Black Pearl [Open PO]

By MarxSha69

22.6K 2.2K 446

Ombak membawaku padanya, kepada sang keindahan di Palung Mariana. Keindahan itu tersenyum lalu berkata, "Halo... More

PROLOG
Day 1 : Kehangatan Dari Dasar Laut
Day 2 : Kenangan Masa Lalu
Day 3 : Pertemuan Kembali
Day 4 : Hembusan Angin dan Riuh Ombak
Day 5 : Milikku
Day 6 : Pemahaman
Day 7 : Pernyataan
Day 8 : Malam Terakhir
Day 9 : Janji
Day 11 : Keteguhan Hati
Day 12 : Menyusuri Lautan
Day 14 : Pria Baik Tersenyum Cantik
Day 15 : Apakah sia-sia?
Day 16 : Kecemasan
Day 17 : Dia Yang Terlupakan
Day 19 : Empati
Day 20 : Pria Malam Ini
Day 21: Lihat Dan Perhatikan
Day 22 : Keraguan
Day 23 : Meredup
Day 24 : Aku Yang Kau Lupakan
Day 25 : Tekad
Day 26 : Bukti
Day 27 : Embun Hati
Day 28 : Momento
Day 29 : Kepercayaan Yang Keliru
Day 30 : Hari Sial
Day 31 : Hilang Kendali
Day 32 : Permohonan Tegas
Day 33 : Penyesalan
Day 34 : Kemarahan
Kabar Penting!!
Kabar baru!
PO!!!
haloo~

Day 18 : Langit Kelabu

271 52 8
By MarxSha69

#day18
#teja

Teja bisa diartikan sebagai pelangi atau lembayung saat senja.

(⁠。⁠・⁠/⁠/⁠ε⁠/⁠/⁠・⁠。⁠)

Chloe masih menatap Helios tidak habis pikir, ternyata apa yang dia pikirkan selama ini adalah benar adanya. Sekarang Chloe tertekan sendiri dengan Helios masih bungkam dengan wajah sedihnya.

"Baiklah Helios, apa orang tuamu tahu soal ini?"

"Tidak."

"Lalu siapa saja yang tahu kau pergi?"

"Kakakku dan Fiergo."

"Bahkan Fiergo terlibat astaga, keluarga inti sedang tidak baik-baik saja."

"Karena aku tidak punya pilihan." Helios menurunkan pandangannya, jemarinya saling bermain satu sama lain di atas pangkuannya.

"Jika itu soal cinta, bukankah dia bilang akan menjemputmu kembali?"

"Aku hamil."

"A-apa? Maaf kurasa pendengaranku bermasalah, bisa kau ulangi?" Chloe tertawa canggung sambil memukul pelan telinganya.

"Aku hamil, Chloe. Itu alasan aku pergi menemuinya, aku harus mengatakan bahwa aku sedang mengandung anak kami."

"Kau gila, Helios kau gila! Bagaimana ini, jika keluarga mu tau maka tamatlah sudah. Tokyo pasti akan tenggelam oleh tsunami."

"Ayah tidak akan melakukan itu."

"Dia akan, dan ibumu akan menurunkan badai serta menarik para nelayan ke dasar laut."

"Mereka tidak akan Chloe, mereka adalah bangsa merman bukan siren."

Helios tidak habis pikir dengan ketakutan ekstrim Chloe, sudah jelas ada kontrak hidup dan mati yang mengikat semua bangsa duyung agar tidak menyebabkan kerusakan apapun yang melibatkan bangsa lain.

Chloe bersandar pada sofa dengan tubuh lemas, dia tidak hanya membawa seorang merman ke rumahnya, bahkan merman itu sedang mangandung anak manusia. Tamat sudah.

"Aku tidak punya pengalaman apapun soal kehamilan." Chloe memandang Helios dengan cemas.

"Aku juga." Helios tersenyum getir.

Chloe memandang kosong ke arah jendela, dalam hatinya ia terus mengucapkan bahwa dirinya sudah tamat. Namun seketika ia ingat bahwa ada beberapa kliennya yang sudah memiliki keluarga jadi mungkin ia bisa menanyakan perihal kehamilan kepada mereka.

"Yah bagaimanapun kau sudah hamil, manusia umumnya pergi ke rumah sakit untuk mengecek kehamilan mereka tapi aku tidak bisa membawamu ke sana karena kau seorang pria. Akan berbahaya jika manusia menemukan fakta bahwa kau hamil, tubuhmu bisa dijadikan objek penelitian."

"Objek penelitian itu apa?"

"Seperti kekasihmu yang melakukan penelitian dengan ikan laut dalam dari Palung Mariana."

"Maksud mu dengan menyayat tubuh mereka dan mengeluarkan isi tubuhnya untuk dilihat?"

"Kurang lebih seperti itu."

Helios terkejut, dia segera memeluk perutnya. Dia meringsut ke sudut sofa dengan menunjukan wajah memelas ke arah Chloe bagai anak anjing yang hilang.

