Black Pearl [Open PO]

By MarxSha69

20.8K 2.1K 444

Ombak membawaku padanya, kepada sang keindahan di Palung Mariana. Keindahan itu tersenyum lalu berkata, "Halo... More

PROLOG
Day 1 : Kehangatan Dari Dasar Laut
Day 2 : Kenangan Masa Lalu
Day 3 : Pertemuan Kembali
Day 4 : Hembusan Angin dan Riuh Ombak
Day 5 : Milikku
Day 6 : Pemahaman
Day 7 : Pernyataan
Day 8 : Malam Terakhir
Day 9 : Janji
Day 11 : Keteguhan Hati
Day 12 : Menyusuri Lautan
Day 14 : Pria Baik Tersenyum Cantik
Day 15 : Apakah sia-sia?
Day 16 : Kecemasan
Day 17 : Dia Yang Terlupakan
Day 18 : Langit Kelabu
Day 19 : Empati
Day 20 : Pria Malam Ini
Day 21: Lihat Dan Perhatikan
Day 22 : Keraguan
Day 23 : Meredup
Day 24 : Aku Yang Kau Lupakan
Day 25 : Tekad
Day 27 : Embun Hati
Day 28 : Momento
Day 29 : Kepercayaan Yang Keliru
Day 30 : Hari Sial
Day 31 : Hilang Kendali
Day 32 : Permohonan Tegas
Day 33 : Penyesalan
Day 34 : Kemarahan
Kabar Penting!!
Kabar baru!
PO!!!
haloo~

Day 26 : Bukti

254 49 3
By MarxSha69

#day26
#rebung

ᕦ⁠(⁠ಠ⁠_⁠ಠ⁠)⁠ᕤ

Cahaya mentari menyelinap masuk melalui tirai kamarnya, membangunkan pemuda bersurai perak yang baru saja terlelap. Ia mengerjapkan matanya perlahan untuk mengusir rasa sakit di kepalanya, setelah rasa sakit itu memudar ia pun meraih ponsel miliknya yang tergeletak di atas nakas untuk memastikan pukul berapa sekarang.

Dilihatnya sudah pukul 16:30, Helios pun menghela napas. Sudah dua hari berlalu sejak pertengkarannya dengan Keita di jembatan pada malam itu dan sejak itulah ia tidak keluar dari kamarnya. Sesekali Chloe mengetuk pintu dan meletakan makanan, minuman, serta beberapa potong buah-buahan di atas nakas samping tempat tidurnya.

Ditatapnya nampan yang di atasnya terdapat makanan, segelas air mineral, sekotak jus, dan beberapa potong buah-buahan yang tersusun rapih diatas piring yang diatasnya dilapisi plastik untuk menjaga kualitas dari buah-buahan tersebut.

Ia juga melihat sebuah sticky note dengan tulisan 'aku keluar sebentar, jangan lupa habiskan makanan mu. Aku akan bawakan kue coklat kesukaan mu saat aku kembali nanti. - Chloe'

Melihat tulisan tersebut Helios pun tidak bisa menahan senyuman kecil yang mengembang di wajahnya, hati kecilnya menghangat karena meskipun jauh dari keluarganya ia masih memiliki orang yang dengan tulus menjaganya.

Meskipun merasa enggan akibat rasa mual yang ia rasakan, Helios tetap memaksakan diri untuk memakan semua makanan yang sudah Chloe siapkan, dirinya tidak ingin membuat Chloe lebih khawatir lagi.

Ditengah makannya, ia merasakan layar ponselnya berkedip beberapa kali, segera sebuah notifikasi atas nama Ryuu muncul di sana. Tertulis sebuah pesan masuk yang berisi,

Ryuu
16.40
Helios, kau baik-baik saja kan?

Helios
16.40
Ya, ada apa Ryuu?

Ryuu
16.40
Asahi pergi entah kemana, apa kau sedang senggang? Ingin berjalan-jalan?

Helios menatap layar ponsel nya beberapa saat, ia bingung harus menerima atau menolak ajakan Ryuu sebab dirinya masih tidak memiliki tenaga untuk sekedar berjalan-jalan. Namun karena Ryuu sudah sangat baik padanya jadi Helios memutuskan untuk menerima ajakan tersebut, menurutnya tidak masalah sesekali menemani Ryuu.

Helios
16.42
Baiklah, di mana kita bisa bertemu?

Ryuu
16.42
Aku akan menjemputmu saja, kirimi aku alamatmu.

Helios
16.43
📍Apartemen Kiyoko, Jln. J2-distrik XX, Lt.10, Unit 1024.

Ryuu
16.44
Oh, dekat juga. Baiklah, 20 menit lagi aku sampai.

Helios
16.44
Oke, hati-hati.

Ryuu
16.45
😆👍🏻

Helios tersenyum kecil, lalu ia pun memutuskan untuk bersiap-siap. Tidak lupa ia mengirimi pesan kepada Chloe agar pria itu tidak khawatir jiga saat pulang nanti tidak menemukan Helios di rumah.

Helios
16.47
Chloe, aku pergi dengan Ryuu.

Chloe
16.50
Baiklah, kabari aku kemana kau pergi. Aku akan menjemputmu nanti.

Setelah dua puluh menit berlalu, Helios mendengar suara dari interkom dan layar interkom pun menampilkan sosok Ryuu yang berdiri di depan apartemen nya. Dengan segera ia meraih ransel kecil yang dibelikan Chloe untuk ia bawa saat ia keluar rumah serta barang bawaan lainnya seperti ponsel dan dompet yang sudah diisi penuh dengan uang tunai serta kartu debit oleh Chloe.

Belakangan ini Chloe sering mengajak Helios keluar untuk mengajarinya cara membaca map, arah petunjuk jalan, dan tentunya cara menggunakan uang dan kartu debit. Karena Helios terlahir pintar dan cepat belajar sesuatu, dalam waktu singkat Helios sudah menjadi warga Tokyo yang sesungguhnya.

"Kita mau kemana?" ucap Helios kepada Ryuu yang berjalan tepat di sebelahnya.

"Tidak tahu, bagaimana dengan berkeliling Tokyo? Jika ada tempat yang ingin kau tuju katakan saja."

"Tidak ada, terserah padamu."

"Baiklah, ayo."

Ryuu merangkul bahu sempit milik Helios, karena tubuh Ryuu jauh lebih tinggi dari Helios membuat posisi seperti ini terlihat seperti Helios adalah adik kecilnya. Dengan riang mereka berjalan ke arah basement dan bersiap untuk berkeliling Tokyo.

-------

"Maaf, ini adikku."

Chloe kembali meletakkan ponselnya setelah ia membalas pesan dari Helios, kembali ditatapnya pria yang sedang duduk dihadapannya. Orang itu adalah Asahi.

"Helios?"

"Ya, dia bilang akan pergi bersama Ryuu-kun."

"Oh, maaf soal itu. Aku yang menyuruh Ryuu untuk mengajak Helios berjalan-jalan, aku hanya tidak ingin ia terus mengurung diri seperti yang kau katakan."

Chloe tersenyum lembut, ia pun menjawab, "tidak apa, terimakasih."

"Tidak perlu, dia juga teman kami. Baiklah, sampai mana tadi?" ucap Asahi sambil menyesap es kopi miliknya.

"Tragedi kecelakaan Keita."

"Ya, seperti yang kau dengar. Rem mobil Keita blong dan kecelakaan terjadi, tapi yang janggal adalah Keita sangat menghargai barang-barang miliknya jadi kejadian seperti mobilnya mengalami rem blong akibat kesalahan pengemudi jelas tidak mungkin terjadi pada Keita."

Chloe terdiam setelah mendengar penjelasan dari Asahi, apa yang diucapkan pria bersurai coklat itu sama persis dengan apa yang di ceritakan oleh Genji kepadanya.

"Apa ada unsur kesengajaan?"

"Entah lah, mobilnya terbakar akibat ledakan jadi tidak ada bukti soal apakah rem tersebut memang dalam kondisi rusak akibat kelalaian atau sengaja dipotong."

"Apa kau mencurigai seseorang?"

Asahi mengalihkan perhatiannya dari puding miliknya menjadi menatap Chloe, sejak awal mereka berbicara Asahi bisa melihat dengan jelas bahwa Chloe masih berjaga-jaga terhadapnya. Ia pun meletakkan sendok di sisi piring kecil tempat dimana puding tersebut diletakan. Pria itu menegakkan tubuhnya lalu menajamkan pandangannya.

"Menurutmu?"

"Menurutku?"

"Bagaimana mengatakannya yah, aku tahu kau mendapat dokumen tentang Keita dan orang-orang terdekatnya dari Genji. Iyakan?"

Sontak Chloe terkejut, diam-diam telapak tangannya mengepal dan pandangannya menjadi waspada. Apakah Genji yang mengatakannya kepada Asahi? Lalu tiba-tiba saja ia ingat kepada Helios yang sedang bersama Ryuu, dengan perlahan ia meraih ponselnya dengan maksud menghubungi Helios tetapi pergerakkan nya dihentikan oleh Asahi.

"Kenapa panik begitu? Apa kau mencurigai kami yang melakukannya?" Asahi dengan perlahan melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Chloe, ia pun kembali menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil bersedekap.

"Jangan salah paham terhadap aku atau Ryuu, kami tidak mungkin melakukan hal buruk pada Keita atau Helios. Aku tidak tahu bagaimana kau mengenal Genji tapi pria bodoh itu membuat keributan dalam mencari data-data tersebut dengan menanyai banyak orang, jadi jelas kami bisa tahu dengan mudah bahwa dia sedang mengumpulkan data tetang kami."

"Lalu kenapa kau membiarkannya?"

"Biar aku balik pertanyaannya, kenapa aku harus melarangnya? Tidak ada satupun dari kami yang terlibat dengan masalah Keita jadi meskipun akan timbul masalah paling-paling hanya penyalahgunaan data dan Genji yang akan menerima akibatnya, aku tidak ingin repot dengan hal-hal remeh seperti itu."

Mendengar pernyataan terang-terangan dari Asahi, pada titik ini Chloe sudah bisa menarik kesimpulan bahwa Asahi dan Ryuu berada di satu kapal yang sama dengannya dan Helios.

Ia pun menyerahkan map coklat berisi dokumen-dokumen yang Genji berikan padanya beberapa waktu lalu. Tanpa bicara apapun Asahi menerima map tersebut dan mengecek isinya satu persatu.

"Sialan."

Asahi tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memaki setelah melihat apa yang tertulis di lembaran dokumen tersebut, salah satunya hasil inspeksi TKP kecelakaan Keita. Di sana tertulis bahwa rem mobil Keita dipotong lengkap dengan bukti foto.

"Tadi kau bilang bahwa tidak terdapat bukti apapun, tapi di dokumen ini terpampang jelas."

"Maka dari itu aku mengumpat. Aku tidak menyangka Genji yang menemukan ini."

"Ya, dia bilang itu adalah bukti yang dihapus oleh pihak kepolisian."

"Bajingan mana yang berani melakukan ini?"

Chloe menarik lembaran paling belakang dari tumpukan dokumen yang sedang dipegang oleh Asahi, dengan tenang ia menunjuk salah satu bagian dari lembar dokumen tersebut.

"Meskipun tidak dikatakan dengan jelas siapa pelakunya tapi kejadian ini mengarah pada orang yang sama, dan jika memang benar maka Helios mungkin juga dalam bahaya."

Asahi menelan air liurnya dengan susah payah saat melihat lembar dokumen tersebut, ia pun meminta izin pada Chloe untuk membawa dokumen-dokumen tersebut untuk ditunjukan kepada Muji.

"Aku akan membawa ini kepada temanku, Muji. Kau pasti sudah tahu soal dia, tenang saja dia lebih ahli dalam urusan seperti ini."

"Baiklah."

-------

Ryuu membukakan pintu mobil untuk Helios, satu tangannya menarik lembut lengan Helios sedangkan tangan lainnya menjaga kepala Helios agar tidak terbentur atap mobil.

"Ayo turun."

"Ini dimana?"

Helios mengedarkan pandangannya, tempat tersebut seperti taman yang dengan lampu-lampu serta meja-meja. Di sana juga penuh sesak oleh pengunjung tapi karena konsep restoran tersebut di luar ruangan jadi tidak terasa sesak sama sekali.

"Ini adalah restoran milik Keluarga Sasaki, saat di jalan tadi tiba-tiba saja aku teringat undangan Sasaki untuk mencoba menu baru mereka."

Melihat binaran indah mata dan senyum di wajah cantik Helios membuat Ryuu tersenyum puas.

"Ayo, aku akan mengajak mu ke meja dengan pemandangan paling bagus disini."

Helios dengan patuh mengikuti Ryuu ke arah sebuah meja dengan dua kursi di dekat kolam ikan yang di atas permukaan airnya penuh dengan tanaman air bahkan di tengahnya terdapat air mancur dengan lampu berwarna-warni. Tidak jauh dari sana juga terdapat live music yang menyanyikan lagu-lagu terkini, membuat suasana sangat nyaman.

"Tempat ini bagus 'kan?" tanya Ryuu.

"Ya, aku suka."

"Aku sering membawa Asahi ke sini, lain kali kau bisa ke sini juga."

"Hm."

Helios diam-diam berpikir bahwa pasti akan sangat menyenangkan jika ia mengajak Keita ke tempat ini untuk menikmati makan malam bersama. Duduk saling berhadapan dengan senyum manis Keita yang menatapnya lembut. Berapa Helios merindukan masa-masa itu.

"Kalian datang? Hai Helios."

Tanpa Helios sadari, di dekatnya sudah berdiri seorang pria tampan dengan surai abu pekat yang sangat menawan. Dia adalah Sasaki.

"Hai."

Sasaki tersenyum sambil menyerahkan buku menu kehadapan Ryuu dan Helios, dengan semangat Helios melihat setiap menu yang ada di sana sedangkan Ryuu sibuk menggoda Sasaki.

"Oh tuan tampan, apakah pelanggan yang sangat banyak ini adalah hasil daya pikatmu?"

"Hentikan omong kosong mu Ryuu, atau aku akan melempar mu ke kolam ikan."

"Tuan tampan ini kejam sekali."

Selama ini kesan Helios terhadap Sasaki adalah pria tenang dengan sikap ramah, ia bahkan jarang sekali melihat Sasaki bersikap di luar sikap tenangnya tersebut tapi saat ini ia melihat Sasaki sedang menarik kerah kemeja Ryuu ke arah kolam ikan tepat di sebelah meja mereka.

Ryuu tertawa puas sambil memohon berkali-kali agar Sasaki mendapatkan kembali kebaikan hatinya dan mengampuni Ryuu.

"Ayolah tuan tampan, ampuni pelangganmu ini."

"Kau sialan."

"Hahahahahaha."

Merasa lelah menanggapi Ryuu yang semakin menggila akhirnya Sasaki memutuskan untuk mengabaikannya, ia mengalihkan pandangannya ke arah Helios yang mencuri-curi pandang kearah dirinya dan Ryuu sambil tertawa kecil.

"Ada apa Helios? Terkejut dengan sisi lain diriku?"

"Tidak, aku baik-baik saja."

"Haha, maafkan aku, aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi jika Ryuu kembali menggila."

"Tenang saja, semua orang seperti itu kok."

Mendengar hal itu sontak tawa Sasaki pun pecah, memang benar bahwa tidak ada satu pun orang yang mampu menjaga kewarasannya jika sudah berhadapan dengan Ryuu.

Setelah lama berbincang, Sasaki pun menyadari bahwa Helios kebingungan dalam memilih menu mana yang ingin ia pesan. Dengan lembut ia menyarankan satu menu pada Helios.

"Apa kau pernah makan rebung?"

"Rebung?"

"Ya, itu adalah tunas atau anakan bambu. Rasanya sangat manis segar dan juga renyah, restoran kami memiliki satu menu yang menggunakan rebung sebagai bahan bakunya. Ingin coba?"

Mendengar kata 'manis segar' berhasil menaikkan selera makannya, dengan semangat Helios menganggukkan kepalanya.

Melihat hal itu, Sasaki merasa gemas. Tanpa ia sadari telapak tangannya sudah berada di puncak kelapa Helios dan mencuri beberapa usapan dari suatu sehalus sutra tersebut.

Helios mendongak dan mendapati Sasaki menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan tapi Helios sadar bahwa tatapan tersebut mengandung kelembutan yang sudah lama ia rindukan, kelembutan yang biasanya ditunjukan oleh Keita kini ia dapatkan dari pria lain yaitu Sasaki.

"Ekhem, jauhkan tangan mu."

Ryuu menyingkirkan tangan Sasaki yang bertengger nyaman di puncak kepala Helios, seketika Sasaki maupun Helios pun tersadar.

"Maaf."

"Tidak apa-apa." ucap Helios sambil tersenyum.

Sasaki membalas senyuman Helios dengan senyuman kembali, setelahnya ia menatap Ryuu dengan tatapan seperti 'pengganggu'.

Ryuu yang ditatap seperti itu kembali terpancing untuk memulai keributan. Namun bagaimanapun Sasaki bukanlah Keita yang bisa tahan dengan sikap gila Ryuu, atau Asahi yang memiliki bakat alami untuk mengimbangi kegilaan Ryuu.

Sasaki menyerah, dan dengan segera meninggalkan Ryuu dan Helios sambil membawa catatan pesanan mereka ke juru masak.

-----bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 474 23
END (Mac & Ken) Menceritakan tentang sebuah sekolah sihir yang menyimpan begitu banyak misteri yang harus di pecahkan dan pencarian sang pengendali b...
9.8K 807 15
Seorang wanita yang memiliki mata batin dari keturunan neneknya dan terbuka saat ia umur 16 tahun. Dia juga belum mengenal agama yang lebih dalam,pen...
6.3K 677 11
Kisah ini menceritakan, anak manusia biasa yang di jual sebagai budak oleh keluarganya sendiri. Karena masalah uang dan harta, itu sebabnya anak ini...
381K 21.8K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...