Black Pearl [Open PO]

By MarxSha69

20.8K 2.1K 444

Ombak membawaku padanya, kepada sang keindahan di Palung Mariana. Keindahan itu tersenyum lalu berkata, "Halo... More

PROLOG
Day 1 : Kehangatan Dari Dasar Laut
Day 2 : Kenangan Masa Lalu
Day 3 : Pertemuan Kembali
Day 4 : Hembusan Angin dan Riuh Ombak
Day 5 : Milikku
Day 6 : Pemahaman
Day 7 : Pernyataan
Day 8 : Malam Terakhir
Day 9 : Janji
Day 11 : Keteguhan Hati
Day 12 : Menyusuri Lautan
Day 14 : Pria Baik Tersenyum Cantik
Day 15 : Apakah sia-sia?
Day 16 : Kecemasan
Day 17 : Dia Yang Terlupakan
Day 18 : Langit Kelabu
Day 19 : Empati
Day 20 : Pria Malam Ini
Day 21: Lihat Dan Perhatikan
Day 22 : Keraguan
Day 23 : Meredup
Day 24 : Aku Yang Kau Lupakan
Day 25 : Tekad
Day 26 : Bukti
Day 27 : Embun Hati
Day 28 : Momento
Day 29 : Kepercayaan Yang Keliru
Day 30 : Hari Sial
Day 31 : Hilang Kendali
Day 32 : Permohonan Tegas
Day 34 : Kemarahan
Kabar Penting!!
Kabar baru!
PO!!!
haloo~

Day 33 : Penyesalan

289 48 3
By MarxSha69

#day33
#abet

Semacam kayak menghasut gitu yah hoho.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Keita memandang kearah pintu apartemen nya, tempat dimana Ryuu pergi meninggalkannya sendirian dengan pikiran nya sendiri.

Ia tidak kata-kata Ryuu yang memintanya untuk menjauhi Helios, tapi dirinya terlalu terkejut dengan fakta bahwa Ryuu mengatakan bayi Helios baik-baik saja yang artinya pria itu benar-benar sedang hamil.

Keita memejamkan matanya, kedua jarinya mencubit pangkal hidungnya dengan kuat sampai muncul warna kemerahan disana.

Sulit baginya untuk mencerna semua informasi sejak ia bangun dari koma nya, dan sekarang rasa bersalah terung menghantuinya seperti kutukan. Hatinya tidak pernah tenang semenjak ia meniduri Helios secara paksa, sejujurnya hatinya sakit dan ia tidak tahu bagaimana harus mengutarakannya jadi pada malam itu Keita memutuskan untuk meninggalkan Helios.

Sejak hari itu, secara perlahan ingatan-ingatan yang entah datang darimana menyerang seisi kepalanya sampai membuat Keita kewalahan termasuk ingatan tentang Helios.

Ingatan dimana mereka menghabiskan waktu bersama di Palung, betapa hangat senyum pria cantik itu dan betapa lembut perlakuannya. Semua itu muncul satu persatu ke dalam ingatannya secara langsung ataupun melalui mimpi.

Keita tidak bisa memastikan apakah itu bagian dari ingatannya atau hanya bentuk dari penyesalan nya, Keita terlalu takut untuk mencari tahu. Tapi hari ini Ryuu memukulnya bahkan pria itu sampai menangis karena tak kuasa menahan emosi di dalam hatinya, Keita tertegun. Namun otaknya seakan tidak mampu untuk memproses semuanya.

Untuk kesekian kalinya Keita kembali merasakan sakit kepala yang menusuk dari dalam kepalanya, ia pun mencengkram kepalanya kuat-kuat sampai ujung jarinya memutih.

"Akhhh..."

Keita meraih obat yang berada di laci sebuah meja kecil di samping sofa, menelannya tanpa bantuan air sedikitpun. Setelah serangan kesakitan yang membuatnya kesulitan bernapas, akhirnya rasa sakit itu pun reda setelah beberapa waktu.

Dihembuskannya napas perlahan untuk menstabilkan kinerja paru-paru nya yang sempat terhambat, setelah merasa lebih stabil akhirnya Keita bisa bersandar pada sandaran sofa dengan tubuh yang masih terselimuti keringat dingin.

Sesaat kemudian entah dorongan darimana, pria itu meraih jaketnya yang tergeletak secara asal di lantai lalu pergi ke luar apartemen nya.

Tidak ada gunanya berpikir, aku harus berbicara langsung dengan Helios.

Saat itu pukul sudah menunjukan jam 10 malam, meskipun Tokyo adalah kota tanpa tidur tetapi tetap saja tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sungai.

