Gabriello (Cetak ✅ │ Part len...

By tivery

76.1K 7.4K 2.1K

GABRIELLO adalah buku pemenang juara pertama untuk event menulis 50 days challenge Moon Seed Publisher. ____... More

-GABRIELLO-
-CAST GABRIELLO-
Day-1. Arcello Maqil
Day-2. Kejanggalan
Day-3. Makhluk Asing
Day-4. Gabriel
Day-5. Kesepakatan
Day-6. Penyesuaian
Day-7. Perkara Bunga
Day-8. Kenangan Penyembuh
Day-9. Keluar Rumah
Day-10. Hadiah Kecil
Day-11. Mulai Bergerak
Day-12. Bos Baru
Day-13. Beezel Fowk
DAY-14. Dilema
Day-15. Curahan Hati
Day-16. Romantis VS Komedi
Day-18. Sahabat Gabriel
Day-19. Hujan Minggu Sore
Day-20. Sebuah Distorsi
Day-21. Waspada
Day-22. Ancaman
Day-23. Inspeksi Dadakan
Day-24. Langkah Awal
Day-25. Rencana Liburan
Day-26. Melepas Senja Bersama
Day-27. Dalam Pelukan
Day-28. Kejutan Ulang Tahun
Day-29. Hadiah
Day-30. Perayaan Tahun Baru
Day-31. Getaran Perasaan
Day-32. Kegalauan Arcello
Day-33. Memintal Perasaan Kusut
Day-34. Cerita dan Rahasia
Day-35. Terjebak
Day-36. Dua Sisi Perasaan
Day-37. Yang Terlupakan
Day-38. Goyah
Day-39. Tragedi
Day-40. Berduka
Day-41. Adu Domba
Day-42. Kejujuran
Day-43. Pengkhianat Sebenarnya
CETAK
Day-44. Di Ujung Kematian
Day-45. Amarah
Day-46. Perpisahan
Day-47. Restart
Day-48. Bidadari Laki-Laki
Day-49. Dunia Baru
Day-50. Gabriello

Day-17. Angel's Party

952 127 59
By tivery

#Day17
Clue #am

Dalam KBBI, am bermakna:

-Tidak terbatas pada orang atau golongan tertentu; umum; awam.

-Tidak terbatas pada bidang tertentu;

* * * *

Siang itu, Gabriel sedang duduk santai di sofa sambil memainkan ponselnya. Keluarlah Arcello dari kamar dengan berpakaian kasual sambil membawa tote bag di bahunya, membuat Gabriel berpaling dari layar ponsel kemudian mulai bertanya.

"Au ... katanya mau tidur sampai sore, Tuan? Kok pergi?" tanya Gabriel. Selepas makan siang tadi memang Arcello pamitan mau tidur lagi sampai sore, tapi ternyata gagal.

"Mau ke bookfair, Phi. Kak Auryn maksa minta ditemenin."

"Ooh ...." Gabriel mengangguk.

"Habis dari bookfair, nanti sekalian ada acara kumpul author, kayaknya aku bakal pulang terlambat lagi," jelas Arcello, "Phi, nggak apa-apa kan, sendirian di rumah?" Arcello memastikan.

Gabriel mengangguk sambil tersenyum tipis. Sebenarnya dia sedikit menahan kekecewaan. Pasalnya, tadi Arcello mengatakan ingin membuat puding bersama, itu sebabnya Gabriel membuang banyak waktu untuk mencari resep yang pas dengan ponselnya. Tapi Gabriel cukup tahu diri untuk tidak mengganggu urusan tuannya.

"Maaf ya Phi, aku belum bisa ajak Phi pergi bareng ketemu teman-temanku," tambah Arcello yang menyadari perubahan raut wajah Gabriel. "Besok hari minggu, kita jalan-jalan deh," janjinya.

Seketika wajah Gabriel semringah mendengar janji tuannya, walaupun dalam hati ia juga membatin. Hmm ... Tuan lupa rencana pudingnya.

Arcello pun pergi, meninggalkan Gabriel yang tampak menghela napas murung. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa, tak tahu lagi apa yang harus ia kerjakan untuk mengusir kebosanan.

