Black Pearl [Open PO]

By MarxSha69

20.8K 2.1K 444

Ombak membawaku padanya, kepada sang keindahan di Palung Mariana. Keindahan itu tersenyum lalu berkata, "Halo... More

PROLOG
Day 1 : Kehangatan Dari Dasar Laut
Day 2 : Kenangan Masa Lalu
Day 3 : Pertemuan Kembali
Day 4 : Hembusan Angin dan Riuh Ombak
Day 5 : Milikku
Day 6 : Pemahaman
Day 8 : Malam Terakhir
Day 9 : Janji
Day 11 : Keteguhan Hati
Day 12 : Menyusuri Lautan
Day 14 : Pria Baik Tersenyum Cantik
Day 15 : Apakah sia-sia?
Day 16 : Kecemasan
Day 17 : Dia Yang Terlupakan
Day 18 : Langit Kelabu
Day 19 : Empati
Day 20 : Pria Malam Ini
Day 21: Lihat Dan Perhatikan
Day 22 : Keraguan
Day 23 : Meredup
Day 24 : Aku Yang Kau Lupakan
Day 25 : Tekad
Day 26 : Bukti
Day 27 : Embun Hati
Day 28 : Momento
Day 29 : Kepercayaan Yang Keliru
Day 30 : Hari Sial
Day 31 : Hilang Kendali
Day 32 : Permohonan Tegas
Day 33 : Penyesalan
Day 34 : Kemarahan
Kabar Penting!!
Kabar baru!
PO!!!
haloo~

Day 7 : Pernyataan

446 67 17
By MarxSha69

#day7
#Alstroemeria (peruvian lily)(nama bunga)
artinya : kesetiaan, persabatan ( arti bunga tersebut)


(⁠っ⁠.⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠っ

Belakangan ini Asahi selalu menghindari Ryuu, bukankah terakhir kali mereka baik-baik saja? Jika tentang memaki itu memang Asahi lakukan ketika merasa malu, tapi ketika dia terdiam seperti ini Ryuu merasa ada yang tidak beres di sini. Ryuu yakin berbuat salah tetapi tidak menyadarinya, dia ingin berbicara dengan Asahi tapi pemuda mungil itu selalu memiliki cara untuk menghindarinya.

"Achi-chan! Apakah kau marah padaku karena aku buruk dalam ciuman? Katakan padaku, apakah karena itu kau menjauhi ku?"

Asahi tidak menghiraukan perkataan Ryuu dan tetap sibuk dengan tumpukan dokumen di hadapannya, Ryuu menggaruk belakang kepalanya dengan gusar.

"Achi-chan, aku minta maaf oke?"

Asahi mengabaikan Ryuu yang terus merengek padanya, dengan cepat ia menaruh tumpukan dokumen ke atas meja kerja lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ryuu mengikuti Asahi dalam diam, kemanapun Asahi melangkah sudah pasti Ryuu akan mengambil langkah yang sama.

"CUKUP! KAU PERGILAH!!!" teriak Asahi.

Asahi sudah cukup muak dengan rengekan Ryuu beberapa hari ini tapi yang keluar dari mulu pria sampah itu hanya tentang ciuman mereka, Asahi tahu bahwa tidak mungkin Ryuu menyadari kehadirannya saat itu. Namun fakta inilah yang membuat dada Asahi semakin sesak.

Ryuu merasa terkejut, tidak pernah sekalipun ia mendengar Asahi menaikkan nada bicaranya. Selama ini sejengkel apapun Asahi, pria itu hanya akan berkata kasar atau mencemooh lawan bicaranya.

Hati Ryuu terasa seperti ditusuk ribuan jarum saat mata mereka bertemu dan di sanalah Ryuu mendapati bahwa manik hazel milik Asahi berkaca-kaca bahkan wajahnya sudah sepenuhnya memerah karena marah, tubuh Ryuu seakan membeku.

