Black Pearl [Open PO]

By MarxSha69

20.7K 2.1K 441

Ombak membawaku padanya, kepada sang keindahan di Palung Mariana. Keindahan itu tersenyum lalu berkata, "Halo... More

PROLOG
Day 1 : Kehangatan Dari Dasar Laut
Day 2 : Kenangan Masa Lalu
Day 3 : Pertemuan Kembali
Day 4 : Hembusan Angin dan Riuh Ombak
Day 5 : Milikku
Day 6 : Pemahaman
Day 7 : Pernyataan
Day 8 : Malam Terakhir
Day 9 : Janji
Day 11 : Keteguhan Hati
Day 12 : Menyusuri Lautan
Day 14 : Pria Baik Tersenyum Cantik
Day 15 : Apakah sia-sia?
Day 16 : Kecemasan
Day 17 : Dia Yang Terlupakan
Day 18 : Langit Kelabu
Day 19 : Empati
Day 20 : Pria Malam Ini
Day 21: Lihat Dan Perhatikan
Day 22 : Keraguan
Day 23 : Meredup
Day 24 : Aku Yang Kau Lupakan
Day 26 : Bukti
Day 27 : Embun Hati
Day 28 : Momento
Day 29 : Kepercayaan Yang Keliru
Day 30 : Hari Sial
Day 31 : Hilang Kendali
Day 32 : Permohonan Tegas
Day 33 : Penyesalan
Day 34 : Kemarahan
Kabar Penting!!
Kabar baru!
PO!!!
haloo~

Day 25 : Tekad

255 48 7
By MarxSha69

#day25
#Cacar air

Nama penyakit Cacar air
Juga disebut: Varisela
Infeksi virus sangat menular yang menyebabkan ruam melepuh, seperti gatal pada kulit.
Cacar sangat menular terhadap orang-orang yang belum pernah menderita cacar atau belum divaksinasi cacar.

(⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)

"Muji, ini aku Sasaki."

Sasaki berdiri di depan pintu apartemen Muji, pria itu berbicara di depan alat interkom yang terpasang tepat dibawah tombol bel. Setelah menunggu beberapa saat, Sasaki mendengar suara kunci dan pintu pun terbuka.

"Masuklah." ucap Muji dengan suara serak.

Sasaki sudah terbiasa dengan tempat tinggal Muji karena bukan sekali dua kali ia datang, mereka sering menghabiskan akhir pekan bersama dan inilah yang menjadi alasan Sasaki dengan santai melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur Muji dan berbaring disana. Tangannya menggapai beberapa buku komik yang tergeletak di atas nakas sebelah tempat tidur.

Ditengah keasikannya membaca komik milik Muji, Sasaki mendengar pria yang bertubuh lebih mungil darinya itu terbatuk beberapa kali. Dengan perasaan khawatir Sasaki pun bangkit dan berjalan kearah Muji.

"Kau sakit?"

"Entahlah, badanku terasa tidak nyaman."

Sasaki meraih bahu Muji lalu memutar tubuh pria itu agar berdiri menghadapnya, salah satu telapak tangannya menyentuh dahi Muji untuk memastikan suhu tubuh pria kecil itu.

"Kau demam."

"Eh? Aku tidak merasakan apa-apa."

Muji menyentuh keningnya sendiri dengan telapak tangannya, ia tidak merasakan ada sesuatu yang berbeda. Sasaki memandang Muji dengan khawatir, dan dengan segera mengarahkan pria itu untuk berbaring di ranjangnya.

"Selain demam apa lagi yang kau rasakan?" Sasaki menarik selimut dan menutupi tubuh Muji.

"Kepalaku pusing dan tenggorokanku sakit."

"Kalau begitu, ayo ke rumah sakit."

"Tidak, aku punya beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan."

"Kesehatanmu lebih penting."

Sasaki hendak menggendong Muji, kedua lengannya sudah hendak menopang bahu dan kakinya tapi niatnya itu ditolak oleh Muji.

"Sudahlah, aku punya obat. Tolong ambilkan itu saja, ada di laci."

Dengan helaan napas pasrah, Sasaki pun mengambilkan obat yang dimaksud Muji sedangkan Muji masih sibuk dengan berkas-berkas di tangannya. Muji duduk bersandar di tempat tidurnya dengan sebuah kacamata bertengger di hidungnya. Wajah pucat nya membuat Sasaki ingin sekali menyeret pria itu ke rumah sakit tapi Muji adalah tipe orang yang keras kepala jadi tidak mudah bagi Sasaki untuk menyeret pria itu.

