Gabriello (Cetak ✅ │ Part len...

By tivery

76.1K 7.4K 2.1K

GABRIELLO adalah buku pemenang juara pertama untuk event menulis 50 days challenge Moon Seed Publisher. ____... More

-GABRIELLO-
-CAST GABRIELLO-
Day-1. Arcello Maqil
Day-2. Kejanggalan
Day-3. Makhluk Asing
Day-4. Gabriel
Day-5. Kesepakatan
Day-6. Penyesuaian
Day-7. Perkara Bunga
Day-8. Kenangan Penyembuh
Day-9. Keluar Rumah
Day-10. Hadiah Kecil
Day-11. Mulai Bergerak
Day-12. Bos Baru
Day-13. Beezel Fowk
DAY-14. Dilema
Day-15. Curahan Hati
Day-16. Romantis VS Komedi
Day-17. Angel's Party
Day-18. Sahabat Gabriel
Day-19. Hujan Minggu Sore
Day-20. Sebuah Distorsi
Day-21. Waspada
Day-22. Ancaman
Day-23. Inspeksi Dadakan
Day-24. Langkah Awal
Day-25. Rencana Liburan
Day-26. Melepas Senja Bersama
Day-27. Dalam Pelukan
Day-29. Hadiah
Day-30. Perayaan Tahun Baru
Day-31. Getaran Perasaan
Day-32. Kegalauan Arcello
Day-33. Memintal Perasaan Kusut
Day-34. Cerita dan Rahasia
Day-35. Terjebak
Day-36. Dua Sisi Perasaan
Day-37. Yang Terlupakan
Day-38. Goyah
Day-39. Tragedi
Day-40. Berduka
Day-41. Adu Domba
Day-42. Kejujuran
Day-43. Pengkhianat Sebenarnya
CETAK
Day-44. Di Ujung Kematian
Day-45. Amarah
Day-46. Perpisahan
Day-47. Restart
Day-48. Bidadari Laki-Laki
Day-49. Dunia Baru
Day-50. Gabriello

Day-28. Kejutan Ulang Tahun

678 103 21
By tivery

#Day28
Clue #avunkulokal

A.vun.ku.lo.kal

Yaitu Adat menetap bagi pengantin baru dengan bertempat tinggal di lingkungan kediaman saudara laki-laki ibu dari pihak suami.

* * * *

Tiga hari setelah liburan yang diadakan perusahaan, para karyawan dengan berat hati kembali pada pekerjaan mereka. Suasana liburan masih terasa. Begitu juga dengan Arcello dan ketiga sahabatnya, mereka malas-malasan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan.

Saat Arcello sedang mengetik, tiba-tiba Auryn mendekat, meminjam ponsel miliknya.

“Cell, gue pinjam HP lu bentar,” pinta Auryn.

Arcello yang sedang mengetik pun heran. “Buat apaan, Kak?” tanyanya penasaran.

“Ini ... gue mau minta foto liburan yang ada di HP lu.” Auryn beralasan.

“Oh. Ya udah tuh, ambil aja di meja,” izin Arcello yang masih sibuk mengetik.

“Oke.” Auryn segera meraih ponsel Arcello.

Auryn tampak mengetik sesuatu. Sesaat kemudian ia mengembalikan ponsel milik Arcello. “Nih. Thanks, ya,” ucapnya sambil menaruh ponsel di atas meja.

Arcello hanya mengangguk sambil menggumam. Ia terlalu fokus pada pekerjaannya. Sedangkan Auryn sudah kembali ke mejanya.

Bagi Arcello dan ketiga sahabatnya, hari itu seperti bergerak sangat lambat. Hingga di akhir jam kerja, Arcello menggeliat sambil berteriak meluapkan rasa jenuhnya.

Saat Arcello tengah bersiap pulang, Auryn, Zach, dan Bian mendadak ingin mampir ke apartemennya.

“Cell, kita mampir ke tempat lu, ya? Gue malas balik sekarang,” ucap Auryn.

Iya, Cell,” susul Bian. “Lagian kan sekarang gue juga pulangnya ke rumah Zach yang dekat omnya, jadi bisa lebih santai pulangnya karena dekat dari tempat lu.” Bian menambahkan.

“Cieh, udah jadi avunkulokal, nih ceritanya?” goda Auryn sambil tersenyum usil.

Arcello mengernyit mendengar nama asing itu. rasa ingin tahunya memaksa ia untuk bertanya. “Apaan tuh?”

“Lu kagak tahu?” tanya Zach. Sedangkan Arcello hanya menggeleng kepala.

“Itu tuh istilah buat pengantin baru yang tinggal di lingkungan suami. A-vun-ku-lo-kal.” Zach menjelaskan dengan mengeja.

Arcello tercengang. “Emang kalian udah nikah? Bukannya kemarin cuma lamaran, ya?” Ia semakin bingung mendengar penjelasan sahabatnya.

“Anggap aja gitu,” tukas Auryn. “Ah udah lah. Intinya gitu aja. Dan pokoknya sekarang kita pengin main ke apart lu. Titik!” pungkasnya. Auryn tidak ingin pembahasan itu jadi panjang dan melebar ke mana-mana. Mengingat sahabat bungsunya terkadang tidak peka dan lamban.

Dengan terpaksa, Arcello pun mengiakan keinginan sahabatnya. “Ya udah. Terserah kalian aja. Cuma jangan nyusahin Phi Gab, ya. lihatin aja. Bikin ulah, gue usir kalian.” Arcello mengancam ketiga sahabatnya.

“Baik, Pak Bos!” timpal Auryn senang, sedangkan Zach dan Bian hanya mengacungkan jempol mereka.

Akhirnya, Arcello dan ketiga sahabatnya pun pergi meninggalkan kantor. Dengan menaiki mobil Zach, mereka pun langsung menuju apartemen Arcello.

* * *

Beberapa waktu bersabar dengan kemacetan ibu kota pada jam pulang kerja, akhirnya Arcello dan ketiga sahabatnya sudah tiba di apartemen. Setelah naik ke lantai enam menggunakan lift, kali ini Arcello tengah berdiri di depan pintu unitnya.

Arcello menekan bel, tapi tidak ada yang membukakan pintu. Karena lama tidak ada respons, Arcello pun mencoba membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Ia cukup terkejut dan langsung mengomel dalam hati. Kebiasaan deh Phi, pintu nggak pernah di kunci.

“Aku pulang,” salam Arcello seperti biasa. Namun ia bingung saat melihat suasana apartemennya yang gelap gulita. Astaga! Ini lagi. Phi ke mana sih, kok udah gelap gini lampu masih belum dinyalain? benaknya menggerutu.

Cepat-cepat Arcello meraih sakelar lampu yang tidak jauh dari tempatnya. Namun saat lampu dinyalakan, seketika ia dibuat terkejut dengan bunyi letusan confetti dan taburan kertas warna-warni, lalu disusul ucapan yang tidak disangka-sangka.

“Happy birthday!” seru Gabriel dan ketiga sahabatnya yang berdiri di hadapan Arcello, disusul dengan teriakan Auryn, Zach, dan Bian yang berada di belakangannya.

Arcello tercengang. Matanya melotot. Ia tidak kuasa menahan haru dan bahagia. Arcello menutup mulutnya yang menganga, tak percaya. Kedua matanya pun tanpa sadar telah berkaca-kaca.

“Kalian?” Arcello tidak bisa berkata-kata. Ia tampak celingukan, memandangi satu demi satu orang-orang yang ada di sekitarnya.

“Selamat ulang tahun, Dek,” ucap Gabriel yang sedang membawa sebuah kue dengan lilin yang menyala.

“Makasih, Phi,” jawab Arcello parau karena menahan tangis senang.

“Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinya sekarang juga ....” Semua orang serempak menyanyikan lagu tiup lilin untuk Arcello.

Arcello bersiap meniup lilin pada kue yang dipegangi Gabriel. Namun sebelum ia sempat mengembuskan angin dari mulutnya, Gabriel menahannya.

“Tunggu! Buat permintaan dulu.” Gabriel mengingatkan Arcello untuk membuat permohonan sebelum meniup lilinya.

Arcello pun mengangguk sambil tersenyum. Cepat-cepat ia memejam mata, berdoa dengan hikmat. Tidak lama kemudian, ia pun membuka matanya. Setelah merapalkan doa dalam hatinya, Arcello pun langsung meniup lilin yang sudah meleleh itu. Lalu, api pun padam. 

Semua orang bertepuk tangan. Sekali lagi mengucapkan selamat satu demi satu. Auryn langsung memeluk Arcello dengan hangat dan bahagia.

“Makasih ya, Kak,” ucap Arcello terharu.

“Sama-sama, sayangku,” jawab Auryn sambil mengusap rambut Arcello.

Perayaan pesta ulang tahun pun dimulai. Semuanya berkumpul di ruang tengah. Apartemen mungil itu mendadak sarat diisi para manusia dan malaikat. Dari kubu Gabriel, ia mengundang ketiga temannya, yaitu Azrael, Mikhael, dan Rafael. Sementara dari kubu Arcello ada Auryn, Zach, dan Bian.

“Kok Phi tahu sih ulang tahunku?” tanya Arcello penasaran.

“Tadi siang Mbak Auryn ngabarin aku, Dek, lewat WA.” Gabriel buka suara.

“WA? Perasaan aku ....” Arcello menggantung perkataannya. Ia tidak pernah ingat memberi nomor kontak Gabriel pada siapa pun termasuk Auryn, sampai ia teringat kejadian meminjamkan ponselnya pada Auryn. Arcello pun terbelalak. “Jangan-jangan tadi lu pinjem HP gue ... buat ngasih tahu ...?”

Belum usah pertanyaan Arcello, dengan cepat Auryn mengangguk sambil tersenyum lebar. “Iya, tadi gue pinjem HP buat ngasih tahu Bang Gab pakai WA lu. Terus abis itu gue hapus sepihak chat-nya biar kagak ketahuan,” terang Auryn. “Cerdas kan gue?” Ia memuji dirinya sendiri.

“Sialan lu, Kak,” umpat Arcello pada Auryn. “Dan lu-lu pada juga tahu rencana ini?” tuduhnya pada Zach dan Bian. Sedangkan tertuduh hanya mengangguk sambil cengar-cengir.

Mengetahui kebenaran, Arcello hanya menggeleng kepala atas keusilan ketiga sahabatnya. Ia tidak punya firasat apa pun saat kawan-kawannya memaksa ingin mampir ke apartemen. Bahkan Arcello pun lupa jika hari ini ia ulang tahun saking fokusnya pada pekerjaan yang menumpuk tadi siang.

“Terus yang nyiapin kejutan ini, Phi?” Arcello bertanya pada Gabriel.

Gabriel menggeleng. “Tadi setelah mendapat WA dari Mbak Auryn, aku ngasih tahu Rafael, terus dia ngasih tahu yang lain buat datang dan bantuin aku, Dek,” jelas Gabriel.

Arcello merasa senang kedatangan ketiga sahabat Gabriel. “Bang Mike, Bang Az, dan Rafe’i, makasih banyak ya, udah bantui Phi Gab bikin kejutan buat aku.” Ia tampak mengangguk pada tiga malaikat yang kini menyamar menjadi sosok manusia di hadapannya.

“Bukan apa-apa, Tuan, eh Dek.” Mikhael meralat panggilannya setelah disikut oleh Azrael.

Sebelumnya Gabriel memberi tahu ketiga sahabatnya untuk memanggil Arcello dengan ‘Dek’ di depan teman-teman kerja tuannya agar tidak terkesan mencurigakan. Sementara ia harus mengubah panggilan dirinya dengan ‘aku’ yang terdengar menggelikan bagi Gabriel dan ketiga sahabatnya.

“Arcello, ini hadiah untukmu. Selamat ulang tahun, ya.” Rafael menyodorkan kado pada tuannya.

Dengan senang hati Arcello pun menerima pemberian Rafael. “Makasih, Rafe’i, eh Rafael,” ucapnya sambil tersenyum.

Melihat Rafael memberikan kado, Gabriel baru teringat kalau ia tidak menyiapkan apa pun sebagai kado untuk tuannya. Sesaat ia tampak sedih, tapi dirinya tidak mau merusak kebahagiaan yang dirasakan tuannya. Hanya saja, ia bertekad dalam hati akan menyiapkan kado untuk Arcello walau terlambat.

Sementara itu, Auryn sepertinya mulai tertarik pada salah satu dari ketiga rekan Gabriel. Ia berdeham meminta atensi sebelum akhirnya berbicara.

“Cell, lu nggak ngenalin temen-temen lu yang lain ke kita?” sindir Auryn sambil melirik ke arah tiga pria tampan di hadapannya.

Arcello yang baru sadar pun langsung merespons pertanyaan Auryn. “Oh iya sorry. Gue lupa, Kak,” ucap Arcello.

Arcello mulai menunjuk satu demi satu sahabat Gabriel sambil memperkenalkannya.

“Yang ini Rafael,” tunjuk Arcello pada pria yang duduk paling sisi kanan.

“Oh, ini yang kemarin ketemu waktu liburan, kan?” tanya Auryn memastikan.

Arcello mengangguk. Kemudian ia melanjutkan lagi perkenalannya. “Yang tengah namanya Bang Mike. Dan yang terakhir, Bang Az.” Arcello menunjuk pria paling sisi kiri.

“Aku Auryn.” Auryn memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan pada Azrael. Alih-alih di sambut, Azrael cepat-cepat menangkupkan tangannya di depan dada. Auryn terkejut melihatnya. Ia mendadak malu sambil senyum-senyum sendiri.

Penolakan Azrael atas jabatan tangan Auryn, membuat Zach, Bian, juga Arcello sontak menahan tawa.

“Bukan muhrim, woy,” tegur Zach mengejeknya.

“Kasian deh, lu.” Bian ikut-ikutan menggoda Auryn yang pipinya kini memerah.

Auryn sudah tidak sanggup menahan malunya di hadapan Azrael. Ia menutup wajahnya sambil bersembunyi di belakang Bian yang berhasil membuat sahabatnya itu risih dan kegelian.

Semua orang tertawa melihat tingkah Auryn. Kebahagiaan semakin meriah menyelimuti suasana apartemen Arcello. Perkenalan pun dilanjutkan dengan mengenalkan Auryn, Zach, dan Bian pada ketiga sahabat Gabriel. Sementara itu, tanpa disadari orang lain, diam-diam Azrael tersenyum sambil memerhatikan Auryn. Hatinya berbunga-bunga.

* * *

Pesta ulang tahun Arcello tampaknya masih berlanjut. Beberapa orang terlihat berkelompok sambil mengobrol. Rafael, bisa dengan mudah berbaur bersama Zach dan Bian. Sedangkan Mikhael lebih memilih pergi ke balkon melihat tanaman tuannya sekaligus menghindari kemungkinan terjadi kontak fisik yang akan berakibat fatal. Sementara Arcello tampak asyik berduaan dengan Gabriel.

Yang tersisa hanya Auryn yang duduk sendiri. Ia mendadak ciut setelah dirundung habis-habisan oleh ketiga sahabatnya. Melihat ada kesempatan, Azrael pun mendekati untuk meminta maaf sekaligus menghiburnya.

“Boleh aku duduk di sini?” tanya Azrael sambil menunjuk kursi kosong di dekat Auryn. Sang wanita yang masih malu-malu hanya mengangguk. Azrael pun akhirnya duduk.

Masih sedikit canggung, tapi Azrael ingin mencairkan suasana.

“Untuk yang tadi, Aku minta maaf, ya,” ungkap Azrael menyesal. “Gara-gara aku, kamu jadi kena bully. Tapi jujur, Aku memang nggak biasa bersentuhan dengan manusia ... eh maksudku wanita.” Azrael nyaris keceplosan sebelum ia cepat-cepat meralat ucapannya.

Melihat ekspresi pria gagah yang kaku dan berusaha menahan gugupnya, Auryn seketika tersenyum.

“Aku paham, ini nih kelihatan banget kalau sekarang kamu lagi berusaha nahan gugup dan gemetar, kan?” tebak Auryn. “Santai aja, aku nggak gigit, kok.”

