Gabriello (Cetak ✅ │ Part len...

By tivery

70K 7.1K 2.1K

GABRIELLO adalah buku pemenang juara pertama untuk event menulis 50 days challenge Moon Seed Publisher. ____... More

-GABRIELLO-
-CAST GABRIELLO-
Day-1. Arcello Maqil
Day-2. Kejanggalan
Day-3. Makhluk Asing
Day-4. Gabriel
Day-5. Kesepakatan
Day-6. Penyesuaian
Day-7. Perkara Bunga
Day-8. Kenangan Penyembuh
Day-9. Keluar Rumah
Day-10. Hadiah Kecil
Day-11. Mulai Bergerak
Day-13. Beezel Fowk
DAY-14. Dilema
Day-15. Curahan Hati
Day-16. Romantis VS Komedi
Day-17. Angel's Party
Day-18. Sahabat Gabriel
Day-19. Hujan Minggu Sore
Day-20. Sebuah Distorsi
Day-21. Waspada
Day-22. Ancaman
Day-23. Inspeksi Dadakan
Day-24. Langkah Awal
Day-25. Rencana Liburan
Day-26. Melepas Senja Bersama
Day-27. Dalam Pelukan
Day-28. Kejutan Ulang Tahun
Day-29. Hadiah
Day-30. Perayaan Tahun Baru
Day-31. Getaran Perasaan
Day-32. Kegalauan Arcello
Day-33. Memintal Perasaan Kusut
Day-34. Cerita dan Rahasia
Day-35. Terjebak
Day-36. Dua Sisi Perasaan
Day-37. Yang Terlupakan
Day-38. Goyah
Day-39. Tragedi
Day-40. Berduka
Day-41. Adu Domba
Day-42. Kejujuran
Day-43. Pengkhianat Sebenarnya
CETAK
Day-44. Di Ujung Kematian
Day-45. Amarah
Day-46. Perpisahan
Day-47. Restart
Day-48. Bidadari Laki-Laki
Day-49. Dunia Baru
Day-50. Gabriello

Day-12. Bos Baru

1K 145 32
By tivery

#Day12
Clue #Balada

Balada adalah sajak sederhana yang mengisahkan cerita rakyat yang mengharukan, kadang-kadang berupa nyanyian (dinyanyikan), kadang-kadang berupa dialog.

* * * *

Arcello baru keluar dari kamarnya setelah siap untuk berangkat ke kantor. Sementara itu, Gabriel yang tengah menyiapkan sarapan tampak asyik mendengarkan lagu balada dari speaker portabel yang terhubung secara nirkabel dengan gawainya.

Ini adalah pemandangan baru untuk Arcello, ketika kegiatan dapur mantan malaikat penjaganya itu, kini di temani lagu Berita Kepada Kawan dari Ebite G Ade.

Dasar aki-aki, dengerinnya lagu gituan, benak Arcello sambil tersenyum mengejek.

Phi, bikin sarapan apa?” tanyanya yang berhasil membuat Gabriel sedikit kaget.

Alih-alih cepat menjawab, Gabriel justru lebih dulu mematikan speaker-nya. Lagu pun berhenti.

“Nasi goreng, Tuan,” jawab Gabriel sambil mengangkat dua piring nasi goreng yang siap disajikan di meja makan. Satu piring dengan dua telur ceplok untuk tuannya dan satu piring dengan banyak acar timun untuk dirinya.

“Asyik! Dah lama nih nggak sarapan nasi goreng!” pekik Arcello girang di depan piringnya.

"Suka?" Tanya Gabriel memastikan setelah suapan pertama mendarat di mulut tuannya.

Arcello tak menjawab, hanya mengacungkan jempol tangan kanannya. Mulutnya terlalu sibuk mengunyah sajian lezat buatan Gabriel itu.

Dalam waktu singkat, sepiring nasi goreng sudah berpindah ke perut pria mungil bernama Arcello, bahkan piring kotornya sudah dieksekusi rampung oleh si mantan malaikat. Tapi oknumnya masih santai duduk dengan tenang di meja makan sambil menggulir layar gawainya.

Gabriel tak bisa berbuat banyak, beberapa hari ini memang tuannya terlihat lebih santai. Berangkat kerja sedikit lebih siang dan pulang bahkan sebelum jam kerja usai. Sebenarnya ia gemas ingin menegur tuannya, tapi dirinya ragu akan keganasan Arcello kalau tiba-tiba diganggu.

Tapi hari ini, dengan hati-hati Gabriel mencoba menegur tuannya yang masih leha-leha. “Tuan. Tuan tidak takut terlambat?” tanya Gabriel.

“Tenang Phi, aku nggak ada deadline, kok. Proyekku ditunda semua karena kepala divisi kita baru meninggal, dan sekarang belum ada penggantinya,” ucap Arcello masih santai.

“Ooh ....” Gabriel menganggut-anggut merasa lega.

“Aku ke kantor buat absen doang, habis itu cuma gabut,” lanjut Arcello.

"Syukurlah. Ada baiknya juga bos Tuan tidak ada,” celetuk Gabriel yang membuat tuannya sontak menoleh kaget.

Mendengar ucapan Gabriel, Arcello diam sejenak sambil menatap tak percaya. Pikirnya, ia tak menyangka kalau mantan malaikat akan berkata seperti itu.

Melihat tuannya tampak tercengang, Gabriel cepat-cepat meluruskan ucapannya. “Maaf, Tuan. Maksud saya ...,” Gabriel gelagapan mendapati tuannya hanya diam.

Seperti diingatkan oleh ucapan Gabriel, Arcello malah tertawa, “Tahu nggak, Phi? Kemarin aku juga ngomong kayak gitu, tapi langsung digaplok buku sama Kak Auryn,” terang Arcello sambil tertawa.

Kali ini giliran Gabriel yang bergeming tidak terpancing.

“Selamat deh Phi, makin hari, Phi makin kayak manusia,” celetuk Arcello sambil menghela napasnya lega.

Gabriel berpikir, jika sifat malaikatnya mungkin perlahan menghilang digantikan dengan sifat-sifat manusia.

Melihat Arcello asyik memainkan gawai, Gabriel juga tak mau kalah. Ia merogoh gawainya yang berada di saku apron.

“Tuan, mau dimasakin ini nggak buat nanti?” Gabriel menyodorkan video masakan ala Tiongkok di tiktok.

Tapi bukan menyimak video, Arcello justru salah fokus pada akun tiktok milik Gabriel. Ia bertanya-tanya bagaimana ceritanya si mantan malaikat itu bisa nyasar jauh ke tiktok, bahkan mempunyai akun.

“Cie ... udah kenal tiktok nih sekarang?” goda Arcello.

“Ah ... itu ...,” jawab Gabriel malu-malu.

“Boleh kok. Asal Phi bahagia saja.” Arcello menyetujui usulan menu makan malam yang ditawarkan Gabriel, sekaligus mengizinkannya bermain tiktok.

“Tapi jangan sampai nonton porno, ya. Apalagi upload,” ancam Arcello. “Di sini masih Ilegal, nanti Phi bisa ditangkap polisi,” Arcello seperti menakut-nakuti anak kecil.

“Porno?” Gabriel tidak paham apa yang tuannya katakan.

Arcello terkadang lupa kalau Gabriel adalah mantan malaikat. Jadi mana mungkin ia punya pengalaman tentang hal tidak senonoh seperti itu.

Belum sempat menjawab pertanyaan yang Gabriel lontarkan, Arcello dikagetkan panggilan telepon dari Bian. Cepat-cepat Arcello menerimanya.

“Hmmm, Ada apaan?” tanya Arcello malas.

“Buruan ngantor. Kita mau kedatangan bos baru,” terang Bian terdengar panik.

Mendengar informasi dari sahabatnya, membuat Arcello terperanjat. “Bos baru?” tanyanya tak percaya.

“Iya, Gantinya Pak Rama udah datang.” jelas Bian.

“Mampus gue!” umpat Arcello sambil menepuk jidatnya. Tanpa mempedulikan panggilan dari Bian lagi, Arcello bangkit dari kursi dan langsung menyambar tasnya.

Melihat tuannya mendadak tergesa-gesa, Gabriel pun bertanya. “Panggilan mendesak,Tuan?” tanyanya keheranan.

“Iya, Phi. Bos baru udah dateng,” jawab Arcello sambil buru-buru memakai sepatu.

Melihat polah tuannya, Gabriel dengan sigap membukakan pintu.

“Doain aku selamet ya, Phi.” pamit Arcello sambil berlari.

Gabriel yang ikut panik hanya bisa membalas singkat. “Hati-hati di jalan, Tuan,” pungkasnya.

Sepeninggalan Arcello, kemudian suasana rumah menjadi hening menyisakan Gabriel yang berdiri termanggu melepas Arcello pergi. Niat hati ingin mencari-cari pekerjaan rumah mana yang belum sempat ia kerjaan, tapi Gabriel ingat amanah Arcello untuk tidak terlalu bekerja keras. Dia harus hidup ala manusia.

“Berantakan sedikit itu manusiawi.” monolognya menirukan ucapan Arcello. Dan berakhirlah Gabriel yang memilih berbaring pada sofa di ruang tengah.

Lamunannya mengingatkan Gabriel pada lagu yang tadi ia dengarkan. Perasaannya tergambar seperti yang lagu itu ceritakan. Ia pun bergumam merangkai kata hingga menjadi sebuah balada.

Sesaat aku terdampar di sini
Di negeri yang tak kukenali
Membuatku terpenjara sendiri
Tanpa ada yang menemani

Dersik angin terdiam
Bahkan bunga pun bungkam
Meratapi jiwa yang terasa kelam
Terseret gelombang lalu tenggelam

Namun, tangan mungilnya mengulur
Menarik diriku naik ke luhur
Bagai sang induk mengerami telur
Walau sulit untuk berkata jujur

Kawan. Ia sungguh dermawan
Meyakinkan dengan pelukan
Membuatku lupa akan semua kegundahan
Nyaman tertidur dalam buaian Tuan

***

Seorang pria bersetelan jas serba hitam, berjalan gagah memasuki gedung perkantoran. Langkahnya tegas sekaligus lugas. Tubuhnya yang tegap mencerminkan jiwa yang sigap. Diikuti seorang ajudan, ia berjalan pasti tanpa menoleh ke sana-sini. Meski pun orang-orang memandangi tiada henti.

Sementara itu, Arcello yang baru tiba di stasiun cepat-cepat berlari menuju gedung kantornya. Ia tampak panik, sesekali memeriksa jam di tangannya.

Di tempat lain, sang pria dan ajudannya baru memasuki lift. Keduanya bergeming tak bersuara dibawa lift hingga ke tempat tujuan. Tanpa menunggu lama, pintu lift terbuka dan keduanya keluar berurutan.

Tak lama kemudian, Arcello yang baru tiba di kantor, cepat-cepat berlari menuju lift yang terbuka. Ia akhirnya berada di lift sesaat sebelum pintunya tertutup.

“Tenang Arcell, tenang,” ucap Arcello sambil mengatur napas.

Setelah beberapa saat, dengan pernapasan dan detak jantung yang mulai stabil, Arcello tiba di lantai kantornya, segera ia berlari ke ruang kerjanya.

Napasnya yang berderu setidaknya sedikit terobati karena sesampainya di ruang kerja, dia hanya melihat ketiga sahabatnya dan beberapa karyawan lain seperti biasa. Ia berpikir jika bos barunya belum tiba. Dengan tenangnya Arcello pun menghampiri ketiga sahabat yang tengah berkumpul menjajah meja kerjanya.

Menyadari kedatangan Arcello, Zach memberi tahu Auryn dan Bian kalau Arcello baru tiba.

“Tuh, yang punya tempat baru datang,” ucap Zach yang membuat Auryn dan Bian menoleh ke arah Arcello yang mendekat.

“Pagi semua,” sapa Arcello sambil tersenyum walau napasnya masih megap-megap.

“Ke mana aja lu, jam segini baru datang?” sambut Bian sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul delapan lewat.

“Iya ... iya, gue kesiangan,” kilah Arcello sambil cengar-cengir.

“Dih, tuman!” umpat Auryn. “Lu emang nggak tahu kalau kita kedatangan bos baru?” tanyanya.

Arcello menggeleng, “kagak. Makanya gue santai aja dari tadi,” tambahnya.

“Euh ... Ketinggalan berita nih bocah. Tahu nggak? orangnya cakep loh, Cell. Mana tinggi, gagah, berkarisma,” tutur Bian, “pokoknya cocok deh sama lu,” tambahnya menggoda, sedangkan Arcello hanya mencebik dan mendelik mendengarnya.

“Arcell terus ... Arcell mulu yang di ship-in. Gue Kapan? Jomlo juga nih! Lupa kalian?” protes Auryn cemberut mendengar Bian menjodohkan bos baru dengan Arcello.

Mendengar keluhan sahabat wanita mereka, ketiga pria dalam riungan tersebut tertawa kompak.

No! Jangan coba-coba! Lu tuh mending anteng aja sama pacar online yang gak mungkin kesampaian.” Kali ini Zach yang memberi wejangan, walaupun tak penting.

"Cowok yang jadi pacar kakak, harus ada approve dari kita bertiga. Paham?" Arcello menambahkan.

“Emang Bos baru nggak memenuhi standar?” oceh Auryn sedikit kesal.

Mereka bertiga gelagapan. Terutama Arcello. Bahkan ketika dia belum tahu rupa bos barunya, jelas dia yakin si bos cukup untuk diperhitungkan.

"Jangan, kasihan kakak, ganteng sih ganteng tapi judes gitu." Bian yang berpendapat.

“Yee ... justru di sana daya tariknya. Pria ganteng, ramah, udah lah, itu biasa. Kalau pria ganteng, judes, itu baru tantangan,” tukas Auryn.

"Wait. Maksud lu yang judes nggak pantas buat Kak Auryn, tapi lu sodorin ke gue? Gitu?" Protes Arcello ke Bian.

“Ya kan lu cowok, tahan banting. Kalau Kak Auryn kan harus diistimewakan, ya kan, Kak?” jawab Bian mencari perhatian Auryn. Sedang Auryn hanya mencebik, toh dia tidak sebegitunya tertarik pada bos baru mereka.

“Kamu tuh, Beb ngomongnya, kayak si bos bakal mau sama salah satunya aja. Yang modelnya begitu, susah ditebak tipenya kayak gimana.” timpal Zach yang berhasil memancing penasaran Arcello.

“Kayak apa sih orangnya? Penasaran gue,” celetuk Arcello.

“Namanya Pak Beezel apa ... gitu,” terang Zach sedikit mengingat.

“Kok lu tahu, Bang?” tukas Arcello.

“Ya tahu lah, orang tadi ke sini kok, sekalian perkenalan.” Timpal Zach.

"Hah?" Pekik si bocah yang tadinya berpikir datang lebih dahulu dari bos barunya, ternyata sang bos baru sudah berkunjung sebelum Arcello tiba di ruang kerjanya.

Belum usai Arcello terkejut, tiba-tiba karyawan yang lain memanggilnya. “Arcell, dipanggil Pak Beezel, suruh ke ruangannya sekarang,” terang karyawan tersebut dari ambang pintu.

Arcello makin tercengang. Detak jantungnya semakin cepat, wajahnya mulai memanas, tangan gemetaran dan kening berkeringat. Dirinya tak mungkin lari, pertemuan dirinya dengan bos baru tak bisa dihindari.

“Mampus gue!” umpat Arcello terdengar pasrah. Sedang ketiga sahabatnya hanya tertawa, tak membantu.

Langkah Arcello bagai melayang berjalan menuju ruangan bos barunya yang berada tepat di atas ruang kerja Arcello. Dalam lift pikiran buruknya sudah terbayang-bayang, belum lagi saat ia ingat ucapan Bian kalau bos barunya judes. Arcello sudah pasrah menerima apa pun yang akan terjadi nanti.

Tepat di depan pintu ruangan bos baru, sejenak Arcello terdiam. Ia berusaha menenangkan hati dan pikiran, menarik napas dalam-dalam. Setelah keberaniannya terkumpul, Arcello pun mengetuk pintu tersebut dengan hati-hati.

“Permisi,” sapa Arcello terdengar pelan.

“Silakan masuk,” jawab seseorang di ruangan itu.

Pintu terbuka bahkan tanpa Arcello dorong, yang ternyata dibukakan oleh seorang pria. Pria tersebut diketahui seorang ajudan terlihat dari name tag-nya.

Loh, Bapak ini? batin Arcello mengingat pria yang ditubruknya di lift tempo hari.

“Selamat pagi, Pak,” sapa Arcello pada pria yang membukakan pintu, tapi pria itu hanya mengangguk. Tangannya mempersilakan Arcello masuk dan kemudian menunjuk sopan pada orang yang sedang menunggu kedatangan Arcello di meja kerja.

“Selamat Pagi,” jawaban justru terdengar dari seorang pria berjas hitam yang duduk di belakang meja kerja. “Silakan duduk, Pak Arcello,” pinta pria tersebut tersenyum ramah.

Oh, ini si boss yang kita gibahin barusan? benak Arcello.

Arcello dan seorang pria yang ternyata bos baru, terlihat dari papan nama di atas meja, duduk berseberangan. Pikiran Arcello akan pria di hadapannya seketika berubah. Pria yang beberapa saat lalu ia dan ketiga temannya bicarakan akan kesan pertama yang menyeramkan, bahkan sempat membuatnya ketakutan, ternyata tidak demikian. Setidaknya itu yang Arcello pikirkan setelah ia bertemu langsung dengan pria yang akan menjadi bos barunya.

* * * *

Team Jasun

tivery x noenu_

Terimakasih sudah membaca, tolong berikan kasih sayangnya dengan vote n coment ya ayang-ayang akuuuh ❤❤❤

Janji, besok baca next chapternya ya...

____________________________________________

Hai genks...

I'm Tivery...
Maaf ya akhir-akhir ini kita Upload GABRIELLO lebih malem dari biasanya, bahkan malem banget. Habisnya, aku sama partner nulis aku si abang gemoy Noe noenu_ ini lagi demen banget debat.
Makin kesini kan makin seru nih alur cerita si Gabriel-Arcell. Nah seringnya, aku pengen begini, si abang pengen begitu. Apalagi tantangan clue dari Moonseed bikin kita harus diskusi lagi.
Dan ya, Terjadilah banyak drama sebelum Upload. Tapi kita tetep kompak n semangat kok. Jadi maafin kalau jam Upload kita gak tentu. Tapi tolong, tetaplah hadir setiap hari...

Kita berharap keseruan debat kita berdua, terbayar dan juga keseruannya dirasakan readers ketika baca cerita GABRIELLO ini. Kalau mau kasih saran dan kritik pun boleh, dengan senang hati kita tanggepin.

Thank you...
Janji, besok hadir lagi yaaaa

Continue Reading

You'll Also Like

313K 17.8K 13
Update setiap tanggal 2 12 22 Ini homo
24.3K 1.4K 10
bagaimana mungkin aku seorang CEO menjadi baby boy mu bodoh-Ditto Tuan Semua itu karena takdir sayang -Dyo wang
178K 10.2K 20
BADBOY STRAIGHT DI BELOKAN OLEH PRIA MANIS? story themed gay~
129K 8.6K 9
"fuck mencintaimu dalam diam, aku akan mencintaimu dengan ngeyel dan ugal-ugalan!!!" Cashel fell first but Marsel fell harder. - BL lokal - Marsel x...