Napas Asahi terengah-engah, setelah beberapa saat akhirnya ia tersadar dengan apa yang telah ia lakukan. Dengan cepat ia memalingkan wajahnya dan pergi dari hadapan Ryuu. Namun bagaimana mungkin Ryuu membiarkan Asahi pergi seperti itu? Hatinya tidak bisa menerima itu.

Dengan cepat Ryuu meraih bahu Asahi, menempatkan bibirnya di bibir kemerahan yang beberapa hari ini ia dambakan.

Asahi meronta keras, berusaha melepaskan diri dari Ryuu. Namun bagaimanapun tubuh dan energi Ryuu lebih besar darinya membuat Asahi tidak berdaya. Setelah beberapa saat Ryuu berpikir Asahi sudah lebih tenang tapi yang ia rasakan malah sebaliknya, tubuh Asahi bergetar hebat dan isak tangis mulai terdengar dari pria itu.

"Achi-chan?"

Ryuu menarik Asahi mendekat dengan maksud ingin menarik pria itu ke dalam pelukannya. Namun betapa terkejutnya ia saat Asahi malah menamparnya dengan kuat.

Tubuh Asahi masih bergetar namun tenaganya tidak main-main, Ryuu bisa merasakan kebencian Asahi dari tamparan tersebut.

"Achi-chan? Ada apa?"

"Berhenti bersikap seolah-olah kau peduli padaku! Bersikap seolah-olah kau menyukaiku!  Ryuu, qku mohon berhenti!"

"Apa maksudmu?"

"K-kau hanya sampah yang menyukai wajah cantik, iyakan?" Asahi mengangkat wajahnya dan menatap Ryuu.

Wajah Asahi memerah, lelehan bening itu tidak berhenti mengalir dari kedua matanya, tubuh mungil itu masih bergetar. Namun dengan sisa kekuatan yang ia miliki, Asahi menatap pria yang sudah membuat hatinya kacau berantakan.

"Achi-chan, katakan padaku apa yang terjadi, oke? Tolong beri tahu aku." Ryuu hendak menyentuh pundak Asahi. Namun langsung ditepis oleh pria itu.

"Jangan sentuh aku!"

Asahi memalingkan wajahnya. Seketika Ryuu jatuh berlutut tepat di depan Asahi, kedua tangannya menggenggam pergelangan tangan Asahi dan menolak melepaskannya sekuat apapun Asahi menepisnya.

"Jika kau marah padaku atau membenciku, aku tidak masalah tapi tolong berikan aku penjelasan, kau tahu aku sangat bodoh, katakan padaku, Aci-chan."

Ryuu mendongak agar bisa menatap Asahi yang berdiri di depannya, Asahi masih terus terdiam, enggan mengucapkan apapun.

"Aci-chan, dengar. Jika kau marah dan ingin memukulku maka lakukanlah tapi tolong jangan membuangku. Tolong jangan seperti ini, k-karena hati ku sakit, Aci-chan, sakit sekali!"

Ryuu adalah pria arogan yang tidak pernah menggunakan logika untuk bertingkah, dia yang selalu bangga akan dirinya yang bahkan tidak pernah sekalipun berkata maaf pada siapapun, kini untuk Asahi dia bahkan rela berlutut dan memohon ampun.

Asahi tahu betul orang seperti apa Ryuu itu, tapi ia juga tahu bahwa Ryuu seorang bajingan.

"Achi-chan? Jawab aku?" suara Ryuu melembut.

"Aku melihatmu membawa Helios ke hutan belakang, kau memeluknya. Kenapa kau melakukan itu setelah kau menciumku?"

"Huh?"

"Kenapa kau memeluknya? Kau bilang kau menyukaiku?"

"Ya, aku menyukaimu."

"L-lalu kenapa?" Air mata kembali turun dari kedua mata Asahi.

Ryuu panik, dengan cepat ia berdiri dan menarik pria itu kedalam pelukannya. Usapan lembut yang Asahi rasakan membuat tubuhnya melemah, seluruh kekuatannya untuk menolak seketika hilang entah kemana.

"Achi-chan, dengar. Aku menyukaimu, seumur hidupku aku hanya menyukaimu. Aku memeluk Helios karena dia menangis saat itu."

