Kenzo Emiliano(End)

נכתב על ידי Mhyka62

685K 70K 6.1K

Kenzo Emiliano, pemuda yang memilih pergi dari keluarganya saat dia baru berinjak usia 15 tahun.... Dia yang... עוד

Part:1
Part:2
Part:3
Part:4
Part:6
Part:7
Part:8
Part:9
Part:10
Part:11
Part:12
Part:13
Part:14
Part:15
Part:16
Part:17
Part:18
Part:19
Part:20
Part:21
Part:22
Part:23
Part:24
Part:25
Part:26
Part:27
Part:28
Part:29
Part:30
Part:31
Part:32
Part:33
Part:34
Part:35
Part:36
Part:37
Extra part
Extrapart 2
Extrapart 3
Extrapart 4

Part:5

22.9K 2.5K 432
נכתב על ידי Mhyka62

Vote and comment juseyo..
..

Brian duduk di halaman mansion Alexander, sambil menatap lantai 3 mansion itu lebih tepatnya ke arah kamarnya Kenzo. Dia jadi teringat ketika dia mengikuti Kenzo secara diam-diam tadi pagi, dan akhirnya mengetahui sakit yang dialami Kenzo secara paksa dari dokter yang menangani.

Dan betapa kagetnya Brian mengetahui kalau ada tumor di otak Kenzo bahkan sudah 3 tahun lamanya, dan dia baru mengetahui sekarang.

(Maaf di part sebelumnya aku tulis 4 tahun ya, aku ganti waktunya karena tidak sesuai kondisinya, saat itu Kenzo tau ada tumor di otakny akhir-akhir masa di SmP dan sekarang dia baru awal masuk kelas 3 Sma, berarti jadi 3 tahun bukan??")

Walaupun tumornya bersikap jinak dan juga Kenzo rutin meminum obat selama 3 tahun ini, tapi tetap saja itu pasti menyakitkan. Dan selama ini Kenzo menahan itu sendirian, tanpa satupun dari keluarganya yang tau.

"Akhh sialan" ucap Brian mengusap wajahnya kasar.

Semenjak Brian tau Kenzo kabur dari mansion, dia merasakan sesuatu yang kosong dan kehilangan. Dia selalu tidak nyaman dan merasa bersalah sudah mengabaikan adeknya itu.

Saat itu dia terus mencari keberadaannya Kenzo hingga ketemu, dan mengetahui kalau Kenzo bekerja di salah satu Cafe, dan akhirnya dia terus memperhatikan Kenzo dari jarak jauh. Karena Bobi pernah berkata kepada mereka, untuk membiarkan Kenzo sendiri supaya dia lebih mandiri.

Tapi setelah mengetahui hal yang diderita Kenzo hari ini, Brian semakin merasa bersalah hanya melihat adeknya itu bekerja dengan keras di luar sana. Brian ingan betapa banyaknya keringat yang bercucuran di dahi Kenzo saat melayani pelanggan Cafe itu, dari dia pulang sekolah hingga malam hari.

Tapi dia hanya bisa melihat itu dari jauh, karena dia juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh Opanya itu, tanpa mengetahui kalau Kenzo harus banyak beristirahat dan tidak boleh kelelahan.

Apalagi saat itu Kenzo masih berusia 15 tahun, anak kecil yang seharusnya bermain bersama teman-temannya, harus mengalami menderitaan berkali-kali lipat seperti itu, dan dia sebagai abang hanya diam melihat semua itu.

"Nggak ini belum terlambat, Kenzo masih bisa sembuh dengan Operasi"

"Menyesal sekarang pun tidak ada gunanya Brian"

"Lo harus bisa membujuk Kenzo untuk melakukan operasi itu" ucap Brian berdiri hendak nenuju ke kamar Kenzo untuk membicarakannya, tapi dia langsung duduk kembali dan mengusap wajahnya kasar.

"Tapi gimana, gue harus apa?"

"Gue nggak tau harus gimana berhadapan dengan Kenzo"

"Hubungan kita udah hancur dari awal karena keegoisan gue"

"Bodoh" gumam Brian menghela nafasnya kasar dan kembali menatap kamar Kenzo, walaupun dia tidak melihat apapun karena kaca kamar Kenzo itu bagian luarnya gelap.

Sedangkan Kenzo yang sedang melanjutkan pekerjaannya bisa melihat Brian yang sepertinya terus menatap kamarnya.

"Mana mungkin dia lihat ke sini" ujar Kenzo mengangkat bahunya acuh dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Walaupun sekali-kali dia melihat ke halaman depan untuk melihat apa yang dilakukan abangnya itu, sampai dia melihat Arga datang dan duduk bersama Brian di bawah sana.

"Haa ngapain juga sih gue kepoin dia, sakit kan hati gue ini" monolog Kenzo menghela nafasnya kasar melihat keakraban Brian dan Arga di bawah sana.

Perasaannya terasa sakit, mungkin ini yang dirasakan seseorang ketika ngepoin crushnya yang jelas-jelas sudah memiliki pacar, dan saat ngepoin dia malah melihat langsung mereka bermesraan, sungguh menyakitkan bukan. (Hayoo ngaku pernah kan kalian gini haha)

Tapi kondisi Kenzo saat ini lebih menyakitkan, melihat abang kandungnya yang selama ini menghiraukannya, lebih sayang dan pengertian sama adek tirinya itu.

Kenzo menggelengkan kepalanya, dia menepuk pipinya supaya bisa kembali fokus. Niatnya tadi mau melihat pemandangan sambil mengerjakan tugasnya, tapi dia malah melihat Brian tampak kacau di halaman depan itu , entah apa yang dipikirkan abangnya itu.

"Ahh tau gitu gue kerjain aja di kasur tadi" monolog Kenzo dan akhirnya berdiri untuk melanjutkan pekerjaannya di kasur miliknya.

.

.

.

.

.

Brian masuk ke kamar Kenzo dan tersenyum tipis melihat Kenzo yang masih terlelap. Dengan pelan dia duduk di tepi kasur Kenzo dan mengelus rambut Kenzo yang berkeringat itu, padahal sudah ada AC yang menyala tapi sepertinya Kenzo masih tetap kepanasan.

"Sehat-sehat dek, maafin abang" gumam Brian langsung berdiri ketika melihat Kenzo yang sepertinya akan terbangun.

"Hemm, lo bersih-bersih sana, semuanya sudah nunggu buat sarapan bareng" ucap Brian dengan ekspresi datarnya.

Kenzo hanya mengerjapkan matanya menatap Brian dengan mata yang masih setengah terbuka.

"Huamm duluan aja, gue nanti makan sendiri" ucap Kenzo kembali menutup matanya dan memeluk gulingnya erat.

"Ck nanti Opa marah, sarapan dulu Kenzo" tegas Brian tapi dihiraukan oleh Kenzo dengan menggerakkan tangannya seperti menyuruh Brian keluar dari kamarnya.

"Kenzo, sarapan dulu" tegas Brian lagi, Kenzo berdecak kesal karena Brian sudah mengganggu tidurnya, padahal dia masih mengantuk dan baru tidur beberapa jam, karena semalam dia tiba-tiba menggigil, dan sekarang niatnya dia mau istirahat tanpa ada yang mengganggunya.

"Bilang aja gue makan sendirian nanti karena nggak mau ketemu bapak lo"

"Bereskan"

"Sekarang lo keluar" usir Kenzo dan menutup dirinya dengan selimutnya. Brian menghela nafasnya sabar dan akhirnya keluar dari kamar Kenzo itu, meninggalkan Kenzo yang hendak kembali tidur.

"Eghh tapi gue harus minum obat ya" ucap Kenzo ketika mengingat itu, dan akhirnya dia melangkah berat ke kamar mandi hendak mencuci muka dan menggosok giginya.

Setelah itu dia turun ke bawah hendak mengambil makanan.

"Loh kata abang kamu tadi, kamu mau makan sendirian boy" ucap Bobi tersenyum menatap Kenzo yang datang menghampiri mereka.

"Makan sendirian di kamar" ucap Kenzo mengambil makanannya, menghiraukan Doni yang menatapnya tajam.

"Abang makan di sini aja, habis itu kita main bareng yuk bang" ajak Arka antusias

"Hmm malas" ucap Kenzo sambil mengambil beberapa lauk di meja makan itu.

"Nggak usah main sama dia dek, nanti main sama ayah aja ya"

"Kita beli mainan mau?" Bujuk Doni melihat putra bungsunya itu sedih. Ingin rasanya Doni marah, tapi dia ingat ucapannya Bobi.

"Nggak usah yah, mainan Arka banyak kok, nanti kita mainin itu aja ya yah" ucap Arka tersenyum

''Apapun buat putra ayah ini" ucap Doni mengecup singkat puncak kepala Arka

"Kenzo makan di sini saja, ngapain kamu makan sendirian di kamar" ujar Bobi

"Nggak mood kalau makannya sama mereka" balas Kenzo menjauh dari ruang makan itu sambil menguap hingga dia masuk ke dalam lift.

"Dia selalu saja menghindar seperti itu" ucap Bobi menghela nafasnya kasar, kalau seperti ini terus kapan mereka akan dekat seperti dulu pikir Bobi.

"Dia sudah biasa sendirian pa, mungkin Moodnya nggak bagus kalau harus ketemu sama ayahnya yang selalu bikin dia emosi"

"Makanya dia lebih suka menghabiskan waktunya di kamarnya, dari pada harus kumpul bersama kita" ujar Dimas membuat Doni menatapnya tajam.

"Apa? Abang cuma berbicara fakta kok" ucap Dimas tersenyum smirk menatap adeknya itu yang sepertinya siap membunuhnya.

"Tapi mau sampai kapan dia seperti itu, dia seakan semakin jauh dari kita" ucap Bobi menghela nafasnya lelah

"Coba tanyain sama bungsu papa itu deh, sampai kapan dia nggak nerima Kenzo"

"Kalau saja dia bersikap baik sedikit saja pada Kenzo, Kenzo nggak mungkin seperti itu" ujar Dimas

"Nggak akan, sampai dia matipun Doni nggak akan menerima anak sialan itu" ujar Doni membuat Brian mengepalkan tangannya dan segera beranjak dari sana.

"Brian mau kemana?" Tanya Dira tapi tidak ada jawaban dari Brian yang sudah hilang di balik lift.

.

.

.

.

.

Kenzo sudah terlihat rapi, sekarang sudah menunjukkan pukul 3 sore dan dia benar-benar menghabiskan waktunya dengan tidur dari pagi setelah sarapan tadi, hingga jam 1 siang hingga Bobi membangunkannya untuk makan siang terlebih dahulu.

Setelah dua jam dia hanya diam di kamarnya, Kenzo merasa bosan dan akhirnya dia langsung bersih-bersih hendak menuju Cafe.

Kenzo keluar dari lift dan tatapannya langsung tertuju pada keluarganya yang sepertinya sedang asyik bercanda di sana. Tanpa menghiraukan mereka, Kenzo melangkah menuju pintu keluar sampai dia dihadang oleh bodyguard yang berjaga di sana.

"Anda hari ini dilarang keluar tuan muda" ujar salah satu bodyguard itu

"Minggir, atau gue hajar kalian?" Ujar Kenzo menatap bodyguard itu tajam

"Maaf, ini perintah tuan besar"

"Silahkan anda masuk kembali" ucap bpdyguard itu lagi, Kenzo berdecak kesal akhirnya dia memilih masuk menghampiri Bobi.

"Tidak bisa keluar hmm" ucap Bobi tersenyum smirk

"Saya mau ke cafe, izinkan saya keluar hari ini" ujar Kenzo dengan ekspresi datarnya.

"Tidak, kamu hari ini di mansion dan kumpul bersama di sini" ucap Bobi

"Dihh, nggak mau" ucap Kenzo dan kembali menuju kamarnya.

"Jangan buat opa marah dan melakukan sesuatu sama kamu Kenzo" ujar Brian setengah berteriak membuat Kenzo berhenti dan menghela nafasnya pelan.

"Kalau Opa benaran mau Kenzo temani Opa hari ini, kita berdua saja"

"Nggak harus sama mereka kan" ucap Kenzo berbalik badan menatap Bobi

"Baiklah, kalau itu yang kamu mau" ujar Bobi tersenyum dan melangkah mendekati Kenzo.

"Tolong bawakan camilan dan minuman ke halaman belakang" perintah Bobi dan merangkul bahu Kenzo.

"Baik tuan besar" ujar Chiko tangan kanannya Bobi.

Melihat Bobi dan Kenzo yang semakin jauh dari ruang keluarga itu, membuat Arka yang tadinya sibuk bermain dengan Arga langsung berdiri.

"Mau kemana dek?" Tanya Arga

"Mau ikutan main sama bang Kenzo bang" ucap Arka tapi ditahan oleh Dira.

"Nggak usah ya sayang, kamu di sini saja sama ayah, bunda dan abang kamu"

"Biarkan Opa berdua sama bang Ken hari ini ya" ucap Dira lembut.

"Tapi Bun, kok bang Ken nggak mau main sama Arka lagi ya, padahal waktu itu bang Ken baik banget mau nyanyi bareng sama Arka"

"Arka senang main sama bang Ken, apa bang Ken marah ya sama Arka?" Ucap Arka dengan raut wajah sedih. Dira tersenyum lembut dan mengelus rambut putra bungsunya itu.

"Tidak, bang Ken nggak marah kok sama Arka"

"Bang Ken marahnya sama Ayah dan Bunda"

"Jadi kalau adek mau main sama bang Ken, bisa kok asalkan adek berdua saja sama bang Ken seperti waktu itu" jelas Dira

"Tapi kenapa, ayah sama bang Ken selalu marahan?"

"Jangan gitu ayah, bang Ken itu baik banget, masa ayah marah sama bang Ken sih"

"Arka nggak suka lihat bang Ken sedih kalau habis berantem sama ayah" ucap Arka menatap Doni, Doni tersenyum dan menggendong Arka.

"Nggak, Kenzo itu jahat Arka, makanya ayah selalu marah sama dia"

"Jadi kamu jangan dekat-dekat sama dia ya, nanti kamu terbawa sialnya dia" ucap Doni mengecup singkat dahi Arka.

"Mas..." ucapan Dira terpotong melihat tatapan suaminya itu seperti menyuruhnya diam

"Masa sih bang Ken jahat" ucap Arka menatap Doni dengan raut polosnya

"Yahh dia jahat, mana ada anak yang selalu melawan orang yang lebih besar darinya"

"Jadi dia jahat, jangan ditiru okay" ucap Doni dan diangguki mengerti oleh Arka yang membenamkan wajahnya diceruk leher Doni karena merasa mengantuk.

.

.

.

.

.

Bobi tersenyum mengelus rambut Kenzo yang hanya diam di sampingnya.

"Kamu belum juga memaafkan opa?" Tanya Bobi, Kenzo menatap Bobi sekilas kemudian menghela nafasnya enggan menjawab pertanyaan dari Opanya itu yang berulang selama seminggu ini.

"Maaf, sudah membiarkan kamu bekerja dan sendirian di luar sana"

"Opa cuma mau kamu mandiri dan bertanggung jawab"

"Dan sekarang lihatkan hasilnya, kamu jadi pemuda yang gagah seperti ini, kamu tidak mengeluarkan banyak uang lagi untuk hal yang nggak penting"

"Kamu tau kan susahnya mencari uang gimana" ucap Bobi menghela nafasnya panjang tapi tidak juga mendapat jawaban dari Kenzo.

"Kamu sudah semakin dewasa Ken, kamu pasti merasakan perubahan dari diri kamu"

"Opa bangga sama kamu" ujar Bobi, Kenzo mengepalkan tangannya emosi.

"Opa tau Kenzo mengeluarkan uang sebanyak itu untuk hal tidak penting dari mana?" Tanya Kenzo mencoba sabar.

"Opa sudah mengecek apa yang Kenzo lakukan dengan uang itu?"

"Apa opa lihat dengan jelas kenapa Kenzo nggak pulang beberapa hari sampai mengeluarkan banyak uang" ucap Kenzo berusaha menahan tangis.

"Enggak kan, Opa hanya menerka dan termakan omongan Doni itu"

"Opa tidak tau apa saja yang Kenzo alami selama ini"

"Hanya 8 tahun Opa menyayangi dan menjaga Ken, dan selama 10 tahun terakhir ini apa Opa tau yang Ken alami dan rasakan"

"Sendirian berjuang tanpa ada satupun keluarga yang menyemangati Ken" ucap Kenzo menghapus air matanya kasar

"Kamu juga tidak pernah bercerita sama Opa, Kenzo"

"Setiap malam Opa selalu menunggu kamu supaya menceritakan apapun yang kamu alami seperti dulu tanpa Opa tanya sekalipun"

"Tapi kamu selalu menghindar dan menjaga jarak dengan kami semua"

"Jadi jangan hanya salahkan Opa, itu juga karena kamu sendiri yang selalu ingin diperhatikan tanpa mau memulai terlebih dahulu" ujar Bobi membuat Kenzo tertawa hambar.

"Opa selalu menunggu kamu Ken, Opa menunggu kamu menceritakan keluh kesah kamu, tapi kamu selalu memberikan jarak di antara kita" lanjut Bobi

"Opa ternyata nggak pernah ngerti perasaan Ken, Nggak ada yang ngerti perasaan Ken di sini" ucap Kenzo menghapus air matanya kasar

"Ken selama ini hanya punya Opa dan Papa, tapi setelah Ayah menikah kalian yang mulai memberikan jarak dengan Ken"

"Kalian yang perlahan menjauhi Ken, karena anak baru ayah itu"

"Kalian nggak pernah tau betapa sakitnya hati Ken melihat itu semua secara langsung"

"Opa juga bahkan perlahan mengabaikan Ken"

"Opa lebih menyayangi mereka dari pada Ken, Ken hanya punya Opa di sini hiks"

"Opa yang selama ini jadi sandaran Ken, yang menemani Ken tanpa harus Ken minta terlebih dahulu hiks"

"Tapi sejak itu Opa jadi jarang ke kamar Ken, dan saat Ken lihat opa malah sedang bersenang dengan mereka"

"Opa kira bagaimana perasaan Ken hiks, sakit Opa hiks"

"Ken merasa sendirian sejak itu"

"Ken nyerah, Ken nyerah dan berpikir mungkin Ken memang ditakdirkan sendirian di dunia ini hiks"

"Biar semua senang, tanpa kehadiran Ken yang selalu membuat Ayah marah"

"Itu sudah cukup jadi alasan buat Ken menghindari kalian, Ken nggak mau merasakan luka yang lebih dalam lagi"

"Dikatai pembunuh dan pembawa sial oleh orang tua Ken sendiri"

"Dan Opa juga ikut mengata-ngatai Ken hanya karena kemungkinan itu tanpa tau hal sebenarnya" ucap Kenzo membuat Bobi kehilangan kata-kata dan melihat Kenzo yang melangkah menjauhinya dengan air mata yang mengalir.





Tebece

Emng paling benar tu Upnya pagi..
Kalau malam terasa lama banget nggak sih hahaha

המשך קריאה

You'll Also Like

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.1M 147K 42
[On Going] [BROTHERSHIP #02] [TRANSMIGRASI # 01] Zafran Arsenio adalah seorang remaja yang tinggal di panti asuhan yang terkenal akan kenakalan dan k...
728K 31.9K 53
Hanya Tentang seorang remaja bernama TRAVIS SEANO LUCIFER, yang dibenci oleh keluarganya sendiri, karena kelahiran nya membuat sang mommy meninggal...
88.2K 7.6K 55
Pertemuan 'tak terduga antara kedua remaja laki-laki itu membawa banyak perubahan dalam kehidupan mereka. Marka menolak fakta bahwa Arsel adalah kem...