Gabriello (Cetak ✅ │ Part len...

By tivery

70.1K 7.1K 2.1K

GABRIELLO adalah buku pemenang juara pertama untuk event menulis 50 days challenge Moon Seed Publisher. ____... More

-GABRIELLO-
-CAST GABRIELLO-
Day-1. Arcello Maqil
Day-2. Kejanggalan
Day-3. Makhluk Asing
Day-4. Gabriel
Day-5. Kesepakatan
Day-6. Penyesuaian
Day-7. Perkara Bunga
Day-8. Kenangan Penyembuh
Day-9. Keluar Rumah
Day-10. Hadiah Kecil
Day-11. Mulai Bergerak
Day-12. Bos Baru
Day-13. Beezel Fowk
DAY-14. Dilema
Day-15. Curahan Hati
Day-16. Romantis VS Komedi
Day-17. Angel's Party
Day-18. Sahabat Gabriel
Day-20. Sebuah Distorsi
Day-21. Waspada
Day-22. Ancaman
Day-23. Inspeksi Dadakan
Day-24. Langkah Awal
Day-25. Rencana Liburan
Day-26. Melepas Senja Bersama
Day-27. Dalam Pelukan
Day-28. Kejutan Ulang Tahun
Day-29. Hadiah
Day-30. Perayaan Tahun Baru
Day-31. Getaran Perasaan
Day-32. Kegalauan Arcello
Day-33. Memintal Perasaan Kusut
Day-34. Cerita dan Rahasia
Day-35. Terjebak
Day-36. Dua Sisi Perasaan
Day-37. Yang Terlupakan
Day-38. Goyah
Day-39. Tragedi
Day-40. Berduka
Day-41. Adu Domba
Day-42. Kejujuran
Day-43. Pengkhianat Sebenarnya
CETAK
Day-44. Di Ujung Kematian
Day-45. Amarah
Day-46. Perpisahan
Day-47. Restart
Day-48. Bidadari Laki-Laki
Day-49. Dunia Baru
Day-50. Gabriello

Day-19. Hujan Minggu Sore

814 128 24
By tivery


#Day19
Clue #imitasi

Imitasi berarti tiruan, bukan asli.

* * * *

Pukul sepuluh pagi Arcello baru bangun sejak ia tertidur di pangkuan Gabriel semalam. Namun ketika bangun, ia sudah ada di atas kasur. Dengan sisa kesadarannya semalam, Arcello ingat jika Gabriel membopong tubuhnya seperti putri dipindahkan ke kamar. Mengingat hal itu membuat Arcello tersipu malu.

Arcello tersentak saat menyadari jika dirinya tidur sendiri. Cepat-cepat ia beranjak dari kasur lalu keluar kamar untuk memastikan kalau Gabriel masih ada di rumahnya dengan rambut yang masih acak-acakan.

Sesaat keluar kamar, tempat pertama yang Arcello datangi adalah dapur, tempat favorit Gabriel. Tetapi sosok yang ia cari tidak ada di tempat tersebut. Arcello mulai panik. Setelah itu ia coba mencari di ruang tengah, berharap sang mantan malaikat itu masih tertidur di sofa, tapi setelah dicek ternyata tidak ada juga.

Arcello semakin khawatir, ia pun mulai memanggil-manggil. "Phi ... Phi di mana?" teriak Arcello.

Namun tidak lama kemudian, sang pria yang dipanggil-panggil namanya pun menyahut. "Iya, Tuan?"

Mendengar hal tersebut, Arcello segera memastikan. Ternyata Gabriel sedang berada di balkon, memotongi tangkai-tangkai daun yang mengering sekaligus sedang memberi pupuk.

Arcello melongok dari pintu balkon memastikan Gabriel ada di sana, barulah ia bisa bernapas lega. "Ternyata Phi ada di sini," tuturnya sambil cengar-cengir berjalan mendekati Gabriel.

"Jantungku hampir copot. Aku pikir Phi pergi bersama yang lain," jujur Arcello merasa takut jika Gabriel tidak menepati janjinya.

Gabriel menghentikan aktivitasnya lalu mendekati tuannya. Ia menatap Arcello yang masih berantakan pasca bangun tidur. Sambil membenarkan rambut tuannya yang tampak centang, ia pun meyakinkan Arcello. "Kan saya sudah bilang, saya akan tetap di sini. Tuan tidak perlu khawatir."

Dari sorot matanya yang bening, Arcello meyakini jika perkataan Gabriel benar-benar tulus dan jujur. Ia pun hanya mengangguk menimpali ucapan Gabriel.

"Oh ya. Mereka sudah pulang semua Phi?"