"Jadi kau memelukku karena aku sedang menangis?"

"Tidak, aku memelukmu karena aku tidak ingin kehilanganmu. Tidakkah kau menyadari perpedaan dari bagaimana aku memelukmu dan bagaimana aku memeluk Helios?"

"Apa?"

"Seperti ini, tidakkah kau merasakannya?"

Ryuu mengeratkan pelukannya membuat dada mereka menempel satu sama lain, Asahi dapat merasakan detak jantung Ryuu yang terasa lebih cepat dari biasanya. Ryuu juga mengelus bagian belakang kepala Asahi dengan lebut, memberikan semua perasaannya disetiap sentuhan itu.

Asahi mengerti, caranya memeluk orang lain berbeda dengan caranya memeluk Asahi. Seketika Asahi merasa konyol.

"Maaf."

"Kenapa meminta maaf? Achi-chan, kau tahu? Seharusnya kau datang saat aku memeluk Helios jadi kau bisa mendengar keluhannya juga."

"Aku tidak ingin mengganggu."

"Apa maksudmu dengan mengganggu? Helios dan aku tidak memiliki sesuatu seperti apa yang kau pikirkan."

Ryuu melepaskan pelukan mereka, tangannya meraih dagu Asahi dan membuat wajah itu menatapnya. Dengan perlahan wajah mereka mendekat dan bibir keduanya pun kembali bertemu, setelah beberapa saat ciuman itupun berakhir.

"Achi-chan, aku mencintaimu."

"Hm.." Asahi tersipu sampai tidak mampu berkata apapun.

Ryuu hendak menarik pria itu ke dalam pelukannya lagi. Namun ujung matanya menangkap sesuatu, tidak jauh dari mereka ada beberapa bunga yang terlihat sangat indah, tanpa pikir panjang ia memetik satu dan menempatkan bunga itu di daun telinga Asahi.

"Apa yang kau lakukan?"

Asahi hendak melepaskan bunga yang Ryuu selipkan di telinganya. Namun Ryuu menahan tangannya, tidak membiarkan Asahi melepaskan bunga tersebut.

"Bunganya cantik, cocok untukmu."

"Tidakkah kau tahu bunga apa ini?"

"Aku tahu, itu Alstroemeria."

"Lalu kenapa kamu memetiknya? Harusnya biarkan bunga itu tumbuh."

Ryuu menyibak helaian rambut Asahi yang menutupi sedikit wajah pria itu, dengan lebut ia berkata.

"Alstroemeria memiliki arti, salah satunya adalah kesetiaan. Dengan ini akan ku katakan padamu, selain kau, tidak ada orang lain yang bisa menggantikan mu di hatiku."

Ryuu mengecup dahi Asahi dengan lembut, lalu perlahan turun ke hidung, pipi, dan berhenti di bibir merah Asahi.

----

Sudah beberapa hari ini Helios tidak datang ke perkemahan peneliti dan tidak pernah sekalipun menunjukan dirinya di depan Keita, pemuda Yoichi itu pun tidak terlihat mencarinya jadi Helios tidak berusaha untuk kembali ke sana.

Matanya tertuju pada bentangan laut hijau kebiruan dengan gulungan ombak di depannya, suara kicau burung disertai semilir angin menjadi temannya saat itu.

Helios duduk diatas batu karang, tempat di mana mereka pertama kali bertemu setelah 13 tahun berpisah. Kakinya sudah kembali menjadi ekor karena tidak mendapat air liur Keita beberapa hari ini.

"Sakit sekali." Helios meringis sambil mengusap dadanya perlahan.

Ingatan tentang Keita bersama wanita itu membuat hatinya seakan tertusuk ribuan jarum lalu tertimpa batu, sakit dan sesak. Berkali-kali ia mencoba untuk menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan sambil meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Tidak apa-apa, semuanya akan membaik." Helios meyakinkan dirinya sendiri.

Batu karang di bawahnya mulai terasa dingin seiring dengan matahari yang mulai tenggelam, air pasang laut juga sudah menenggelamkan setengah dari batu yang tengah ia duduki.