"Jangan bawa aku ke sana."

"Anak bodoh, mana mungkin aku membawamu ke tempat yang membahayakanmu?!" Chloe menepuk pelan kening Helios dengan ujung jarinya.

"Hehe." Helios tertawa ringan sambil terus bercanda gurau dengan Chloe.

"Helios."

"Ya?" Helios memiringkan kepalanya sambil menatap Chloe.

"Aku akan membantumu menemukan kekasihmu, aku juga akan membantumu merawan kandunganmu. Jadi kau harus hidup dengan baik bersamaku sampai kekasihmu benar-benar bisa menjagamu, oke?"

"Oke."

Dada Chloe menghangat hanya dengan menatap senyum manis yang menghiasi wajah Helios. Beginikah rasanya memiliki keluarga untuk dijaga?

Helios, aku akan menjagamu.

Suara hatinya tenggelam bersama dengan teja di langit kelabu yang terpangpang di jendela apartemen, bagai badai yang berlalu, teja pun memberi warna di langit gelap itu.

Seperti hidupnya yang semula kelabu menjadi berwarna karena kehadiran Helios, putra bungsu dari keturunan keluarga murni.

----

Matahari sudah lama terbenam, langit malam Tokyo masih terang benderang seperti biasanya. Kios-kios masih ramai menjajakan dagangannya, club-club malam semakin ramai oleh berbagai kalangan.

Ryuu duduk di sofa yang sudah dipesan oleh Keita sebelumnya, malam ini tim mereka mengadakan pertemuan setelah lama tidak saling menyapa.

Sasaki dan Muji datang lebih dulu lalu disusul oleh Ryuu dan Asahi, mereka duduk sambil bercanda gurau dengan saling melempar ejekan satu sama lain.

"Sasaki, bagaimana bisa kau menolak putri kampus? Dia jelas-jelas menyukaimu dan kau mencampakkannya haha." Ryuu menepuk pundak Sasaki sambil tertawa.

"Sudah aku bilang aku tidak tertarik, aku punya proyek lanjutan yang harus ku kerjakan. Tidak ada waktu untuk hubungan seperti itu."

"Ayolah dude, apa kau tidak lelah melakukannya dengan tanganmu sendiri?"

"Hm? Bagaimana dengan dirimu sendiri Tuan Nakamoto? Bukankah kau juga tidak punya pasangan?" Sasaki menimpali.

"Aku? Oh maaf aku lupa memberitahu kalian," Ryuu menarik Asahi yang duduk di sebelahnya ke dalam rangkulannya lalu melanjutkan. "Aku dan Aci-chan sudah berpacaran sejak kita meninggalkan pulau."

"Hah? Kenapa tidak memberi tahu ku?"

"Kami lupa." Asahi menanggapi.

"Muji, kenapa kau tidak terkejut?" Sasaki bertanya kepada Muji.

"Aku sudah tau."

Sasaki hendak mengajukan banyak pertanyaan tapi perhatian dari semua orang disana terfokus pada kedatangan Keita dan seorang gadis di sisinya.

Ryuu jelas tidak menyukai wanita itu sedangkan Asahi terlihat memalingkan pandangannya, menolak kontak mata.

Muji tidak banyak berekspresi tapi Sasaki jelas terlihat menyambut wanita itu, Sasaki selalu menjadi orang yang tidak tahu apa-apa.

"Kalian sudah datang."

"Ya, siapa itu yang kau bawa?" tanyal Sasaki.

"Ini Hanabi, kekasihku."

Keita menarik tangan Hanabi dan mengisyaratkan wanita itu agar duduk di sampingnya. Sasaki dapat melihat jelas wajah penuh permusuhan yang dilontarkan Ryuu.

"Ketua, aku kira ini adalah reuni jadi kenapa kau membawa orang luar? Bagaimana ini? Aku jadi tidak bisa mengenang masa lalu." sindir Ryuu dengan wajah sinisnya.

"Dia bukan orang luar, dia kekasih ku. Lagi pula mengenang masa lalu apa maksudmu?"

"Sesuatu seperti apa yang kita lakukan saat di Palung Mariana haha, oh iya aku bertemu Helios kemarin."

"Helios?" Muji menimpali.

"Oh? Dia datang ke Tokyo? Ada apa?" Sasaki menaruh cangkirnya dan menerobos ke dalam obrolan.

"Dia mencari Keita, bagaimana Keita? Apa kau sudah bertemu dengannya?" Asahi bertanya kepada Keita.

Keita terdiam sejenak, tangan Hanabi yang menggenggam tangannya seketika mengencang membuat Keita menoleh kepada wanita itu. Keita pun kembali menatap teman-temannya lalu menjawab.

"Aku tidak tau siapa dia, sudahlah masa lalu hanyalah masa lalu untuk apa kau mengungkitnya?"

