ALYNE

By plantsfav

4.4K 236 78

"Selesai nangis nya, hm?" "....." "Asal kamu tahu, aku disini bukan untuk lihat kamu kayak gini," Rangga mena... More

ALYNE - 1
ALYNE - 2
ALYNE - 4
ALYNE - 5
ALYNE - 6
ALYNE - 7
ALYNE - 8
ALYNE - 9
ALYNE - 10
ALYNE - 11
ALYNE - 12
ALYNE - 13
ALYNE - 14
ALYNE - 15
ALYNE - 16
ALYNE - 17
ALYNE - 18
ALYNE - 19
ALYNE - 20
ALYNE - 21

ALYNE - 3

267 14 0
By plantsfav

Happy Reading!!




"Aku mau jalan sama mereka."


Niat ingin me-refresh kan pikiran hampir saja batal karena tidak mendapat izin dari sang kekasih. Alyne berusaha melepaskan cengkraman tangannya dari Rangga. "Lepasin, nggak?"

"Enggak."

Alyne menggeram kesal, menatap permusuhan Rangga yang menampilkan wajah dingin. Cowok ini benar-benar menyebalkan.

"Gue bilang masuk," Rangga masih bisa menahan diri untuk tidak meletup-letup kali ini. Dirinya sudah cukup sabar menghadapi kelakuan kekasihnya yang keras kepala.

Tidak bisa dipungkir bahwa ia khawatir karena gadis itu sempat mengeluh perutnya sakit dan sekarang wajahnya terlihat sedikit pucat. Rangga tidak akan membiarkan Alyne keluar hari ini.

"Bener kata Rangga, mending lo istirahat aja deh Lyn, lihat muka lo pucat tuh," Calista yang tak mau kena amukan Rangga ikut membujuk.

Aletta mengangguk setuju, "Kita masih bisa main besok."

Baik Aletta maupun Calista mengode agar gadis itu menurut. Demi apapun Rangga sangat menyeramkan saat marah dan mereka tidak mau terkena imbasnya, cukup sekali saja mereka merasakannya.

Sedangkan Keyza hanya mengangguk-angguk saja dari tadi. Emang pada dasarnya agak lolot ya gitu.

"Tenang aja, traktiran gue masih berlaku kok," Calista menambahi. Ia sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur, "Gue duluan ya!"

"Gue juga deh, bye Alyne!" Aletta pergi bersama Keyza, meninggalkan Alyne yang sudah memasang wajah masam.

"Ngeselin banget! Awas kamu jangan deket-deket aku!"

Rangga duduk di kursi kemudi saat memastikan Alyne sudah duduk dengan tenang. Memasangkan sabuk pengaman dan mulai menjalankan mobilnya keluar dari area parkiran sekolah.

Tangannya meraih salah satu tangan Alyne lalu menggenggamnya dan mengelusnya menggunakan ibu jari, "Bunda kangen sama lo."

" ... "

"Ke rumah gue ya?"

Alyne bergumam sebagai balasan. Menyandarkan kepalanya pada jendela seraya memejamkan mata, berusaha menghiraukan keberadaan Rangga lantaran masih merasa kesal.

Mobil berhenti di depan supermarket kemudian Rangga keluar tanpa mengatakan apapun.

"Gue nggak diajak, cih," cicit Alyne pelan. Menatap punggung cowok itu yang menghilang di balik pintu dan kembali memejamkan mata.

Tidak tahu saja Rangga kembali dengan membawa kresek penuh berisi es krim dan makanan ringan.

.♡ 🦋☁️

"Yaampun anak gadis bunda."

Alyne membalas pelukan bunda Lina—bunda Rangga—dengan erat. Menampilkan senyuman manis saat wanita tersebut memberi banyak kecupan pada pipinya.

"Kamu kemana aja nggak pernah datang jengukin bunda? Bunda kangen banget tahu."

Alyne tersenyum canggung, melirik Rangga minta pertolongan.

"Kamu ganti baju dulu gih. Bunda mau siapin makan malam buat kalian," pelukan keduanya terlepas, Bunda Lina mengelus kepala Alyne seraya tersenyum dan berlalu pergi.

"Iya, Bunda."