Tanpa sepengetahuan Gabriel, si usil Rafael diam-diam menguping pembicaraan Gabriel dan Arcello dari balkon. Tadinya dia datang hanya demi mengambil tas belanja yang kemarin dia tinggalkan. Tapi ternyata ada hal menyenangkan yang dia rencanakan. Bukan Rafael jika tak punya ide brilian. Mengetahui Arcello sedang tidak di rumah, ia pun menyusun strategi ugal-ugalannya.

"Aku kasih tahu yang lain, ah, kita seru-seruan," monolog Rafael sesaat sebelum ia kembali ke langit untuk mengajak Mikhael dan Azrael menemui teman mereka yang sendirian di rumah. Sekali lagi ia melupakan tas belanjaannya.

* * *

Menjelang senja, Azrael dan Mikhael mendarat di balkon apartemen Arcello. Sementara Mikhael menyapa bunga-bunga milik tuannya, justru Azrael tampak panik sambil melongok Gabriel yang tengah berbaring di sofa dari kaca pintu balkon.

"Mikhael kemarilah," pinta Azrael, "Cepat!" paksanya.

Mikhael yang sedang mengelus bunga-bunga pun merasa terusik. "Ada apa?" tanyanya keheranan.

"Lihatlah, Gabriel sekarat," celetuk Azrael tak terkontrol.

"Sekarat bagaimana?" Mikhael semakin bingung dengan ucapan Azrael, ia pun ikut mengintip.

"Dia tidak bergerak," tambah Azrael tak tenang.

Melihat Gabriel yang tertidur pulas, seketika membuat Mikhael menoyor kepala sahabatnya. "Dia lagi tidur, bego!" umpatnya pada Azrael. "Lagian kalau Gabriel sekarat, ngapain kamu ada di sini? Bukankah seharusnya kamu yang menarik ruh sahabatmu?"

Mendengar perkataan Mikhael membuat Azrael serta-merta mematung, mencerna perkataan sang sahabat. "Oh, benar juga, ya?" Azrael baru menyadari kebodohannya.

"Makanya, baca teliti kitabmu!" semprot Mikhael. "Lagian, dapat info dari mana kalau Gabriel sekarat?" tanyanya penasaran.

Sesaat Azrael terdiam. "Rafael ...," jawabnya dengan polos.

Mikhael hanya menghela pasrah. "Rafie lagi yang mengerjaimu? Kamu mudah sekali tertipu bocah itu, Az." Ia mengingatkan sekaligus mengejek sahabatnya.

Sementara Mikhael mengetuk pintu, Azrael semakin murka saat ia menyadari dikerjai. Dengan wajah yang membara ia mengepalkan tangan sambil berteriak mengutuk sahabat bungsunya. "Sialan kau, Rafael!"

Gabriel sigap terbangun menyadari ada keributan di balkon yang ternyata ulah dua sahabatnya. Mau tidak mau dia harus membukakan pintu, masih sambil menguap dan mengucek matanya.

"Belajarlah mandiri! Sesekali buka pintu sendiri. Ganggu orang tidur aja," omel Gabriel sambil melebarkan pintu. Tentu saja Mikhael dan Azrael langsung masuk tanpa disuruh.

"Apa ini? Datang-datang wajahmu muram begitu," tegur Gabriel pada Azrael yang masih memendam kekesalannya pada Rafael.

"Dia dikerjai Rafael," timpal Mikhael. "Rafael bilang kamu sedang sekarat, makanya dia panik dan langsung mengajakku kemari," terangnya menambahkan.

Mendengar kekonyolan Azrael, membuat Gabriel tidak kuat menahan tawa. "Rafael tak pernah berubah, dan kau juga sama Az," ledek Gabriel. Tapi kemudian Gabriel justru berubah tegang. "Apa aku akan mati dalam waktu dekat? Kau sudah memeriksa kitabmu?" tanyanya serius.

"Heh, jangan ngaco!"cegah Mikael.

"Kalau tiba giliranmu, aku janji akan pelan-pelan," seloroh Azrael dengan wajah datar. Dia Ingin membalas ejekan Gabriel.

Sementara itu, sang oknum pembuat onar justru masih dalam perjalanan ke tempat Gabriel ketika tiba-tiba ia bersin."Hacihh ... shhh ... gara-gara Mikhael keseringan nurunin hujan, aku jadi terkena flu," celetuk Rafael sambil menggosok kedua lengan atasnya saling silang karena meremang.

Tidak lama, Rafael mendarat di balkon dengan penuh suka cita tanpa rasa bersalah. Dia juga mengubah tampilannya seperti manusia, itu membuatnya lebih nyaman dan percaya diri.

"Hai, every body!" sapa Rafael dengan renyah.

Melihat kedatangan si malaikat jahil, Azrael seketika meloncat dari sofa secepat kilat menyeret tubuh Rafael.

"Au ... apa-apaan kau Azrael?" Rafael kebingungan saat ia ditarik tiba-tiba.

"Nggak ada kapoknya. Rasakan ini." Tanpa bisa ditahan, Azrael menjewer telinga Rafael tanpa ampun.

"Aduh! Kupingku! Putus nanti, putus!" teriak Rafael.

Sedikit berbelas kasih, Azrael mengendurkan tarikannya, tapi kemudian berganti posisi, dia mencubit bagian perut Rafael yang membuatnya semakin kesakitan. "Ampun Az, ampun!"

Mikhael dan Gabriel beberapa kali meringis saat Rafael dihajar. Mereka juga pura-pura tak mendengar saat Rafael menjerit meminta pertolongan. Ada kalanya mereka tertawa melihat perkelahian kedua sahabatnya di depan mata yang seperti anak kecil.

Tidak lama setelah Azrael puas membuat Rafael berantakan di tangannya, kali ini ia memaksa si bontot itu bersimpuh di depan mereka bertiga. Gabriel dan Mikhael sibuk menahan tawa melihat kondisi wajah Rafael yang justru tampak semakin lucu, meski dengan rambut berantakan serta wajah merah-merah.

"Sekali lagi berulah, aku tidak segan-segan untuk mencabut nyawamu," ancam Azrael. Padahal sudah jelas, ancamannya tak akan berpengaruh pada si bandel Rafael. Dia tidak sedikit pun ketakutan.

"Kamu juga kan, yang mencoret-coret wajahku kemarin?" giliran Gabriel angkat bicara.

"Bukan aku," sangkal Rafael langsung.

"Jangan bohong! atau kupukul kau." Gabriel sudah bersiap dengan tinjuannya.

Melihat hal itu, Rafael langsung berteriak mengakuinya. "Iya ... iya. Aku yang melakukannya. Puas kau?" sewotnya setengah ketakutan. Ketiga sahabatnya seketika menertawakan dengan puas.

Bukan malaikat namanya kalau tidak bisa menyembuhkan diri sendiri, sepertinya Rafael sudah tidak kesakitan lagi dilihat dari tingkahnya yang mulai pecicilan dan berisik. Seperti pemilik rumah, ia menguasai semua. Mulai dari TV, sofa, bahkan stoples-stoples kue sudah pindah ke pangkuannya.

"Gabriel, bagaimana kabar Tuan Arcell?" Mikhael membuka obrolan lain.

"Ya, begitulah," jawab Gabriel mengawang.

"Sedang kerja, ya?" Kini giliran Azrael bertanya.

"Hari ini libur. Dia keluar berkumpul dengan temannya," sahut Gabriel sambil memakan camilan.

"Apa sudah ada tanda-tanda munculnya kekuatan Tuan Arcell?" tanya Mikhael. "Kita harus segera mencari tahu bagaimana cara membangkitkannya," lanjutnya.

"Belum. Bagiku dia seperti manusia biasa. Aku masih mengamati. Tapi sepertinya kekuatan am itu tidak bisa dengan mudah untuk kita akses. Dan aku pun belum berani mengorek lebih jauh tentang itu," terang Gabriel bingung.

Sesaat keheningan melanda. Beberapa terlihat menghela lelah.

Azrael kembali membuka bicara. "Umm ... tentang apa yang kita bicarakan waktu itu, apa kau sudah berbicara dengan Tuan Arcell? Kau harus segera mengambil keputusan, Gab," tanya tiba-tiba.

Gabriel sontak menghentikan kunyahannya. Dia menggeleng lesu.

"Apa yang kau tunggu, Gab? Seharusnya kau segera mengambil keputusan dan bicara padanya, mumpung langit masih memberimu kesempatan," desak Azrael geregetan.

"Tapi aku tidak sanggup membiarkannya diawasi malaikat lain, apalagi harus tinggal sendirian." Gabriel sangat mengkhawatirkan tuannya.

"Atau jangan-jangan kamu sudah menikmati menjadi seorang manusia?" susul Mikhael. Sedangkan Rafael mulai merasa simpati pada Gabriel yang dicecar pertanyaan dari sana-sini.

Gabriel diam saja. Ia bingung dengan dirinya sendiri.

"Ingat, Gab. Jika kamu menjadi malaikat, kekuatan am milikmu kembali. Kamu bisa melakukan apa pun untuk melindunginya. Tapi kalau seperti ini, apa yang bisa diandalkan? Kalau sekadar memasak, dia mampu melakukannya sendiri. Kalau untuk beres-beres, dia mampu menyewa jasa. Tapi bagaimana kalau tiba-tiba diserang?" Mikhael yang biasanya terlihat tenang, justru saat ini yang paling tegang.

"Tapi aku benar-benar belum bisa melakukannya," tegas Gabriel. "Kalian bukankah sahabatku? Tapi kenapa malah memojokkanku seperti ini?" Ia mulai tersinggung dan mempertanyakan hubungan mereka.

"Bukan seperti itu maksud kami," jawab Azrael mencoba meluruskan.

"Seharusnya kalau kalian memang sahabatku, melihat kondisiku sekarang, kalian bantu. Beri semangat, atau bahkan berikan berkah-berkahmu untuk melindungiku dan tuan Arcell, bukan malah menyudutkanku." Gabriel mendadak jadi kesal.

"Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Gab, yaitu kembali menjadi malaikat. Langit merasa khawatir kehilangan malaikat terkuatnya. Aku harap kamu mengerti," tutur Mikhael mencoba meredam kemarahan Gabriel.

"Untuk sekarang, menjadi manusia adalah yang terbaik untukku. Aku harus berada di dekat Tuan Arcell untuk melindunginya. Dan aku harap kalian mengerti." Gabriel membalikkan kata-kata Mikhael.

Azrael, Mikhael, dan Rafael terkejut mendengar perkataan Gabriel. Ketika kedua sahabatnya terlihat sedih, Rafael justru tersenyum senang. Ia senang dengan ketegasan Gabriel memilih jalannya.

"Kami hanya takut jika langit benar-benar membuangmu, kalau kau tidak cepat-cepat memutuskan untuk kembali ke sana. Kami hanya takut kehilanganmu, Gabriel," pungkas Mikhael terlihat sedih sambil menunduk.

Namun saat keharuan menyelimuti, tiba-tiba Rafael dengan percaya diri ikut bicara. "Tenang saja, itu tidak akan terjadi." Perkataannya membuat ketiga sahabatnya mengangkat wajah dan tertuju padanya penuh tanya.

"Ya. Gabriel nggak mungkin dibuang. Langit sudah memberikan keringanan untuknya. Kapan pun dia ingin kembali ke tempat kita, langit akan selalu menerimanya. Kalau pun Gabriel memutuskan untuk menjadi manusia, langit akan tetap memberinya berkah." Rafael membeberkan semua apa yang ia tahu dari langit mengenai sahabatnya.

"Jangan asal bicara kau, Rafael. Dari mana kamu mendengarnya? Kau menipu lagi?" Azrael kembali mencurigai perkataan Rafael.

"Aku tidak asal bicara, sumpah demi penguasa langit dan dunia." Rafael mengangkat tangannya tanda bersumpah. "Penguasa langit sendiri yang mengatakan itu padaku. Ia menyuruhku menyampaikan ini pada Gabriel. Tapi aku lupa," selorohnya sambil garuk-garuk kepala.

"Astaga! Hal sepenting itu kamu lupa?" Azrael kembali geram.

"Hehe ... maaf, namanya juga lupa," timpalnya sambil cengar-cengir. "Sudahlah intinya Gabriel nggak perlu takut dibuang oleh langit. Kapan pun dia minta, langit akan memberikan. Lagi pula yang dia jaga adalah titisan Tuan Arash. Kalian lupa?" Rafael menuntaskan ucapannya. Ia kembali mengunyah camilan.

Sementara itu, Gabriel, Azrael, dan Mikhael tercengang tak percaya. Ada perasaan senang, terharu, bahagia, dan rasa syukur memenuhi hati mereka. Ketiganya saling menatap. Ada kelegaan yang menjalar di raut wajahnya. Senyuman pun mulai mengembang. Tak disangka kekhawatiran mereka terselesaikan dengan informasi dari bocah si pembuat onar, Rafael.