Dengan lembut Sasaki mengambil beberapa lembar dokumen yang sedang Muji baca, tangannya yang lain menyodorkan obat dan segelas air kepada Muji.

"Minumlah, aku akan mencari cara untuk menurunkan demam mu."

Dengan patuh Muji meminum obat yang diberikan oleh Sasaki dan kembali menyibukkan diri dengan dokumen-dokumen yang sedang ia baca sebelumnya.

Sasaki yang melihat temannya itu lebih perduli dengan pekerjaannya ketimbang kesehatannya sendiri merasa kesal sekaligus iba, dengan sebuah baskom berisi air hangat dan handuk ia pun mendekat kearah Muji dan meletakkan baskom berisi air hangat tersebut di nakas samping tempat tidur.

"Sebenarnya dokumen apa yang sedang kau baca itu?"

"Ini tentang Hanabi dan kronologi kecelakaan Keita."

"Oh."

Sasaki membasahi handuk dengan air panas lalu mengambil sebelah tangan Muji dan mulai mengelap permukaan kulit Muji secara perlahan, betapa terkejutnya ia saat mendapati beberapa ruam kemerahan bahkan beberapa ruam itu sudah mulai mengembung seakan terkena sesuatu yang mmebakar.

"Muji, apa kau terkena minyak panas atau semacamnya? Kenapa lenganmu seperti ini?"

Muji yang awalnya tidak memperhatikan seketika menjadi panik saat melihat kondisi kulit lengannya, segera ia pun mengecek seluruh tubuhnya bahkan sampai membuka piyamanya. Saat itu juga Sasaki maupun Muji terkejut karena hampir sekujur tubuh Muji terdapat ruam kemerahan seperti luka lepuh.

"Oh tidak."

Dengan panik Muji mendorong Sasaki menjauh, Sasaki tahu apa yang sedang terjadi dan dengan lembut menenangkan Muji.

"Aku akan memanggil dokter, jangan takut."

"Aku tidak takut soal ini, aku takut kau akan tertular."

"Ini bukan penyakit serius."

"Cacar air itu penyakit yang sangat menular, jadi kau pulang lah aku bisa mengurus diriku sendiri."

"Tenang saja, aku sudah pernah terkena cacar air saat aku kecil jadi aku akan baik-baik saja."

Mendengar hal ini Muji pun menjadi sedikit lebih tenang, setidaknya ia tahu bahwa cacar air tidak akan menular kepada orang yang sudah pernah mengalaminya.

"Aku akan mengeringkan lenganmu, penyakit seperti ini tidak boleh terkena air atau ruam nya akan semakin menyebar. Untuk demammu, aku akan memberikan obat penurun demam saja."

Sasaki menarik kembali lengan Muji yang sebelumnya ia basuh dengan handuk basah, dengan lembut ia mengeringkan lengan tersebut.

Muji hanya memperhatikan apa yang dilakukan Sasaki tanpa berbicara sedikitpun. Muji terlahir yatim piatu tanpa sanak saudara sama sekali, sejak awal ia sendirian menapaki dunia yang kejam ini dan tentu saja setiap dirinya sakit tidak ada seorang pun yang akan merawatnya. Namun kali ini Sasaki merawatnya, hal ini membuat Muji merasa sedikit tersentuh.

"Aku baik-baik saja."

"Kau tidak baik-baik saja, lupakan dulu soal Hanabi dan Keita. Kesehatan mu lebih penting."

"Tapi aku khawatir, jika memang kecelakaan Keita ada hubungannya dengan rentetan kejadian yang-"

Sasaki membungkam mulut Muji dengan telapak tangannya, ekspresi wajahnya tidak bisa terbaca sama sekali.

"Kau sedang sakit, apapun itu kita pikirkan nanti setelah kau sembuh. Mengangguklah jika kau setuju."

Setelah melihat Muji mengangguk dengan patuh barulah Sasaki menarik kembali tangannya, Muji terdiam sambil memperhatikan Sasaki merapihkan dokumen-dokumen yang berceceran diatas tempat tidurnya.

Ditengah keheningan tersebut tiba-tiba saja Sasaki menepuk ringan puncak kepala Muji sambil sesekali mengusap Surai kecoklatan milik pria itu.

"Istirahatlah, aku akan merawat mu sampai kau sembuh." ucap Sasaki dengan senyuman terpampang indah di wajah tampannya.

"Oke."

---

Chloe sedang membaca setiap dokumen yang diberikan oleh Genji kepadanya beberapa saat lalu, Genji mengatakan bahwa semua dokumen tersebut sudah ia pastikan kebenarannya jadi Chloe tidak perlu khawatir tentang kekeliruan apapun yang mungkin terjadi.