"Ya iyalah, Tuan. Mereka pergi sebelum fajar. Lagi pula, Tuan membuat mereka menunda semua aktivitasnya. Ingat?" goda Gabriel.

Arcelo cengar-cengir mengingat permintaannya tadi malam. "Si Rafie juga pergi? Dia kan nganggur," timpal Arcello.

Gabriel tersenyum mendengar sarkas tuannya kepada Rafael. Entahlah, di mana pun berada kesan orang terhadap Rafael memang tak jauh dari kata badung.

"Itu, itu tas belanja ditinggal lagi? Biar ada alasan balik ke sini ya?" Arcello masih terus mencela Rafael.

"Oh iya. Saya lupa. Rafael meminta saya menyampaikan ke Tuan, barang dalam tas itu adalah hadiah perkenalan darinya untuk Tuan. Kata dia, Tuan pasti akan sangat menyukainya. Periksalah!" tutur Gabriel.

Tanpa menunggu lama, Arcello langsung berjalan menghampiri tas belanja yang berada di atas sofa. Senyumnya terukir manakala dia tahu apa yang ada di dalamnya.

"Wiiih... Asli nggak nih? Jangan-jangan imitasi," celoteh Arcello. Sebuah tas tangan pria berwarna hitam dari merek ternama berhasil membuat senyum Arcello semakin merekah. Walaupun dia bukan penggemar barang branded, dia cukup paham tas tangan itu tidaklah murah.

"Awas ya Fie, kalau ternyata KW, gue gibeng lu!" monolog Arcello sambil terus tersenyum. Dalam hati dia sangat yakin barang yang dipegangnya bukanlah imitasi. Bahkan dari paper bag -nya saja sudah tampak jelas bahwa itu asli.

"Tuan mau sarapan sekarang? Biar saya buatkan." Teriakan Gabriel dari balkon memecah keasyikan Arcello dengan barang barunya.

Arcello menggeleng, "Nanti saja sekalian makan siang, lagian sekarang udah lewat," sanggahnya. Kemudian dia memasukkan lagi tas tangan itu dengan hati-hati ke dalam paper bag dan menyusul Gabriel yang masih asyik dengan tanamannya di balkon.

"Sini Phi, aku bantuin," tawar Arcello.

Gabriel pun segera memberikan semprotan pupuk pada sang tuan. Sementara ia memotongi daun-daun kering, Arcello menyirami pot-pot berisi tanaman miliknya.

"Oh ya, Phi. Kita nanti jadi jalan ya, tapi agak sorean aja gimana? Biar nggak terlalu panas, gitu." Arcello mengingat akan janjinya. Namun karena mereka kesiangan, akhirnya ia mengusulkan untuk pergi jalan sore hari.

Dengan senang hati Gabriel tersenyum menimpali. "Baiklah, Tuan." Gabriel kembali fokus pada kegiatannya.

Sementara, Arcello tak henti terus memandangi pria di sampingnya. Entah ketularan Rafael, mendadak keluarlah ide jahilnya. Tiba-tiba Arcello menyemprot-nyemprotkan air pupuk yang ia pegang ke arah Gabriel, dan membuat si mantan malaikat itu belingsatan menghindari kejahilan sang tuan.

Arcello tertawa puas melakukan kejahilannya. Seperti tidak mau kalah, Gabriel mulai merebut semprotan tuannya, lalu ia membalas apa yang Arcello lakukan padanya. Arcello pun tampak melotot. Akhirnya kedua pria itu saling berebut semprotan dan menjahili satu sama lain.

***

Hari cerah yang sejak keluarnya pelangi tadi pagi, kali ini mendadak mendung. Awan-awan hitam pun menggulung, membuat Arcello tampak murung. Ia hanya cemberut menyaksikan derasnya hujan dari jendela, padahal ia sudah rapi bersiap untuk pergi jalan-jalan bersama Gabriel.

Hujan mengguyur lebih dari tiga jam sejak tetesan pertamanya jatuh tengah hari tadi. Gabriel yang sedang duduk di sofa sambil membaca, langsung membujuk tuannya agar duduk saja sambil menunggu hujan reda.

"Tuan, duduklah di sini sambil menunggu hujan reda," ajak Gabriel sambil menepuk sofa empuk tepat di sebelahnya. Sambil mencebik, sang tuan pun patuh. Ia berjalan menghampiri Gabriel lalu duduk di sebelahnya tanpa bersuara.

Melihat tuannya cemberut, justru membuat Gabriel merasa gemas, ingin mencubit pipi tembamnya. "Sudahlah Tuan, hari minggu masih panjang. Lagian belum sore juga, kan? Tunggu saja, siapa tahu sebentar lagi reda." Gabriel membujuk tuannya.