Ucapan Auryn berhasil membuat Azrael tersenyum walau masih kaku. Kata-kata yang dilontarkan wanita di hadapannya terdengar lucu.

Semakin lama Auryn memerhatikan Azrael, ia teringat kejadian di kafe depan kantornya. “Bentar! Kayaknya kita pernah ketemu, deh?” tebak Auryn menelusuri ingatannya. “Kalau aku nggak salah, kita ketemu di depan kasir kafe dekat kantorku, kan?” tanyanya memastikan.

Azrael tadinya ingin pura-pura lupa, tapi ternyata Auryn mengingat pertemuan mereka di kafe saat melakukan pengintaian bersama Gabriel dan Rafael.

“Oh iya, kamu masih ingat? Aku nggak sangka kalau kamu temannya Arcell,” jujur Azrael.

“Iya, dan aku juga nggak sangka kalau kita bisa ketemu lagi di sini,” ucap Auryn sambil tersenyum. Ia sesekali terlihat mencuri pandang pada pria yang wajahnya tidak bisa diam demi menutupi groginya.

Sementara itu, Arcello yang menyadari kedekatan Auryn dan Azrael, diam-diam memerhatikan keduanya di sela-sela obrolannya dengan Gabriel. Ia merasa senang, akhirnya orang yang sudah ia anggap kakak sendiri terlihat dekat dengan pria lagi setelah sempat lama menutup hati.

Tidak terasa, malam semakin larut. Akhirnya pesta pun berakhir. Ketiga sahabat Arcello pamit lebih dulu. Arcello tampak enggan membiarkan teman-temannya pulang lebih cepat, padahal waktu belum sampai tengah malam. Tapi ia juga memahami, jika ketiga temannya butuh waktu istirahat setelah seharian bekerja dan berpesta.

Tidak lama kemudian, rombongan para malaikat pun undur diri. Arcello berterima kasih kepada mereka, karena ketiganya sudah membantu menyiapkan kejutan untuknya.

Azrael, Mikhael, dan Rafael sudah berada di balkon, bersiap untuk terbang. Namun sebelum mereka membentangkan sayap, Gabriel tiba-tiba menarik Rafael lalu berbisik padanya. Hal itu membuat Arcello curiga. Sementara Rafael hanya mengangguk-angguk mendengar bisikan Gabriel. Setelah itu, malaikat pun pergi. Mengepakkan sayap mereka menuju langit yang tinggi.

Setelah para malaikat pergi, Gabriel berniat segera masuk ke apartemen, namun saat berbalik, Arcello sudah menunggunya dengan tangan bersilang dan wajah yang garang.

“Bisik-bisik apa sama si Rafe’i?”Arcello menginterogasi.

Alih-alih menjawab, Gabriel langsung berjalan melewati Arcello sambil berbisik, “Kepo!”

Arcello yang mendengar itu langsung mencak-mencak, kesal. “Phi ...!” pekiknya. Kemudian ia pun menyusul Gabriel yang sudah masuk lebih dulu.

* * * *

Team Jasun

tivery x noenu_

Terimakasih sudah membaca, tolong berikan bintangnya sebagai tanda kasih sayang untuk kita
⭐⭐⭐⭐⭐

Janji, besok baca next chapternya ya...

Continue Reading

You'll Also Like

689K 33.8K 54
Athalia terbangun di dunia novel dan menjadi pemeran antagonis? Oh tidak, bagaimana bisa? Pokoknya ia harus merubah jalan cerita ini! [Jangan lupa fo...
Langit By BFMY

Teen Fiction

13K 585 26
"kau milikku dan akan kulakukan apapun agar kau tetap bersamaku" "hanya kau yang aku punya. Kalau kau meninggalkanku, akan ku ikuti keinginanmu" Sele...
16.9K 2.2K 10
Berawal dari kesepakatan bisnis antara Xiao Zhan dan Zhu Zhanjin yang mengharuskan Xiao Zhan wajib mencari seseorang untuk dijadikan pemuas hasrat la...
1.8M 102K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022