Beralih menatap Rangga garang, seketika matanya berbinar saat cowok itu mengulurkan kresek yang tadi ia beli. Menyambarnya dengan tidak sabaran lalu membawanya ke sofa dan duduk disana.

"Wahh ... semuanya buat aku?"

"Iya."

Rangga hanya diam melihat Alyne yang melahap dua es krim sekaligus. Lucu sekali.

Biar saja jika nanti perutnya sakit, setidaknya ia berhasil melarang gadis itu untuk pergi keluar bersama teman-temannya.

Hanya kali ini karena kemarin bundanya meminta ia untuk membawa Alyne ke rumah. Katanya sudah sangat lama mereka tidak bertemu dan Bunda Lina ingin Alyne menemaninya malam ini.

Berhubung ayahnya sedang ada perjalanan bisnis keluar kota dan dirinya harus pergi membantu di kantor nanti malam, Rangga menyetujui untuk membawa Alyne ke rumahnya.

Tidak heran, di usianya yang masih muda Rangga berhasil menguasai banyak hal mengenai perusahaan, atas tuntunan sang ayah tentunya. Alasannya karena ia merupakan pewaris tunggal yang harus siap menggantikan posisi ayahnya sewaktu-waktu.

Rangga tentu tidak keberatan, karena pada dasarnya Ia suka bergelut dengan tumpukan kertas yang berisi angka-angka beserta berbagai macam tulisan yang tertera.

Rangan berjalan mendekat, membersihkan pipi gadis itu yang terkena es krim. Tangannya menahan saat Alyne hendak mengambil es krim lagi, "Jangan banyak-banyak, mau tambah sakit perut?"

Alyne mencebik, "Katanya buat aku semua, jadi biar aku habisin sekarang."

"Aduh!" Alyne mengaduh begitu merasakan sentilan di dahinya.

"Sisanya taruh di kulkas," Rangga melangkah menuju tangga, "Gue tunggu diatas!"


.♡ 🦋☁️


Alyne menampilkan wajah cemberutnya, menatap Rangga memelas lantaran ia diberi hoodie milik cowok itu untuk ia pakai malam ini. Tubuhnya sampai tenggelam dan dirinya terlihat sangat kecil sekarang.

"Besar banget ... "

Rangga tertawa pelan, demi apa pun kekasihnya ini sungguh menggemaskan, "Badan lo aja yang kecil."

"Sembarangan! Aku ini paling tinggi diantara semua cewek di kelas!"

"Iya iya yang paling tinggi," Merangkul leher Alyne dan membawanya keluar dari kamar.

"Nanti temenin bunda ya? Gue harus bantu papa di kantor."

"Papa kamu nggak pulang?"

Rangga menggeleng, "Lagi di luar kota."

Alyne mengangguk-angguk tanda mengerti. Dengan jahil ia mencubit perut cowok itu, "Bawain martabak manis, ya ya ya ... "

"Bukannya kemarin udah?"

"Itu kemarin, sekarang mau lagi. Kamu bilang ke amangnya minta banyakin susun terus tambah keju yang banyak, aku mau yang panas."

"Siap, cantik!"

Alyne tersipu mendengarnya. Ia bergegas melepas rangkulan Rangga dan berlari menuju dapur. "Dasar buaya!"

Sesampainya di dapur Alyne melihat bunda Lina yang sedang memasak lalu mendekatinya, "Biar Alyne bantu, bunda."

"Kamu bantu cuci sayuran terus di potong-potong ya."

Alyne melakukan sesuai yang di perintahkan, ini bukan pertama kalinya jadi ia bisa menyelesaikan dengan baik. Mencuci dan memotong sayuran merupakan nilai plus bagi Alyne yang notabane nya tidak bisa masak.

"Habis ini diapain, bun?"

"Kamu rebus air dulu, kalo udah mendidih baru dimasukin."

Beberapa menit kemudian semua makanan sudah matang dan siap dihidangkan. Alyne menata semuanya di meja makan di bantu oleh pelayan, tak lupa juga menyiapkan alat makan untuk Rangga dan Bunda Lina.

Alyne pergi memanggil Rangga di ruang tengah selagi menunggu Bunda Lina selesai membersihkan diri.

"Rangga, makan malam udah siap."

Cowok itu berdehem pelan tanpa mengalihkan pandangan dari laptop di atas pahanya. Dibalut setelan jas dengan lengan yang dilipat sebatas siku, pesona Rangga mampu membuat hati Alyne terporak-poranda.

Dalam hati Alyne memuji. Tentu saja siapapun akan mengagumi ketampanan pria muda itu, belum lagi tubuh tingginya yang tegap  mungkin membuat banyak kaum adam iri saat melihatnya.

.♡ 🦋☁️


Malam ini Alyne habiskan waktunya untuk bersenang-senang bersama Bunda Lina. Dua wanita berbeda usia tersebut melakukan banyak hal hingga larut.

Alyne bukan tipe orang yang mudah bergaul, bahkan untuk memulai pembicaraan saja sulit baginya hingga ia sering dikatai sombong oleh orang lain.

Siapa peduli? Selama mereka tidak membuat keributan itu bukan sesuatu yang harus di permasalahkan bukan?

Namun saat bersama bunda Lina, Alyne selalu bisa mengeluarkan isi hatinya dengan bebas.

"Sudah malam, kamu tidur gih. Bunda baru saja minta bibi nyiapin kamar untuk kamu malam ini."

"Alyne nunggu Rangga aja deh bun. Dia janji mau bawain martabak manis." Alyne terseyum malu-malu saat mengatakannya.

"Bunda tidur aja, kelihatan udah ngantuk gitu," Lanjutnya.

"Bunda duluan ya, kamu jangan malam-malam tidurnya," beranjak pergi meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Alyne menyalakan televisi guna menghilangkan rasa bosan lantaran tidak ada ponsel untuk di mainkan. Niatnya ia akan membeli yang baru besok sepulang sekolah sekalian bermain bersama teman-temannya.

Jarum jam menunjukkan pukul 22.18 dan Alyne sudah menunggu selama 1 jam lebih. Suasana rumah sudah sepi karena semua pelayan sudah kembali ke rumah khusus yang terletak tak jauh dari rumah utama. Semua lampu dipadamkan, menyisahkan bagian yang saat ini Alyne tempati.

Hingga suara seru mobil berhenti di pekarangan rumah sontak membuat gadis itu lompat dari sofa dan buru-buru memakai sandal rumahnya. Baru saja akan membuka pintu, suara tapakan sepatu di lantai marmer yang dingin itu membuat pergerakan Alyne terhenti.

Rangga menatap Alyne dengan mata tajamnya, perlahan mendekati gadis itu dan berhenti tepat di depannya. "Kenapa belum tidur?"

Seketika tubuhnya merinding mendengar suara berat pemuda itu, Alyne mengerjap. "Kamu lama banget, aku udah nunggu dari tadi."

"Nunggu gue atau nunggu martabak?"

Alyne meringis malu. "Dua-duanya deh."


SEE YOU NEXT CHAPTER ♥♥


Hollaaa!!
Maaf ya part ini sedikit gak nyambung dan mungkin sedikit berantakan. Bener-bener susah karena ide aku lagi gak jalan dan beberapa hari inibaku lagi usaha untuk buat alur cerita yang bagus. Mohon pengertiannya!!

  Hai teman-teman mohon dukungannya untuk cerita ini dengan menekan tombol bintang yaa..

Nggak lama kok cuma tis aja.

You guys can also follow my instagram for another updates
@plantsfavpages

Continue Reading

You'll Also Like

DEAN By i'mxey

Teen Fiction

142K 5.6K 11
Judul Awal :Not Just Friend ->Best boyfie Friend --> Dean (FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) 《Sebuah cerita persahabatan yang melibatkan perasaan》 "Jika kita...
2.1M 96.4K 69
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
5.1K 380 18
Ares adalah pria tampan dan berhati dingin. Hubungannya dengan saudara laki lakinya yaitu Mario tidak baik, Suatu hari Mario di jodohkan, Ares kembal...
2K 284 15
Menjabat sebagai ketua kelas dan memiliki predikat selalu mendapat juara satu pararel membuat Shaka harus berurusan dengan Anindya-teman kelas sekali...