Ditatapnya lekat-lekat setiap data yang terpampang di setiap lembaran kertas tersebut, mulai dari biodata dan rangkuman biografi Keita beserta orang-orang terdekatnya termasuk anggota tim nya di ekspedisi. Beberapa ringkasan tentang kecelakaan yang pria itu alami, rekam medisnya, dan semua hal yang bersangkutan dengan apa yang ingin Chloe ketahui.

Diam-diam Chloe menatap ke arah pintu kamar Helios, pria bersurai perak itu belum juga keluar kamarnya sejak dia pulang dengan mata sembab dan wajah penuh air mata.

Chloe tidak berani bertanya lebih lanjut karena hanya dengan melihat kondisi Helios, pria itu sudah tau apa yang terjadi padanya.

Dihelanya napas berat, lalu ia pun memutuskan untuk menghubungi salah satu nomor yang terpampang jelas di lembaran dokumen yang sedang ia pegang. Tertera nama Asahi di atas nomor tersebut, dengan segera ia pun meraih ponselnya lalu mengetik satu persatu nomor yang ada disana dan menekan tombol panggilan.

Beberapa detik setelahnya terdengar suara dering yang menandakan panggilannya sudah terhubung dan tidak lama setelah itu terdengar suara seorang pria tapi sangat lembut yang berasal dari sisi lain panggilan.

"Halo?"

"Hm, halo. Aku Chloe, wali dari Helios."

"Oh kau Chloe, Helios banyak bercerita tentang mu. Hm, ada apa?"

"Begini, bisa kita bertemu? Ada yang ingin ku bicarakan."

"Tentang?"

"Helios, Keita, dan semua hal mengenai apa yang terjadi saat masa ekspedisi. Aku ingin tahu semuanya."

Hening beberapa saat, Chloe menunggu dengan sabar sampai suara kembali terdengar dari ujung sana.

"Besok jam tiga sore di Cafe Sunflower Jln. y2 sebelah perusahaan XX, bagaimana?"

"Oke."

"Kalau begitu sampai jumpa."

"Sampai jumpa."

Panggilan pun terputus, Chloe diam sejenak sambil menatap kembali layar ponselnya yang menampilkan halaman utama. Sekali lagi ia menatap ke arah pintu kamar Helios, hati nya mengucap banyak kata maaf karena bagaimana pun Chloe tidak bisa melibatkan Helios dalam hal ini sampai semuanya jelas. Dirinya tidak ingin melihat Helios tersiksa lebih dari ini.

Dirapikannya lembaran demi lembaran dari dokumen-dokumen tersebut, ia susun lalu memasukannya kembali ke dalam amplop coklat dan dengan rapih meletakkannya di dalam tas nya.

Besok Chloe akan memastikan apa Asahi berada di kapal yang sama dengan dirinya dan Helios atau tidak, jika memang Asahi berada di kapal yang sama dengan mereka maka ia akan menunjukkan semua dokumen ini padanya. Namun jika tidak maka Chloe akan melakukan cara apapun untuk memutus hubungan Helios dengan Asahi.

"Tidak apa-apa Chloe, ini semua kau lakukan demi Helios."

Ia memejamkan mata sambil meyakini dirinya sendiri bahwa yang ia lakukan sudah benar, dan dengan perlahan rasa sesak karena rasa bersalah yang hinggap di hatinya pun perlahan mereda.

------bersambung

Dikit yah? Sabar sabar masih chap 25, masih ada 25 chap lagi menuju ending hehehehehe

Jangan lupa support nya yah biar author makin semangat ngetik nya hehehe

Luv u guys ❣️

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 52K 55
Note: Author mutusin nulis ulang+revisi cerita ini, jadi jangan bingung kalau ada part 1 (Revisi) karena aku mutusin merevisi dengan cara nulis ulang...
4.5K 499 9
VIAN ADALAH ANAK YANG CERIA DAN BAIK HATI, IA MEMILIKI SAHABAT YANG SANGAT BAIK DENGANNYA. SAHABATNYA BERNAMA SADEWA, DEWA SELALU PERHATIAN DENGANNYA...
11.7K 2.1K 18
Amirah Fatin. Gadis ini terpaksa memutuskan sesuatu yang tak seharusnya ia lakukan demi keberlangsungan hidupnya. Karena suatu dan lain hal, ia tak b...
185K 19.5K 15
[Completed] Highest Rank #1- SasuSaku #5- Ship #94-Sasuke #98-Sakura Ketika menjalankan misi bersama team 7, Sasuke terjatuh dari ketinggian, jiw...