"Mikhael benar-benar balas dendam karena semalam aku melarangnya bekerja," gerutu Arcello menyalahkan sang malaikat penurun hujan. "Nyebelin, ih." Arcello memencak-mencak lantai yang ia injak.

Melihat tuannya semakin kesal, membuat Gabriel semakin gemas. Ia tertawa lepas, sementara itu Arcello langsung memelototinya. Tidak ingin menambah kekesalan tuannya, cepat-cepat Gabriel membekap mulutnya, menahan tawa yang mengakak.

"Phi, cepat hubungi dia!" pinta Arcello mendadak.

"Hah?"

"Mikhael. Phi bisa memanggilnya kan?" Jelas Arcello.

Tidak ingin membuat tuannya murung lebih lama, Gabriel pun menutup bukunya lalu bangkit dari sofa. "Ya sudah, tunggu sebentar," ucapnya.

Melihat Gabriel yang tiba-tiba berjalan ke arah balkon membuat Arcello tersenyum semangat, ia pun mengikuti perlahan.

Gabriel berdiri, kepalanya menengadah kearah langit, matanya terpejam untuk mengumpulkan konsentrasi. Tidak lama kemudian Mikhael pun datang memenuhi panggilannya.

"Hai, Gab, sesuatu terjadi?" Mikhael terlihat sedikit panik. Pasalnya, mereka baru saja berpisah di awal pagi hari ini. Jika Gabriel memanggilnya lagi, kemungkinan ada hal yang mendesak, pikirnya.

Gabriel menoleh ke arah Arcello yang melongok di ambang pintu. "Anu ... itu ...." Gabriel tampak ragu dan segan untuk bicara pada sahabatnya.

Belum sempat Gabriel bicara, tiba-tiba Arcello mendatangi mereka di balkon. "Tuan Mikhael ... oh bukan, Abang Mike ... tolong hentikan hujannya, dong. Kali ini saja, please." tanpa basa-basi, Arcello memohon pada sang malaikat hujan.

Melihat Arcello di hadapannya, Mikhael segera memberi hormat. "Untuk alasan apa saya harus menghentikan hujannya, Tuan?" tanya Mikhael kebingungan atas permintaan tuannya yang tiba-tiba.

"Aku udah janji mau ngajak Phi Gab jalan-jalan sore ini. Tapi gara-gara hujan deras, kita nggak jadi keluar," rengek Arcello.

"Maafkan saya Tuan, tapi seperti yang tertulis dalam kitab, jadwal untuk hari ini ya menurunkan hujan di sini. Lagi pula karena kejadian semalam, saya harus menunda banyak pekerjaan. Jadi curah hujan pun lebih banyak dari biasanya." Mikhael menjelaskan kalau dirinya tidak bisa menuruti permintaan Arcello.

"Ayolah, Bang. Kali ini saja. Please!" pinta Arcello memaksa.

"Maaf Tuan, saya tidak bisa." Mikhael menjawab tegas.

Arcello terlihat kecewa, namun ia melihat gerak-gerik Mikhael yang terus melirik ke arah salah satu tanaman kesayangannya. Melihat hal itu, Arcello tiba-tiba mendapatkan ide untuk menunjukkan skill melobinya.

"Orang yang mengajakmu bicara ada di sini, Bang. Tapi matamu terus melirik tanamanku. Naksir ya?" celetuk Arcello sambil tersenyum licik.

Mendengar pertanyaan tuannya, membuat Mikhael gelagapan. Cepat-cepat ia berpaling dari tanaman yang sejak tadi ia pandangi sambil menggeleng kepala. "Tidak, Tuan, bukan begitu," jawab Mikhael gelagapan.

"Asal Abang memenuhi permintaanku, aku rela memberikan bunga itu buat Abang," rayu Arcello.

Mikhael tentu saja tergiur, tapi dengan cepat dia menimpali, "Maaf Tuan, saya benar-benar tidak bisa," tolaknya.

"Yakin nih nggak mau? Aku tahu Bang Mike suka bunga itu, kan? For your information aja sih, bunga itu aku beli langsung dari Jepang, loh. Senimannya juga paling senior di sana. Belum lagi, pohonnya diseleksi secara ketat dari bunga azalea yang sudah jarang keberadaannya. Jadi, bunga ini tuh langka." Arcello benar-benar pandai bersilat lidah.

Mendengar perkataan Arcello membuat pertahanan Mikhael mulai goyah. Ia benar-benar tergiur dengan ucapan tuannya, apalagi penampilan bonsai pohon azalea yang sedang mekar bunganya begitu memesona.