"Sudahlah, lupakan. Kita pesta saja. Nikmati semuanya dengan gembira." Rafael bersorak sambil mengeluarkan dua botol wine yang membuat ketiga sahabatnya melotot terkejut. Ia sengaja membawanya ke tempat itu.

"Hei, jangan macam-macam! Barang itu dilarang," bentak Azrael sewot.

"Nggak apa-apa. Di langit, kita juga minum yang seperti ini, kan?" tanya Rafael.

"Itu berbeda. Yang ini bikin kamu gila. Bisa-bisa, kita semua benar-benar dibuang dari langit," tegas Azrael, sedangkan Mikhael hanya menggelengkan kepalanya.

"Tenang kawan, aku sudah sering mencobanya. Nggak apa-apa," Rafael mencoba meyakinkan.

"Aku tidak sebodoh itu, Rafie. Minuman itu berbahaya. Air putih saja seperti biasa." Gabriel menggoda sahabatnya.

"Iyuhhh ... dasar manusia cupu," balas Rafael mengejek. Semua tertawa menimpali tingkah si bungsu. Tapi bukan Rafael kalau ia tidak menjahili sahabatnya dengan kejutan. Entah dengan mantra apa, tiba-tiba ia bisa mengeluarkan beberapa kaleng softdrink dan makanan ringan ke atas meja.

"Apaan lagi ini?" Mikhael penasaran melihat makanan dan minuman yang Rafael keluarkan di hadapannya.

"Cobalah makanan manusia. Kalian mungkin akan paham kenapa Gabriel tak mau pergi dari sini. Apalagi yang ini, nih. Enak. Banyak micinnya," jelas Rafael sambil menunjukkan sebungkus camilan.

Gabriel tersenyum. "Aku sudah coba yang itu. Yang banyak micinnya memang paling enak." Ucapannya berhasil membuat Mikhael dan Azrael terperangah. Mereka berdua jadi tertarik.

Awalnya memang sedikit terpaksa, tapi Azrael dan Mikhael nyatanya tidak mau berhenti mengunyah camilan yang tersedia. Semuanya mereka coba secara bergantian.

Gabriel dan Rafael hanya bisa tertawa saat melihat kedua sahabatnya yang berebut camilan. Tidak terasa malam semakin larut saat pesta para malaikat terus berlanjut.

Arcello kembali, sepanjang perjalanan dari depan lobi lantai bawah, sampai naik lantai apartemennya, dia melakukan panggilan bersama Auryn. Mereka berdua Asyik membahas tentang buku walaupun baru saja berpisah.

"Aku pulang!" sapa Acello langsung masuk sesaat setelah mematikan panggilannya.

Niat hati ingin memberi kejutan, justru ia yang dikejutkan melihat empat orang yang tengah berpesta porah di rumahnya. Satu Gabriel, dan tiga sisanya kemungkinan malaikat, pikirnya.

Menyadari kedatangan Arcello yang tiba-tiba, Azrael, Mikhael, dan Gabriel begitu terkejut, seketika nyalinya ciut. Sedangkan Rafael masih asyik berjoget mengikuti musik tanpa menyadari kehadiran sang tuan rumah.

* * * *

Team Jasun

tivery x noenu_

Terimakasih sudah membaca, tolong berikan kasih sayangnya dengan vote n coment ya ayang-ayang akuuuh ❤❤❤

Janji, besok baca next chapternya ya...

Continue Reading

You'll Also Like

292K 22.4K 30
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Sinopsis : Dark, Cowok tinggi ideal berwajah tampan puca...
Langit By BFMY

Teen Fiction

13K 585 26
"kau milikku dan akan kulakukan apapun agar kau tetap bersamaku" "hanya kau yang aku punya. Kalau kau meninggalkanku, akan ku ikuti keinginanmu" Sele...
PERMEN, GAN? By Dee

Teen Fiction

1.3M 151K 56
[Boyslove] Taksa Chris Adinata dan Danish Janu Baskoro itu dua cowok gagah tampan pimpinan geng motor, musuh bebuyutan, pokoknya udah mendarah daging...
1.1M 57.2K 34
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...