L for Light

De ReidXWolf

27.8K 1.3K 265

"One day someone is going to hug you so tight. that all of your broken pieces will stick back together " Lau... Mais

PART 1.
Part 2.
Part 3
Part 4
Part 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
SPECIAL PART DENVER's HONEYMOON [ Disimpan Sayang ]
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
Part 28
Part 29
PART 30
Memory

PART 10

749 44 2
De ReidXWolf

my pleasure dedicated this part for @JasmineChoi15

Enjoy readers

Yang berusaha justru yang tersakiti -unknown

Wajah Jasmine mulai pias ketika melihat Andrew yang sedang bersiap memetik gitarnya. Tubuh Andrew mengarah padanya dengan tatapan yang tak sedetikpun teralihkan untuk memandangnya. Ada getar yang mengelitik hati Jasmine ketika mata mereka saling beradu. Selama ini ia selalu berusaha menghindar. Mengabaikan kehadiran lelaki itu tanpa sedikit pun memberinya kesempatan bahkan hanya untuk sekedar menatapnya. "Sudah lama sekali", ia membatin, dan ternyata tatapan itu masih sama.

Hangat, teduh, dan penuh kerinduan.

"Lagu ini untuk kamu dan ini tulus dari dalam hatiku, Jasmine," diiringi sorak dan tepuk tangan pengunjung yang bersemangat, Andrew mendekati mic dan mulai bernyanyi, menghayati setiap bait lagu.

Dulu memang aku pernah salah

Dan semuanya t'lah ku lakukan

Namun bukan berarti hidup dan cintaku

Tak tertuju padamu

Saat ini sejenak dengarkanlah sayang

Semua itu hanya perjalanan

Dan mungkin aku akan terjatuh lagi

Si kesalahan yang sama

Hanya satu inginnya hatiku

Hanya satu inginnya cintaku

Terima sebagaimana adanya diriku

Dan ku akan tetap mencinta

Kau yang buatku mengerti

Dimana harus ku kembali

Saat ku hancur dan terhempas di kesalahan yang sama

Jasmine menggengam kedua tangannya dengan gugup.Jauh dilubuk hatinya ia tak memungkiri jika ia juga masih menginginkan Andrew. Ia bisa merasakannya. Ketulusan yang mengiringi setiap kata yang terucap dari bait lagu yang Andrew nyanyikan. Ia memejamkan mata, meresapi indahnya alunan lagu yang seakan mewakili ungkapan perasaan Andrew untuknya. Seiring perasaan rindunya yang kian meluap, rasa kecewa akan sakit yang pernah pria itu berikan semakin terasa pula. Memaksa memori menyakitkan itu kembali masuk dan memenuhi otaknya.

Flashback

Jasmine melangkahkan kakinya memasuki lorong rumah sakit. Hari itu ia sengaja meluangkan waktunya untuk mengunjungi Andrew, calon suaminya. Sudah hampir dua minggu mereka tidak bertemu karna kesibukan Andrew sebagai seorang dokter dan Jasmine tidak sanggup lagi menahan rasa rindunya. Belakangan mereka hanya berkomunikasi melalui telpon dan itu pun terhitung jarang, harus mencuri waktu di sela kesibukan Andrew. Terkadang hal itu membuatnya kesal, tapi ia sadar tidak seharusnya ia egois. Itu memang sudah menjadi resiko pekerjaan tunangannya dan ia harus mengerti.

Semakin mendekati ruangan Andrew, Jasmine berusaha mempercepat langkahnya. Sebenarnya ia tidak tahan dengan bau obat-obatan yang ada di rumah sakit. Kadang ia tak habis pikir, bagaimana mungkin ada orang yang tahan berada di tempat ini sepanjang waktu, setiap hari. 'Seharusnya lain kali aku membawa masker', pikirnya asal.

Belum sempat langkahnya mencapai ruangan yang ditujunya, sayup-sayup Jasmine mendengar suara tawa yang sangat ia kenal. Ia mendekati sebuah ruangan di mana sumber suara tersebut berasal. Melalui celah pintu yang sedikit terbuka ia melihat Andrew yang sedang berbincang dengan seorang pasien perempuan. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi Jasmine menangkap keakraban yang terjalin di antara mereka. Andrew terlihat santai mengobrol dan sesekali ia tersenyum kecil. Ada rasa tidak suka yang hinggap di hatinya. Apa Andrew selalu seramah ini pada setiap pasiennya? Pemandangan di hadapannya ini sungguh membuatnya merasa tidak nyaman.

Mencoba berpikir positif, Jasmine memutuskan untuk menunggu dan memperhatian Andrew dari luar. Namun, rasa tidak suka itu semakin meluap saat ia melihat Andrewmendekatkan wajahnya kehadapan wanita itu. Apa yang ia lihat selanjutnya seketika membuat matanya membulat kaget. Hatinya seakan terkoyak saat menyaksikanwanita itu mencengkram kerah baju Andrew dan menariknya paksa.Dengan segera wanita itu menciumi Andrew, melumat bibir Andrew dengan brutal bagaikan macam yang kelaparan dan baru menemukan mangsa.

Jasmine sangat terpukuldan tanpa sadar ia melepaskan pegangan pintu dengan kasar membuat pintu itu tertutup meninggalkan suara berdebam. Ia berlari dengan segenap sisa tenaganya, berusaha memacu langkahnya untuk pergi sejauh-jauhnya dari tempat itu. Saat ia mencapai lobby dan sedang mencoba memberhentikan taksi, sebuah tangan menahannya.

"Jasmine aku bisa jelasin. Apa yang terjadi tidak seperti kelihatannya," pinta Andrew, berusaha menahan Jasmine yang mulai memberontak, mencoba melepaskan tangannya.

"Nggak perlu And, aku udah liat dengan mata kepala aku sendiri. Jadi gini kelakuan kamu!" Jasmine yang terlanjur kalut tak sanggup lagi menahan air matanya.Ia menangis sesegukan.

"Tolong dengarkan aku dulu. Kamu salah paham, Sayang" bujuk Andrew berusaha tenang.

"Denger apa lagi? Semuanya udah jelas. Kamu tau aku benci pengkhianat. Aku percaya kamu, And. Aku percaya sampai rasanya sama sekali ngga nyangka kamu bisa lakuin ini. Kamu udah nyakitin aku!" teriak Jasmine sembari menyeka airmatanya. "Aku ngga bisa lanjutin ini," lirihnya.

"Apa maksud kamu?Tenang dulu, jangan ngambil keputusan disaat emosi gini dong. Kita bicarain baik-baik dulu, Jas," Andrew terlihat mulai putus asa.

Dengan tangannya yang bebas, Jasmine kembali memberhentikan sebuah taksi. Semua ini terlalu mengejutkan baginya. Menatap wajah Andrew hanya akan mengingatkannya pada kejadian menyakitkan yang baru saja ia saksikan. Sekuat tenaga ia berusaha melepaskan tangan Andrew masih mencengkram erat lengannya.

"Lepasin!" bentak Jasmine.

"Aku mohon, Jas.Kamu kapan mau dewasanya sih Jas?" Andrew hampir gila tak bisa menenangkan tunangannya.

"Dewasa? Kamu bilang aku nggak dewasa? Selama ini aku udah berusaha buat ngertiin kamu. Maklum dengan segala kesibukan kamu yang buat kamu selalu menomorduakan aku dan itu belum cukup? Oke mungkin memang aku bukan orang yang tepat buat kamu. Kamu nggak seharusnya tunangan sama anak kecil seperti aku. Jadi, lebih baik kita batalin pertunangan kita!"Jasmine yang merasa tersinggung dengan perkataan Andrew pun akhirnya meluapkan emosinya.

Belum sempat Andrew menjawab, seorang perawat datang dan terpaksa menginterupsi percakapan mereka, "Dok maaf ada pasien gawat yang baru datang di IGD. Kami membutuhkan dokter sekarang."

Andrew terlihat sangat bingung.Di satu sisi ia harus melepaskan kesempatan untuk memberikan penjelasan pada Jasmine dan di satu sisi seseorang sedang membutuhkan pertolongannya. Jasmine menunggu, ada sebuah harap kali iniAndrew akan memilihnya. Namun, perlahan rasa kecewa menjalar ke dalam darahnya ketika Andrew melepaskan tangannya dan berbalik pergi tanpamengucapkan sepatah katapun. Andrew segera berlari masuk ke dalam rumah sakit tanpa menoleh sedikit pun. Jasmine bergeming menatap punggung Andrew yang menjauh, "Tentu saja dia tidak akan memilihku, bodoh". Menelan rasa kecewanya, Jasmine bergegas masuk ke dalam taksi dengan air mata yang sudah mulai mengering.

Di dalam kamarnya yang bernuansa putih, Jasmine memandangi potret dirinya bersama Andrew.Perlahan ia merasakan pipinya kembali basah oleh air mata. Lucia yang sedang berdiri di depan pintu kamar Jasmine menatapnya dengan sedih. Ia berjalan mendekati Jasmine merengkuhnya kedalam pelukan, berusaha menangkan sahabatnya.