"Ma ... maaf, Tuan. Tapi ... sa ... saya tidak bisa," tolak Mikhael gelagapan atas tawaran Arcello. Padahal di dalam hatinya ia sangat menginginkan bunga tersebut.

"Ya sudah kalau tidak mau. Aku akan simpan di kamar saja, biar Bang Mike nggak bisa melihatnya lagi. Rugi dong, Abang saja tidak mau diajak negosiasi, masa aku harus membiarkan bunga kesayanganku di pandangi sesuka hati sama Abang." Arcello mengancam. Sekali lagi ia benar-benar cerdik membuat lawan bicaranya ketar-ketir.

Mikhael menelan ludah. Tawaran dari tuannya terasa sangat menggiurkan. Ia juga tidak bisa membayangkan kalau dirinya tidak lagi bisa menikmati kecantikan bunga azalea mini yang selalu mencuri perhatiannya itu. Akhirnya, walau berat hati dan terpaksa, pertahanan Mikhael pun runtuh juga. Ia setuju menghentikan hujan untuk kedua kalinya karena Arcello.

"Baiklah, Tuan," ucap Mikhael lemas. "Tapi ini yang terakhir, ya. saya tidak akan menuruti lagi permintaan tuan yang aneh-aneh seperti ini." Ia pun memperingati tuannya.

Arcello mengangguk menyetujui syarat yang diajukan Mikhael. Ia tampak tersenyum senang. Saking senangnya, cepat-cepat ia mengulurkan tangan ke hadapan Mikhael. "Deal!" ucapnya. Namun hal itu langsung di cegah Gabriel. Sedangkan Mikhael sontak terkejut disangkanya sang tuan akan menyentuhnya.

"Tuan, jangan!" pekik Gabriel.

Arcello melotot heran, namun sesaat kemudian setelah melihat Mikhael yang tampak panik, ia pun menyadari, kalau dirinya hampir saja membuat satu malaikat lagi menjadi manusia. "Maaf, aku lupa," celetuk Arcello sambil cengar-cengir.

Setelah negosiasi disetujui dua belah pihak, yaitu Arcello dan Mikhael, keduanya pun mendapatkan apa yang mereka mau. Arcello dengan sore cerahnya, lalu Mikhael dengan bonsai azalea-nya dari Jepang.

Tidak lama kemudian, Mikhael pun hengkang meninggalkan kediaman tuannya membawa sepot bunga ke tempatnya. Sementara Arcello dan Gabriel bersiap untuk pergi jalan-jalan pada sore yang tiba-tiba cerah itu.

Setelah Gabriel mengikuti tuannya kembali masuk ke dalam apartemen, sambil menutup pintu balkon ia pun penasaran ingin bertanya.

"Tuan, apakah tidak sayang memberikan bunga secantik itu kepada Mikhael? Bukankah itu mahal Tuan? Tuan membelinya jauh dari Jepang, kan?" tanya Gabriel.

Arcello menjawab dengan santai. "Sudahlah Phi, biarkan saja. Lagian aku juga belinya di sini kok, banyak di toko-toko bunga pinggir jalan," selorohnya sambil tertawa, "yang penting sekarang kita bisa jalan-jalan." Gabriel bersorak atas kemenangannya membodohi Mikhael.

"Astaga, Tuan ...." Gabriel tercengang oleh tingkah polah tuannya. Sedangkan sang tersangka sedang berjingkrak-jingkrak kegirangan.

"Jalan-jalan ... jalan-jalan," sorak Arcello tampak seperti bocah.

Gabriel hanya menggeleng kepala, membayangkan bagaimana jika Mikhael mengetahui kalau ia ditipu tuannya. Lagi-lagi, Gabriel hanya bisa merasa kasihan atas kebodohan sahabatnya.

* * * *
Team Jasun

Tivery x noenu_

Aku dan si abang gemoy noenu_
mengucapkan banyak terimakasih kepada
Readers atas support-nya.
Readers sangat paham bahwa buku Gabriello ini adalah buku yang didedikasikan untuk kompetisi, maka dari itu banyak Readers yang men-suport dengan cara memberi vote dan comment sebanyak mungkin. Bahkan sampai tiap paragraf dikomentarin.. 😘😘😘😘.

Terimakasih banyak buat apresiasinya, terlebih kami berdua ingin Readers juga menikmati cerita kami...

Sehat dan bahagia selalu ayang-ayang akuuuu
❤❤❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

289K 754 9
konten dewasa 🔞🔞🔞
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
3.6M 357K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
116K 9.9K 6
Dunia itu berputar. Dulu Bisma Pradipta Baskoro adalah korban bully Ardio Lintang Mahandi, tapi di dunia dewasa Bisma adalah pengusaha sukses yang ma...