"Oh ya?" Ryuu menaikan nada suara.

"Ryuu, aku tidak tahu kenapa kau sangat membenci Hanabi dan aku juga tidak perduli soal itu, tapi jika kau melontarkan kata-kata yang menyinggung hubunganku dengannya, aku tidak akan segan untuk memukulmu." Keita berkata dengan geram.

Hanabi yang duduk di antara mereka hanya terdiam dengan terlihat seringai di wajahnya.

"Coba saja, aku juga sangat ingin membenturkan kepalamu lagi!" Ryuu menyerah dan kembali mengambil segelas penuh bir dan menelan isinya sampai habis.

Asahi tidak banyak berbicara begitu pula Muji, sedangkan Sasaki masih mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.

Keita terdiam sambil mengamati isi gelasnya, merenung dalam pikirannya sambil diam-diam mendengungkan nama Helios dalam benaknya.

Lagi-lagi bagian dalam dadanya terasa tidak nyaman seperti ada sesuatu yang terlupakan tapi ia tidak ingat apa itu, seketika wajah seorang pria cantik yang tiba-tiba menemuinya di hari di mana ia sedang bersama Hanabi pun menyeruak masuk ke dalam pikirannya.

"Aargh-- ssh!" Keita sontak menekan kepalanya yang terasa sakit.

Semua orang di sana terlihat panik kecuali Ryuu yang bahkan tidak bergeming sedikitpun dari posisinya, dengan tatapan mengejek ia berkata.

"Sekali lagi kau melupakannya, hadapilah amnesia sialanmu itu atau aku akan membiarkanmu mati seperti itu bajingan haha."

"Ryuu!" Muji mencoba memperingati Ryuu yang mulai kehilangan kesabarannya lagi.

"Muji! Jika memang dia amnesia harusnya dia mencoba mengingat apa yang dia lupakan bukan malah bertekad membuka lembaran baru dan meninggalkan lembaran lama yang terus menunggu untuk dilanjutkan. Si sialan ini--"

Ryuu belum sempat menyelesaikan ucapannya karena ia tiba-tiba merasakan sebuah pukulan melayang ke wajahnya, ia melihat Keita dengan mata memerah dan ekspresi penuh kemarahan.

"Maki aku semaumu, jika memang memori itu berharga maka tunjukan padaku karena aku sudah sangat bersyukur bisa melupakan apa yang terjadi disana."

"Apa maksudmu?"

"Jika Helios yang kau bicarakan adalah pria kecil dengan kulit putih pucat serta berambut perak dengan manik mata kebiruan, maka aku tidak akan ingin mengingatnya lagi."

"Sialan kau." Ryuu mencoba melepaskan tangannya dari Keita tapi usahanya sia-sia.

"Aku bukan gay, jadi aku tidak peduli dengan hubungan ambigu atau memori sialan yang terus kau ucapkan itu. Aku tidak ingin mengingatnya."

Keita menghempaskan tubuh Ryuu lalu dengan segera ia menarik tangan Hanabi dan pergi dari sana, meninggalkan Ryuu yang masih berusaha melontarkan kata-kata kasar padanya.

Ryuu kehilangan kesabaran, seluruh tubuhnya bergetar. Ia terus membayangkan bagaimana pria kecil dari palung itu datang sendirian ke Tokyo tanpa seorang pun yang menjaganya hanya untuk menemui kekasih yang ia tunggu selama ini. Namun orang itu malah melupakannya hanya karena kecelakaan sialan.

"Ryuu, tenanglah." Asahi menarik Ryuu ke dalam pelukannya.

"Aku marah sekali Aci-chan." Ryuu berkata dengan suara merengek tapi Asahi tahu bahwa itu hanya bentuk kepura-puraan Ryuu untuk menutupi amarahnya.

"Aku tahu."

Sasaki dan Muji yang menyaksikan semua keributan itu hanya bisa terdiam seakan-akan jika mereka mengeluarkan satu patah kata saja bisa membuat Ryuu berbalik memukul mereka.

Tatapan mata Muji bertemu dengan Sasaki, keduanya hanya bisa saling tersenyum canggung sambil menepuk bahu masing-masing.

-------- bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

14.5K 1.8K 35
[ ON EDIT ! ] Lee Felix bukan tipe orang yang mudah menyerah dalam mendapatkan hal yang ia inginkan, termasuk memiliki Hwang Hyunjin. Si anak sekolah...
287K 28.8K 46
Xiang ditinggalkan oleh keluarganya, hanya karena alasan dia adalah seorang omega. Dia kemudian dibawa oleh keluarga Omega yang berpengaruh- keluarga...
336K 8.4K 7
"Sudah kubilang, aku ini werewolf, bukan anjing!" seru Qian tidak sabaran pada lelaki gagah menyebalkan yang memandangnya rendah. "Hoo? Namun di mata...
2.9M 186K 46
[Part lengkap] Blur : Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang...