu ... an. Maafkan ... saya." Beezel kewalahan menjawab pertanyaan.

Sosok makhluk itu menarik Beezel hingga tepat di depan wajahnya. Sangat dekat. Dengan cekikan yang masih mengunci leher Beezel yang tak berdaya.

"Ingat! Berani kau melawan perintahku, akan aku habisi seluruh keluargamu hingga tidak tersisa, bahkan tulangnya sekalipun." Sosok bergigi tajam yang menyeramkan itu mengancam Beezel dengan serius. Kemudian ia melepaskan cekikannya dengan kasar hingga Beezel terlempar ke lantai.

Beezel terbatuk-batuk, sambil mengatur napasnya yang tersengal-sengal setelah sosok menyeramkan itu melepaskan cengkeraman dari lehernya.

Sementara itu, Auryn yang tengah mencari Bianza hingga ke depan ruangan sang atasan, akhirnya menemukan kucing milik sahabatnya itu.

"Bianza-Bianza. Gue cariin ke mana-mana, ternyata lu ada di sini?" gerutu Auryn sambil menggendong sang kucing, namun tidak sengaja, ia menguping pembicaraan Beezel dengan seseorang yang tidak dapat Auryn pastikan.

Auryn mematung melihat percakapan Beezel dari celah pintu yang sedikit terbuka sambil menggendong Bianza.

"Aku sudah terlalu sabar menunggu tindakanmu. Jika memang tak ada cara lain, Aku hanya ingin kau membunuhnya! Itu lebih baik dari pada klan Langit yang menguasai kekuatannya."

Auryn terperanjat saat mendengar lawan bicara Beezel menyentak sang atasan dengan perintah yang membuatnya mendadak gemetaran.

"Hah? Apa katanya?" gumam Auryn tidak yakin. Ia pun beringsut lebih dekat pada pintu agar bisa menguping lebih jelas.

"Sebentar lagi Tuan. Saya sudah katakan, sinyal kekuatannya sudah muncul. Kita hanya perlu menunggu sebentar lagi. Saya yakin pasti ada cara lain, selain membunuhnya." sekali lagi Beezel mencoba meyakinkan pada seseorang yang ia panggil Tuan.

"Omong kosong! Kau pikir aku tidak tahu? Kau sudah menaruh hati padanya. Jadi kau lebih memilih seluruh keluargamu kuhabisi, hanya demi bocah tengik itu?"

Auryn masih tidak paham dengan inti pembicaraan yang ia dengar. Ia hanya menangkap jika sang atasan diperintahkan untuk membunuh seseorang. Auryn mulai menaruh zan pada Beezel. Ia menebak-nebak dengan serius, kemungkinan sang atasan merupakan orang jahat.

"Bukan seperti itu, Tuan. Hanya saja, beri saya waktu. Saya pasti menemukan cara lain untuk mendapatkan kekuatannya. Saya janji! Ini yang terakhir." Beezel memohon agar diberi kesempatan. Namun sang tuan tidak ingin mendengar alasan lain.

"Tidak! Aku sudah terlalu bersabar. Bagaimana kalau Langit mendahului? Kita pasti binasa! Kau paham?"

"Tolonglah Tuan, saya tidak sanggup melakukannya. Saya mencintainya." Ucapan Beezel terdengar lirih.

"Bodoh! Salah siapa kau melibatkan perasaan? Kau hanya menunda-nunda untuk menghabisinya. Dan kali ini kau malah jatuh cinta padanya." Sang tuan mencerca habis-habisan.

Mendengar percakapan yang merujuk pada sebuah hubungan yang tengah dijalani Beezel, Auryn merasa zan kalau target yang mereka bicarakan adalah sahabatnya, Arcello. Namun ia masih belum yakin. Ia bertekad untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin demi memastikan kecurigaannya.

"Kalau kau tidak becus menangani bocah itu, biar aku yang akan membunuhnya." Sang tuan mengancam Beezel.

"Jangan Tuan! Saya mohon. Sekarang saya sudah lebih dekat dengannya. Saya yakin, tidak lama lagi saya akan menemukan caranya. Saya janji!" Beezel menangkupkan kedua tangan di dada sambil memohon pada sosok yang berdiri di hadapannya.

"Sampai kapan kau memintaku menunggu, Hah? Sampai seluruh keluargamu kuhabisi lebih dulu?"

Beezel benar-benar dilanda dilema. Bagai memakan buah simalakama, Beezel dihadapkan pada dua hal yang paling menyakitkan. Ia menggeleng pasrah. "Tidak," ucapnya parau.

"Baiklah. Jika kau terus berkelit, jangan salahkan aku jika seluruh keluargamu kubantai. Termasuk kau, Beezel!" ancam sang tuan.

"Aku akan menanggung semua. Tapi tolong, jangan sakiti Arcello. Jangan membunuhnya. Saya mohon!"

Bagai tersambar petir. Auryn yang mendengar nama Arcello disebutkan Beezel sontak terperanjat. Mulut dan matanya terbuka lebar tak percaya. Ia tidak menyangka, pembicaraan yang sejak tadi ia dengarkan adalah sebuah rencana pembunuhan terhadap sahabatnya. Kecurigaan yang Auryn tujukan pada sang atasan ternyata tepat sasaran. Ia tidak menyangka jika selama ini Beezel mendekati Arcello hanya karena menunggu sahabatnya lengah, lalu menghabisinya.

Dari ruang kerja, Beezel menyadari keberadaan seseorang di balik pintunya. Cepat-cepat ia menoleh untuk memastikan. Ia terkejut melihat sekelebat orang yang ia kenali pergi buru-buru dari depan ruangannya. Beezel pun menggeleng kepala, pasrah.

oOo

Setibanya dia di ruang kerjanya,Auryn cepat-cepat menaruh Bianza ke kandangnya. Awalnya ia merutuki hilangnya si kucing, tetapi berkatnya, Auryn mengetahui satu kenyataan yang krusial menyangkut keselamatan Arcello. Ia belingsatan karena panik, cemas, takut, bercampur menjadi satu.

"Gue mesti cepetan ngasih tahu Arcell," gumam Auryn berniat untuk menelepon sahabatnya. Ia bahkan tidak mengirim pesan karena masalah itu ingin Auryn sampaikan secara lisan, agar tersampaikan dengan jelas tanpa ada salah paham.

Auryn langsung menghubungi Arcello, namun beberapa kali ia mencoba, sahabatnya yang terancam itu tidak menjawab panggilan.

"Astaga, Cell. Di mana sih lu? Angkat dong!" Auryn bermonolog dalam kekhawatiran.

Auryn yang sudah tidak sabar, berniat pergi menyusul Arcello ke apartemennya. Ia pun segera berkemas. Bukan hanya itu saja alasannya meninggalkan kantor. Ia yakin jika Beezel sempat melihatnya, dan ia pun takut jika sang atasan turut menjadikannya target incaran.

Cepat-cepat Auryn pergi meninggalkan ruang kerja sambil terus mencoba kembali menghubungi Arcello. Sesaat keluar dari ruangan, Auryn berpapasan dengan Zach dan Bian.

"Ryn, kopi lu nih," ucap Zach saat melihat Auryn berjalan ke arahnya.

Bukan bermaksud mengabaikan Zach dan Bian, Auryn justru malah melewati kedua sahabatnya yang baru pulang makan siang itu. Melihat sikap sahabatnya yang tak acuh, Zach dan Bian pun keheranan.

"Babe, Kak Ryn marah kali ya karena kita lama?" tanya Bian memastikan.

Zach berpikir sejenak. "Masa sih? Kita pergi cuma tiga puluh menitan, kan?" Zach tidak berpikir jika sahabatnya mengabaikan karena marah padanya dan Bian.

Zach dan Bian benar-benar dibuat bingung dengan tingkah aneh sahabatnya yang tiba-tiba pergi dengan rusuh, seperti sedang didesak sesuatu hal yang penting.

Disaat Auryn baru saja keluar meninggalkan gedung tempatnya bekerja. Ia masih mencoba menghubungi Arcello. Ia juga tampak celingukan mengawasi kemungkinan dirinya diikuti.

"Cell, angkat dong! Ini penting banget," rutuk Auryn masih menunggu panggilannya dijawab.

Sambil berjalan menjauhi kantornya, Auryn memesan ojek online dan menunggu di bawah lampu merah. Ia menunggu dalam gamang. Tiba-tiba Auryn merasa sedih dan bersalah.

"Kalau sampai terjadi sesuatu sama Arcell, gue bakal nyesel banget. Karena gue yang nyaranin dia buat milih si bajingan Beezel. Gila! Gue nggak pikir jauh waktu si iblis itu tiba-tiba bisa dekat sama Arcell. Sorry Cell, gue nyesel banget!" Auryn merutuki kesalahannya.

Ojek online yang Auryn pesan ternyata terjebak macet dan malah membatalkan sepihak. Auryn benar-benar kesal sampai keluar umpatan kasar dalam monolognya untuk si tukang ojek tersebut.

Merasa tidak ada pilihan, Auryn pun memutuskan pergi menyeberang untuk sampai ke halte bis transkota. Tetapi, tiba-tiba Arcello menelepon. Cepat-cepat Auryn mengangkatnya.

"Halo, Cell. Lu di mana?" tanya Auryn rusuh.