"Sebenarnya apa artinya aku buat dia?" Jasmine bergumam.

"Andrew seorang dokter, Jas. Itu sudah jadi kewajiban dia. Bukan masalah dia memilih siapa. Tapi pekerjaan memang menuntutnya untuk mendahulukan keselamatan pasien dibanding urusan pribadi," Lucia mencoba menenangkan Jasmine.

Jasmine tersenyum sedih. "Aku melihatnya berciuman, Nam. Sampai sekarang rasanya aku masih nggak percaya. Dia tega lakuin itu sama aku."

Lucia menghela napas. Binggung dengan apa yang tengah dialami sahabatnya. Selama ini dia mengenal Andrew sebagai sosok lelaki yang setia. Ia terlihat sangat mencintai dan menjaga Jasmine. Benarkah Andrew tega berselingkuh?

"Kasih dia kesempatan buat jelasin semuanya. Kamu tenangin diri dulu. Kalian udah lama saling mengenal bahkan hubungan kalian udah sejauh ini. Pikirkan baik-baik sebelum mengambil keputusan, Jas," Lucia mencoba menengahi.

"Aku udah mutusin kalau Andrew nggak dateng sampai malam ini,itu artinya dia setuju kita putus," putus Jasmine.

"Kamu yakin, Jas?" Lucia memastikan.

"Ya, aku yakin.Keputusan aku udah bulat. Aku mau lihat gimana keseriusan dia sama aku. Udah cukup selama ini aku bersabar. Kita lagi ada masalah serius. Aku nggak bisa ngalah kali ini. Dia harus datang malam ini atau nggak sama sekali. Kita bakal nikahNam dan aku ngga mau saat aku ntar hamil terus ngelahirin dia malah nggak ada disamping aku," kata Jasmine dengan sangat emosional, matanya mulai berkaca-kaca.

Lucia memutuskan untuk kembali memeluk Jasmine. Berharap ia bisa memberikan kekuatan pada sahabatnya. Apapun yang akan dia katakan percuma saja. Kondisi Jasmine masih sangat emosional. Apapun yang terjadi nanti, ia hanya bisa mendukung dan mendoakan kebaikan sahabatnya.

Detik detik terasa semakin cepat berlalu menjadi menit kemudian jam dan ini sudah hampir tengah malam, tapi tak ada tanda-tanda kedatangan Andrew di balik pagar sana. Rasa perih mulai berkecamuk di dada Jasmine.Bagaimana bisa Andrew, calon suaminya memperlakukan dirinya seperti ini. Dengan sangat kesal Jasmine mengambil ponselnya, membuang rasa gengsinya untuk mencoba menghubungi Andrew. Hanya ada nada tersambung di sana. Berulang kali mencoba dan tidak ada jawaban membuat Jasmine bertambah kesal.

Jasmine tak kuasa menahan tangisnya. Ia menjatuhkan dirinya ke lantai dan bersandar ke ranjangnya dengan tangan melingkupi wajahnya.Ia menangis sejadi-jadinya tak memperdulikan keheningan malam yang ia pecahkan oleh tangis dan kata-kata sampah yang mendiskripsikan seorang Andrew di matanya saat ini.

"Oahmmm.." Andrew merentangkan tangannya melakukan peregangan atas tubuhnya yang terasa lelah. "Hah! Udah siang!" Andrew terlonjak kaget.

Andrew tertidur di ruangannyasetelahsemalaman ia melakukan operasi pasien. Tubuhnya sangat lelah dan ia tak kuasa mempertahankan matanya untuk tetap terjaga.Awalnya ia hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Memulihkan ternaganya yang terkuras sebelum pergi menemui Jasmine untuk segera meluruskan kesalahpahaman di antara mereka. Namun, rasa kantuk yang hebat menyerangnya hingga akhirnya ia pun terlelap.

Khawatir dengan keadaan Jasmine saat ini, ia merasa sedikit menyesal karna tidak bisa segera menemui tunangannya. Namun, sebagai dokter ia harus profesional. Sudah menjadi resiko pekerjaannya untuk mengesampingkan urusan pribadi karena pengabdian kepada masyarakat adalah janjinya. Andrew meraih ponselnya dan mendapati layar hitam di sana.Ponselnya kehabisan daya. Tanpa menunggu lebih lama Andrew beranjak dari tempat duduknya dan mulai melangkah. Ia harus segera menemui Jasmine.

Wajah datar tanpa ekspresi Jasmine menyambut kedatangannya pagi itu.

"Pagi, Jasmine," Andrew mencoba memberikan senyuman terbaiknya.

"Mau apa ke sini?" tanya Jasmine masih mempertahankan ekspresi datarnya.

"Tentu saja aku ingin menjelaskan kejadian kemarin. Bukankah kita perlu bicara?"

"Maaf tapi kesempatan untuk kamu udah habis. Lebih baik kamu pulang," Jasmine berniat masuk dan menutup pintu, tapi Andrew menahannya.

"Cukup, And. Aku udah nggak mau denger lagi," tegas Jasmine sekali lagi.

"Ayolah Jas, dewasalah sedikit jangan kekanak-kanakan," Andrew mulai sedikit tersulut emosi dengan perlakuan Jasmine.

"Kekanak-kanakan? Omong kosong! Aku udah lelah dan muak sama kamu! Kemana aja kamu saat aku nungguin kamu? Semaleman kamu nggak ada kabar bahkan sekedar lewat telpon atau sms. Sibuk dengan pasien cantik kamu?" Jasmine menaikan volume suaranya.

"Rasional sedikit dong, Jas.Aku kerja dan kamu tau itu. Aku juga capek bukan kamu aja," balas Andrew yang mulai habis kesabaran.

"Aku udah nggak bisa ngertiin kamu lagi. Kamu dan segala kesibukan kamu. Jadi buat apa kita lanjutin hubungan ini? Mungkin memang kita nggak jodoh," Jasmine terlihat putus asa.

"Shit! Kamu sadar dengan ucapan kamu? Kita udah tunanggan Jas. Orangtua kita menjadi saksinya.Kamu nggak bisa ngambil keputusan seenaknya," bentak Andrew."Atau memang selama ini pertungangan ini hanya permainan bagi kamu?Akal-akalan kamu buat deketin pria lain?" ucap Andrew tanpa berpikir terlebih dahulu.

Plak... tangan Jasmine melayang begitu saja ke pipi Andrew.Tak pernahterbayangkan Andrew menuduhnya ada affair dengan pria lain. Selama ini ia hanya mencintai Andrew dan sangat menjaga kesetiaan dan kepercayaan Andrew. Tapi kenapa kali ini Andrew meragukan kesetiannya?

"Tuduhanmu benar-benar menyakitkan. Aku nggak nyangka kamu sepicik ini. Aku benar-benar ngga bisa maafin kamu," Jasmine mengerang.

"Jas.." Andrew memegang wajahnya yang terasa nyeri.Ia tercekat oleh rasa bersalah ketika kesadaran seketika menghantamnya.

"Aku ingin kita berpisah dan aku mohon jangan temuin aku lagi," Jasmine menarik cincin pertunangan mereka dari jari manisnya dan menjatuhkan dihadapan Andrew. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia menatap Andrew lekat seolah ini adalah pertemuan terakhir mereka.

Mungkin memang ini yang terakhir.

Jasmine masuk kedalam rumah dan menutup pintunya rapat-rapat. Lucia yang memang sejak tadi menyaksikan perrtengkaran keduanya mulai melangkah mendekati Jasmine. Ini adalah keputusan yang sangat berat untuk Jasmine. Andrew masih berdiri di depan pintu, memandangi cincin pertunangan mereka yang tergeletak di atas lantai. Mulutnya tak sanggup mengeluarkan kata-kata.Hanya diam tak bergeming.

*****

Jasmine tersadar ketika Lucia meletakan tangan di pundaknya. Terdengar riuh sorak dan tepuk tangan pengunjung café, menutup nanyian Andrew yang telah usai. Andrew meletakan gitarnya dan menuruni stage menuju ke tempat Jasmine yang masih mematung. Semakin dekat, Jasmine hendak menghindari Andrew tapi lagi-lagi Lucia menahannya.

"Berhenti melarikan diri, Jas. Kali ini pikirkan matang-matang.Jujurlah pada dirimu sendiri. Aku tau kau masih mencintai Andrew," kata Lucia berusaha menyadarkan Jasmine.

Andrew sudah berada tepat di hadapan Jasmine dengan wajah penuh harap. Lauren segera menarik lengan Lucia yang masih berdiri di samping Jasmine.

"Berikan ruang untuk mereka berdua," bisik Lauren ditelinga Lucia.

"Aku tau, Huft!" Lucia sedikit kesal karna tiba-tibaLauren menariknya tanpa permisi.