Keita juga tidak mengerti kenapa hati nya membawa ia ke jembatan sungai ini, kearah tempat dimana ia dan Helios bertemu dan mereka berdebat sengit.

Keita memandang kearah air sungai yang terlihat hitam pekat disertai pantulan lampu-lampu malam khas Tokyo, membuat sungai itu terasa lebih bersahabat di tengah auranya yang mencekam.

Beberapa saat kemudian Keita memalingkan pandangannya dan menatap kearah depan, tepat kearah dimana seorang pria dengan rambut perak yang di kuncir ekor kuda sedang berdiri menghadap ke sungai, terlihat bahwa pria tersebut sedang kalut dengan pikirannya sendiri.

Saat itu juga Keita langsung mempercepat langkahnya untuk menghampiri pria yang sudah sangat familiar itu.

"Helios."

Mendengar namanya dipanggil, Helios pun menoleh. Mendapati Keita sedang berdiri tidak jauh darinya sambil menatap luruh kearah dirinya, Helios pun seakan ingin pergi dari sana tapi dirinya menahan keinginan tersebut.

"Ya?"

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Keita.

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya, ada perlu apa kau dengan ku?"

Mendengar nada ucapan Helios yang terkesan datar, Keita pun tidak bisa menahan kebingungan dalam dirinya. Bukankah pria itu selalu berkata dengan nada lembut padanya.

"Aku, hanya ingin tahu apakah kau baik-baik saja."

"Aku baik-baik saja."

"Begitu."

Keita kehabisan kata-kata, dirinya hanya bisa menatap Helios yang juga sedang menatapnya dalam diam. Saat itu Keita bisa melihat bahwa luka di wajah Helios hasil dari pukulannya malam itu sudah pudar, bercak-bercak kemerahan di leher sampai ke tulang belikat pria itu sudah tertutup dengan plaster luka dan memar bekas cengkeramannya pun sudah mulai hilang.

Lagi-lagi ia merasakan rasa sesak di dadanya, entah sejak kapan Keita merasa bahwa bertatapan dengan Helios menjadi lebih sulit dari sebelumnya. Saat ini kesadaran nya seakan terbagi menjadi dua, satu ingin pergi dari sana lalu membunuh dirinya sendiri. Sedangkan yang lainnya ingin menjelaskan pada Helios serta meminta maaf pada pria itu sebelum ia membunuh dirinya sendiri.

"Helios, hm... Apa bayi kita baik-baik saja?"

"Bayi ku baik-baik saja."

Helios menggunakan kata 'ku' untuk menyebut darah daging mereka yang dimana Keita menyadari bahwa Helios sudah memutuskan hubungan antara bayi tersebut dengan Keita, saat itu juga pria bersurai hitam pekat tersebut sungguh merasakan penyesalan yang tidak bisa ia utarakan dengan kata-kata.

"H-helios?"

"Ya?"

"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu. S-saat itu aku hanya marah, aku melihat mu dengan Sasaki dan aku-"

Keita belum sempat mengakhiri kata-kata. Namun Helios sudah dengan tegas memotong ucapannya, pria itu enggan mendengar apapun lagi keluar dari mulut Keita.

"Lalu apa?" tanya Helios dengan nada dingin.

"Huh?"

Helios menghela napas berat, sebelum kembali memalingkan pandangannya kearah sungai.

"Pergilah."

"Helios, tolong dengar. Aku-"

"PERGILAH!"

Helios mendorong Keita yang mencoba mendekat padanya, deru napas pria itu terengah-engah seakan sudah sangat lelah menahan emosi di dalam hatinya. Tentu saja, Helios membenci dirinya yang memperjuangkan Keita sampai seperti ini dan apa yang ia dapat? Ia hampir kehilangan bayi nya, pearl hampir saja tidak selamat karena kelakuan keji dari ayah kandungnya sendiri, dari orang yang paling ia cintai selama hidupnya.

Helios tidak mampu lagi membendung air matanya, emosinya meluap-luap. Dirinya sudah tidak perduli lagi dengan bagaimana Keita memandangnya, saat ini dia sudah diujung batas kemampuannya.

Bagaimana tidak? Satu-satunya kerabat yang ia miliki di kota ini telah menghilang entah kemana, orang yang sangat ia cintai menyetubuhi nya dengan paksa sampai membuatnya pendarahan dan luka-luka, yang terparah adalah ia hampir kehilangan bayi yang selama ini dirinya jaga sepenuh hati.

Keita yang melihat tangis Helios semakin pecah, tidak bisa menahan kekhawatiran di hatinya. Baru kali ini ia melihat pria itu begitu rapuh, karena selama ini Helios yang ia kenal adalah Helios yang selalu tersenyum lembut padanya tidak perduli sekasar apa dirinya memperlakukan pria itu.

Ingin hati Keita menarik pria yang lebih kecil darinya itu kedalam pelukannya, mengusap panggungnya lembut sambil mengucapkan kalimat maaf berutang kali. Tapi apalah daya, baru saja tangannya hendak meraih Helios, pria bersurai perak itu menepis tangan Keita lalu mundur beberapa langkah.

"Helios? Aku tidak akan menyakitimu mu."

"Kau sudah menyakiti ku."

"Aku tidak akan melakukannya lagi, aku bersumpah."

Saat itu pula Helios mendongakkan wajahnya, ditatapnya Keita tepat ke manik mata pria itu.

"Apa kau pikir kau punya kesempatan untuk menyakitiku lagi? Keita... A-aku, sungguh aku bersumpah atas nama lautan. Kau adalah takdir terburuk yang pernah aku perjuangkan."

Mendengar itu sontak Keita terkejut, ditariknya tangan Helios secara paksa tanpa memperdulikan pria itu yang terus meronta.

Tubuh Helios lebih kecil darinya jadi tentu saja Keita lebih kuat dibandingkan pria cantik itu, dengan satu tarikan saja Helios udah berhasil masuk kedalam pelukan Keita.

Tangis Helios semakin pecah diiringi dengan rontaan nya yang semakin menjadi-jadi, hatinya sangat sakit dan karena hal itulah Helios menolak untuk kembali bersentuhan dengan pria yang sudah membuatnya hampir kehilangan bayinya.

"Helios, kumohon tenanglah."

"Lepaskan aku!"

"Tidak! Helios, katakan. Apakah kau membenci ku?"

Helios tidak menjawab, dirinya hanya bisa menangis lebih keras. Bagaimana bisa Keita bertanya seperti itu, tentu saja Helios membencinya tapi pria itu tidak pernah bisa benar-benar membenci Keita, karena bagaimanapun juga Keita adalah anak dari bayi di dalam kandungannya.

Keita yang menyadari bahwa Helios enggan menjawabnya pun menjadi semakin kalut, dirinya juga tidak tahu kenapa hatinya menjadi seperti ini. Awalnya ia hanya merasa menyesal karena telah menyakiti Helios tapi beberapa saat yang lalu perasaannya berubah menjadi hal lain yang sama sekali tidak ia mengerti yang jelas rasanya lebih menyakitkan dari pada penyesalan biasa.

Dengan perlahan Keita melepaskan pelukannya, Helios pun langsung menjauh beberapa langkah dari Keita sambil menetralkan napasnya.

"Ryuu bilang kau ingin pergi, jadi aku datang untuk bertanya langsung padamu. Helios, apa benar kau ingin pergi?" tanya Keita dengan nada lirih.

Helios tidak lagi menghiraukan Keita, dengan cepat ia berlalu menjauh dari Keita yang masih mematung melihat kearahnya, sesekali ia tersandung sampai jatuh tersungkur di tanah akibat rasa lemas di kakinya.

Helios lelah kembali bangkit, karena itu ia tetap terduduk diam di tempatnya terjatuh. Air mata terus menerus mengalir di wajahnya yang mulai pucat, matanya sembab dengan garis-garis halus kemerahan akibat pria itu mengusapnya dengan kasar.

Helios mendongak kearah bulan yang bersinar terang diatas kepalanya, dengan tatapan nanar ia memaki dirinya sendiri di dalam benaknya. Menyalahkan kebodohannya dan mengutuk takdirnya tapi jelas semuanya sia-sia, semuanya sudah terjadi.

Setelah beberapa saat menenangkan diri, ia pun bersandar pada sebuah pohon yang berdiri kokoh di sisi jalan tidak jauh dari tempatnya terduduk diam beberapa saat lalu. Tanpa ia sadari beberapa gerombolan orang datang mendekat kepadanya, dan dengan satu pukulan keras di belakang kepalanya. Tubuh Helios pun lunglai jatuh ke tanah, tapi kesadarannya tidak hilang sama sekali.

Salah satu dari gerombolan tersebut berkata, "dia tidak pingsan? Bagaimana? Apa perlu ku pukul lagi?"

"Tidak perlu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi." jawab seorang wanita yang berasal dari belakang tubuhnya.

Tubuh Helios lemas, bagian belakang kepalanya sakit. Ia pun jadi tidak bisa menolah untuk melihat siapa wanita tersebut, tapi tanpa menunggu waktu lama wanita tersebut menunjukkan dirinya sendiri kehadapan Helios.

"Hei, jalang kecil. Kita bertemu lagi."

Helios membelalakkan matanya, ia sangat terkejut saat mengetahui bahwa wanita tersebut adalah Hanabi.

Apa yang terjadi?

Helios merasa bingung dengan keadaannya sekarang, kenapa ia tiba-tiba dipukul dan kenapa Hanabi ada diantara orang-orang bertubuh besar ini?

Belum sempat ia mengatasi keterkejutannya, salah satu pria besar yang ada di sana langsung menarik tubuh Helios dari tanah dan membaringkan pria cantik itu dengan posisi telentang.

"Nona kaya, apakah kami boleh bermain-main dengannya terlebih dahulu? Kecantikan ini, sungguh sayang jika langsung membunuhnya begitu saja kan?"

Pria bertubuh besar yang berjongkok di sisi tubuh Helios pun menjulurkan lidahnya seakan menahan agar air liurnya tidak menetes keluar, Helios yang melihat itu seketika mengerti apa yang akan terjadi padanya, ia pun mencoba untuk meronta tapi usahanya sia-sia. Selain tubuhnya yang lemas, beberapa pria lainnya pun menahan tubuh Helios dengan sangat kuat sampai terasa menyakitkan.

"Lakukan apa yang kalian mau, setelah itu pastikan untuk membersihkan segala kekacauan yang kalian timbulkan agar para polisi tidak bisa mengendus keberadaan kita."

Hanabi menatap Helios dengan tatapan puas, seringai mengerikan pun tercetak jelas di wajahnya. Setelah memastikan bahwa Helios akan tamat malam itu, Hanabi pun berjalan menjauh kearah mobilnya. Namun sebelum dirinya benar-benar jauh dari Helios saat itu juga wanita itu berkata.

"Jangan salah paham padaku, Keita yang menginginkan ini tapi dia tidak tega juga harus turun langsung. Tenang saja ini bukan semacam Keita mengabet diriku sampai aku tega melakukan ini padaku, karena sejujurnya aku sangat membenci mu.

Nikmatilah malam ini dan pastikan kau melayani mereka dengan baik, hahahaha."

Pikiran Helios seketika menjadi kalut, tubuh nya bergetar akibat ketakutan yang tidak bisa ia jabarkan dengan kata-kata. Satu hal yang sangat ia takutkan adalah bagaimana kondisi pearl jika mereka semua memperkosanya malam ini, total dari semua pria itu adalah delapan orang yang tentu saja Keita tidak akan bisa menanggungnya apalagi bayi di dalam kandungannya.

Helios meronta semakin menjadi-jadi saat ia merasakan salah satu pria merobek kemeja yang ia gunakan sedangkan pria lainnya membuka celananya dengan paksa, Helios kembali menangis sambil meminta ampun.

"Berisik sekali."

Salah satu pria membuka mulut Helios dengan paksa, membentangkan sapu tangan lalu mengikatnya kebelakang kepala Helios setelah dirasa cukup untuk menahan suara dari pria bersurai perak itu. Tidak lupa juga pria lainnya menutup mata Helios dan mengikat tangannya ke belakang tubuhnya, membuat Helios semakin kesulitan untuk melepaskan diri.

Dengan kondisi mata yang tertutup membuat Helios semakin bergetar ketakutan, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh orang-orang tersebut kepadanya.

Dalam keadaan seperti itu teringat pada seseorang yang dulu sangat menjaganya, mencintainya, dan tidak membiarkannya terluka sedikitpun. Siapa yang tahu karena orang yang samalah ia berakhir dalam keadaan seperti ini, persetan dengan abet atau sesuatu. Helios ingin membunuh dirinya sendiri saat ini juga.

Ayah, ibu, kakak, maaf aku terlalu keras kepala. Chloe, maaf aku selalu membuat mu khawatir. Asahi-chan, ryuu-kun, maaf aku tidak mendengarkan nasihat kalian.

Keita...

--------bersambung

Cry (⁠ノ⁠ಥ⁠,⁠ _ ಥ⁠, )⁠ノ⁠彡⁠┻⁠━⁠┻

Continue Reading

You'll Also Like

BxB- MIRROR By Iman Saputra

Mystery / Thriller

12K 1.3K 10
Mario terkejut saat dirinya memandangi bayangannya sendiri di cermin, bayangannya itu berbicara kepada dirinya sendiri. "Lihatlah, betapa kasihannya...
281K 19.3K 37
Merupakan kisah seorang laki laki dengan asam dan manis dalam menjalani kehidupan. Peringatan! • merupakan cerita boys love, bagi yang homophobic to...
7.3K 468 10
Mate yang selama ini ia nanti-nantikan justru merupakan pelaku pembully adiknya.
5.3K 474 23
END (Mac & Ken) Menceritakan tentang sebuah sekolah sihir yang menyimpan begitu banyak misteri yang harus di pecahkan dan pencarian sang pengendali b...