Ujung ekornya terendam di dalam air, sangat menyejukkan. Karena rasa sesak di dadanya semakin menjadi-jadi ia pun memutuskan untuk kembali lebih awal. Baru saja Helios hendak masuk kedalam air, seseorang memanggilnya.

"Helios!"

Betapa terkejudnya Helios saat mendapati bahwa orang yang memanggilnya adalah Keita. Keita menghela napas lega saat melihat Helios berhenti dan menatapnya.

"Helios, kemarilah."

Keita mengulurkan tangannya ke arah Helios. Namun Helios tidak meresponnya.

"Ada apa?"

"Aku ingin menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa hari yang lalu, itu tidak seperti apa yang kau pikirkan."

"Memangnya apa yang aku pikirkan?"

"Helios."

"Aku dan kau, apakah ada sesuatu di antara kita? Apakah kau perlu menjelaskan sesuatu yang sama sekali tidak ingin aku dengar? Kau bahkan tidak mencariku beberapa hari ini jadi apa yang kau inginkan sekarang?"

"Apa maksudmu aku tidak mencarimu? Aku mencarimu! Tapi aku tidak bisa menemukanmu."

Helios tersenyum getir, dirinya tidak tahu bagaimana harus merespon Keita jadi ia memilih untuk diam.

"Helios, kemarilah dan kita bicara."

"Tidak."

"Kalau begitu aku yang ke sana."

Helios terkejut. Namun belum sempat ia melarang Keita, pria itu sudah masuk ke dalam air. Saat itu air laut sedang pasang, gelombang dan arus air sedang sangat kuat ditambah lagi hembusan angin yang mengarahkan gelombang air ke tebing. Sudah jelas sangat tidak aman bagi manusia untuk berada di dalam air.

Dengan cepat Helios menarik Keita dan membawanya ke tepi pantai berbatu, Keita terlihat terbatuk beberapa kali akibat menelan air, Helios hendak meninggal Keita dengan urusannya tapi tangan Keita sudah lebih dulu menangkap lengannya.

"Jangan pergi, ayo bicara."

Nada bicara Keita melemah, tatapannya melembut. Bisa-bisanya Helios luluh dan memutuskan untuk mendengarkan Keita.

"Aku dan Suzume tidak ada apapun di antara kita, aku juga terkejut saat dia tiba-tiba membuka kemejanya dan naik ke pangkuanku, saat itu juga kau datang."

Helios mengintip sedikit ke arah wajah Keita untuk memastikan ekspresi pria tersebut sebelum melanjutkan.

"Ini mungkin terdengar seperti alasan tapi aku berani bersumpah padamu, ruang kerjaku memiliki CCTV, aku akan menunjukannya padamu jadi tolong percaya padaku."

Helios menatap wajah Keita yang memucat, ia tidak yakin apakah karena Keita kedinginan atau hal lain. Namun Helios dapat melihat bahwa manik hazel itu mulai berkaca-kaca.

"Helios, tidak pernah ada sedikitpun keinginan untuk menyentuh orang lain selain dirimu."

---bersambung

Note: maaf yah segini dulu, karena ada satu dua hal diluar prediksi jadi author gak punya pilihan lain selain menggantung kalian hahaha.

Tapi sebagai gantinya, author bakal visual reveal dua karakter baru nihh..

Jeng jeng...
Here you go~

Ryuu Nakamoto

Asahi Daichi

Continue Reading

You'll Also Like

108K 13.9K 35
Sudah 13 tahun berlalu semenjak kematian Ichinose Shun. Kematian teman kecil sekaligus orang yang disukai Sang Kaisar itu membawa kegelisahan yang sa...
7.3K 466 10
Mate yang selama ini ia nanti-nantikan justru merupakan pelaku pembully adiknya.
3.7M 359K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
2.8K 387 14
Anak kaya raya itu bernama James, ia berteman dengan si anak bernama Dylan yang sederhana dan bisa dikatakan hidup pas pasan. Suatu hari James dan Dy...