Mereka telah menyingkir cukup jauh tapi tangan Lauren masih setia mengengam tangan Lucia.Lucia memperhatikan tangannya dan wajahnya mulai memerah, tersipu malu. Lauren memperhatikan gelagat yang aneh dalam Lucia.Ia mengikuti arah pandang Lucia. Mendapati tangan mereka yang saling bergengaman, tanpa sengaja mata Lauren dan Lucia beradu pandang, membuat keduanya sedikit gugup dan segera melepaskan gengaman tangan mereka. Lauren menutupi rasa gugupnya dengan merapihkan kerahnya yang masih rapi.Ia bergeser menjauhi Lucia, memberikan jarak di antara mereka.

Mata Lucia melirik Lauren yang masih engan untuk menatap kearahnya. Ada rasa geli yang mengelitik di hati keduanya ketika mereka tertangkap basahsaling berpengangan tangan.Berbeda dari sebelumnya, kali ini ada desiran aneh yang menjalar, menimbulkan rasa hangat ketika tangan keduanya bersentuhan.

Andrew mulai berbicara. Tak ingin melepaskan kesempatan yang akhirnya ia dapatkan. Wajahnya terlihat penuh harap dan sesal.

"Jasmine, aku nggak tau harus mulai dari mana. Tapi aku sadar aku udah melukai kamu," Andrew meraih kedua tangan Jasmine dan menggengamnya erat. "Izinkan aku memperbaiki semuanya Jas, izinkan aku bisa menjadi bagian dari hidupmu lagi," ia menatap Jasmine dengan lekat dan penuh cinta. "Semua yang kamu lihat waktu itu hanya salah paham. Aku bersumpah aku tidak pernah mengkhianati kamu. Aku masih mencintaimu.Saat kamu pergi aku tau apa itu kehilangan dan aku nggak mau itu terulang lagi,"

Jasmine tak mengeluarkan sepatah katapun.Ia masih terpaku dengan kata-kata Andrew. Matanya berkaca-kaca.Hatinya terasa sangat tersiksa karna ia pun juga merindukan Andrew. Teramat sangat merindukan Andrew hingga rasanya ia ingin segera berhambur kedalam pelukan Andrew. Setelah terpisahkan oleh jarak dan waktu yang cukup lama, ia sadar keputusan yang ia ambil dulu memang terlalu tergesa-gesa. Rasa kesal dan cemburu membakarnya hingga ia tidak bisa berpikir jernih.

"Jas," Andrew berlutut dihadapan Jasmine, disaksikan semua pengunjung cafe. "Bersediakah kau memberikan aku kesempatan kedua? Mengisi kenangan yang indah dalam hidupmu? Mau kah kau menerimaku kembali?" tanya Andrew terdengar lirih. Namun dalam suaranya tersirat sejuta harapan.

"Balikan.. balikan.. balikan..!" seisi café bersama Lucia dan Lauren serempak menyoraki, menyemangati Andrew dan meminta Jasmine untuk menerimanya kembali.

Air mata Jasmine tak dapat ditahan lagi. Ingatannya tentang kejadian itu memang masih menyisakan rasa sakit. Namun, hati kecilnya berteriak untuk memberikan pria ini kesempatan sekali lagi.Andrew telah berusaha untuk mencoba meyakinkannya selama ini dan ia dapat merasakan dengan jelas rasa cinta yang masih terpancar dari kedua bola mata Andrew untuknya.

Tanpa pikir panjang ia segera menganggukan kepalanya berkali-kali, menerima Andrew kembali. Andrew terlihat sangat bahagia bahkan ia hampir melompat kegirangan. Menatap wanita yang ia cintai dengan perasaan haru. Dengan segera Jasmine memeluk Andrew tanpa ragu. Andrew membalas pelukan itu dengan sangat erat dan hangat. Jasmine menanggis di dalam pelukan Andrew, membenamkan wajahnya di dada Andrew.

Tuhan aku teramat sangat merindukan pria ini, aku masih sangat mencintainya. Tuhan terimakasih kau telah mempertemukan kami dan menyatukan kami kembali. Aku berjanji tidak akan meninggalkannya pergi lagi. Aromanya masih tetap sama seperti dulu.Aromanya yang selalu memberiku ketenangan. Aku merindukannya, benar-benar merindukannya dan membuatku gila.

"Woohoo!" teriak Lauren bahagia, diikuti tepuk tangan para pengunjung.

Andrew masih belum melepaskan pelukan Jasmine.Ia tahu Jasmine juga masih teramat sangat merindukannya , sama seperti dirinya yang hampir gila karna ingin memeluk wanita ini tiap ia melihat wanita ini menghindarinya.

*****

Continue lendo

Você também vai gostar

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
1.7M 15.9K 24
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
2.5M 180K 33
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
2.7M 290K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...