"Halo Kak, gue baru sampai di apartemen. Ada apaan?" Arcello memberitahukan keberadaannya.

"Ya udah, gue ke tempat lu sekarang. Ada yang ingin gue omongin sama lu. Penting!" ucap Auryn sambil menginjakkan kaki di aspal. Namun saat ia hendak melewati zebra cross, lampu penyeberangan berwarna merah.

Sebuah motor berkecepatan sedang melaju ke arah Auryn, dan nyaris menabraknya. Untung saja Auryn cepat-cepat menghindar.

"Monyet lu! Mau mati lu?" umpat si pengendara motor sambil melaju.

Auryn mendadak lemas setelah hampir tertabrak, hal itu membuat Arcello terdengar panik di balik telepon.

"Kenapa, Kak?" tanya Arcello memastikan.

"Nggak apa-apa," jawab Auryn tidak ingin membuat Arcello khawatir.

Sesaat Auryn menunggu hingga lampu penyeberangan berwarna hijau. Saat sudah menyala, Auryn pun segera berlari menyeberang sambil menelepon Arcello.

"Cell, gue minta lu hati-hati. Lu mau dibunuh, Cell." Auryn memperingatkan Arcello.

Arcello gelisah. "Siapa yang mau bunuh gue, Kak?" tanya Arcello penasaran.

Namun saat Auryn tepat di tengah-tengah jalan, sebuah sedan melaju dengan kencang ke arahnya. Ia sudah tidak sempat menghindar, karena seper sekian detik kemudian dirinya sudah tertabrak.

Ah! Ternyata aku terlambat. Auryn meratap sesaat sebelum dirinya dihantam mobil itu.

Suara benturan terdengar kencang saat Auryn tertabrak. Tubuhnya melayang lalu terpental hingga ke tepi jalan. Seketika tubuhnya bermandikan darah di atas aspal. Sementara mobil yang menabraknya sudah melarikan diri jauh sekali.

Arcello mendadak lemas karena suara janggal dan keributan yang terdengar dari ponselnya. Tubuhnya gemetar. Lidahnya mendadak kelu.

"Halo, Kak? Kak lu kenapa?" Arcello bertanya panik, tapi Auryn tidak menjawab. "Kak jawab gue, Kak. Please jangan bikin gue panik. Halo? Kak Ryn?"

Arcello merasa terpukul. Walau tidak tahu pasti, tapi ia yakin jika Auryn telah mengalami kecelakaan. Tangis pun jatuh tidak tertahankan.

Sementara Auryn yang tergeletak di atas aspal, lamat-lamat sudah tidak bisa merasakan apa-apa. Sedikit demi sedikit tubuhnya mulai terasa dingin. Pandangannya mengabur. Pendengarannya menggema. Napasnya tersengal-sengal.

"Arcello, maafin aku," pungkas Auryn menyesal.

Dengan sisa kesadarannya, Ia menyadari sesosok yang pernah ia lihat dulu, saat kecelakaan yang merenggut ayahnya, kini dia tengah bersimpuh di hadapannya. Auryn masih sempat menggulir bola matanya pada wajah sosok di hadapannya.

Akh! Ternyata kau, Azrael. Auryn membenak saat ia tahu jika sosok itu adalah pria yang selama ini ia dekati. Pria yang semalam mendengarkan ceritanya, lalu memperingatkannya agar hati-hati. Setelah ia memastikan, Auryn pun tertidur dengan tenang.

* * * *

Team Jasun

tivery x noenu_

Terimakasih sudah membaca, tolong berikan bintangnya sebagai bukti kasih sayangmu
⭐⭐⭐⭐⭐

Janji, besok baca next chapternya ya...

Continue Reading

You'll Also Like

689K 33.8K 54
Athalia terbangun di dunia novel dan menjadi pemeran antagonis? Oh tidak, bagaimana bisa? Pokoknya ia harus merubah jalan cerita ini! [Jangan lupa fo...
711K 88.9K 54
Diterbitkan oleh Novelindo Publishing [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] • Di rumah dan di sekolah sifatnya beda 180 derajat • Seperti apa perasaan lo ket...
PERMEN, GAN? By Dee

Teen Fiction

1.3M 151K 56
[Boyslove] Taksa Chris Adinata dan Danish Janu Baskoro itu dua cowok gagah tampan pimpinan geng motor, musuh bebuyutan, pokoknya udah mendarah daging...
65.6K 6.9K 25
❝𝑰 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒕𝒐 𝒕𝒉𝒆 𝒑𝒐𝒊𝒏𝒕 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒘𝒐𝒓𝒅𝒔 𝒂𝒓𝒆𝒏'𝒕 𝒆𝒏𝒐𝒖𝒈𝒉.❞ Sebuah definisi love-hate relationship. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ�...