Different Brother✔

By Naacha_Nadya

357K 18K 639

Ajma adalah seorang gadis sebatang kara yang di angkat anak oleh seorang kyai besar pemilik ponpes Al-Majid... More

Prolog
Pangeran Pesantren
Berkedok buku
Kakak Pulang
Happiness Girl
Siapa Dia?
Rencana Perjodohan Abi
Gara-Gara Tes
Cemburu?
Dia, Adik Ku
Melepaskan Cinta
Si Pitik
Halal
Istri Menggemaskan
Perempuan di hati Kazam
Perhatian Kecil
Ketahuan
Kemalangan Anisa
Pergi
Gosip
Aku Kembali
Confess
Kabar Hanin
Congratulations
Takut
Calonnya Ikrar?
Obrolan Umi Abi
Persiapan Liburan
Liburan Kitaaaa
Tolong Akuuuu😭😭
Jalan Malam
Untuk Pertama Kalinya
Sepanjang Hari Ini
Hanya Demam
Antara Mereka
Mafia Malam
Peluang Tak Disengaja
Kemarahan Kazam
Keputusan
Rahasia di Balik Rahasia
Pernyataan Si Pelakor
Keputusan 2
Info Yang Didapat
Terungkap
Tentang Adopsi
Berdamai Dengan Keadaan
Kabar Bahagia
Kembali Berkumpul
Visual Katanya🙂

Ngabuburit

7.6K 399 5
By Naacha_Nadya

Tak terasa pernikahan antara Ajma dan Kazam kini sudah berjalan 2 bulan. Kehidupan yang Ajma rasakan tidak ada yang berubah. Ia tetap di perlakukan seperti biasa, tak ada yang spesial dari pernikahannya.

Kazam tetaplah Kazam, laki-laki dingin yang terlihat manis di muka namun tidak dengan sifatnya. Sebagai seorang istri Ajma tak pernah di perlakukan manis oleh Kazam, Kazam tipe laki-laki yang begitu formal.

Namun, ucapannya akan sangat pedas apabila Ajma membicarakan sesuatu hal yang tak Kazam sukai. Nadanya memang tak tinggi, hanya saja kata-katanya itu loh yang dapat menusuk sampai kehati. Seperti contohnya ucapan Kazam waktu di pelaminan.

Terlepas dari sikapnya yang terkesan formal dan selalu to the point, sebenarnya Kazam adalah tipe laki-laki yang baik dan cukup nyambung apabila di ajak ngobrol. Hanya saja, kadang obrolan mereka tidak sefrekuensi. Bukan kadang si, sering malahan.

Ajma tipe orang yang humoris sedangkan Kazam tipe orang yang tak suka basa basi dan tentunya tak ahli dalam membuat lawakan dengan suara maupun tindakan nya. Hal itulah yang terkadang membuat obrolan mereka bertolak belakang.

Untuk tidur, keduanya masih sama-sama tidur di satu kamar yang sama yaitu kamar milik Kazam. Yah, tentunya posisi mereka tidur pun berbeda dengan pasutri pada umumnya yang akan selalu berdekatan ataupun saling mendekap ketika tidur.

Ketika mereka tidur, mereka selalu saling membelakangi. Di tengah-tengah mereka selalu di berikan guling penghalang. Aneh sekali bukan?

Terkadang, Ajma merasa iri dengan Hanin dan Rana yang selalu di perlakukan manis oleh suami mereka. Begitupun dengan Anisa yang selalu di berikan perlakuan istimewa dari Adib.

Ngomong-ngomong soal Hanin, dia kini telah menikah seperti yang dia katakannya tempo hari. Setelah menikah ternyata benar saja, Hanin sudah tak di izinkan mondok lagi dan kini dia hanya kuliah pulang pergi saja. Hal itulah yang membuat Ajma jadi kesepian dan akhirnya memilki hobi mengganggu Kazam.

Walaupun pernikahan Ajma dan Kazam hanya sebuah perjodohan namun, ikatan mereka merupakan ikatan yang sah baik secara hukum maupun agama. Statusnya sebagai seorang istri tidak dapat di ragukan lagi. Bagaimana Ia bisa jatuh cinta kepada Kazam sedangkan Kazam sendiri saja seperti ini sikapnya?

Bukankah seorang perempuan akan luluh apabila di perlakukan dengan romantis? Tidak usah romantis, memperlakukannya dengan banyak perhatian pun bagi Ajma sudah cukup.

"Hufh..." Ajma menghela nafas sambil memperhatikan Kazam yang sedang duduk di depan meja belajar. Dia nampak sibuk dengan kertas gambar dan berbagai jenis pensil nya.

"Mas," panggil Ajma dan hanya di balas dengan dekheman oleh Kazam tanpa menoleh.

"Besok udah lebaran loh, Mas Kazam masih sibuk aja" dumelnya.

"Ini yang terakhir" Ajma memanyunkan bibirnya kesal.

"Emang gak bisa di tunda?"

"Gak bisa" balas Kazam seadanya.

Nafas Ajma kembali terhela. Ia membayangkan jika Kazam membalas ucapannya dengan kata-kata yang terbilang adem di telinga. Misalnya, "Gak bisa sayang, Aku harus menyelesaikan nya sekarang" atau "Kamu sabar ya sayang, Aku akan menyelesaikan nya secepatnya"

Lamunan Ajma pun membuyar. Apa-apaan Ia membayangkan hal-hal seperti itu, mana mungkin seorang Kazam yang kakunya bak adukan semen kering itu mengeluarkan kata-kata seperti itu.

"Mas, ngabuburit yuk. Selama bulan ramadhan ini Mas Kazam gak pernah loh ngajakin Ajma keluar. Ajma kan juga mau jalan-jalan, di sekitar sini doang juga gak papa. Cuma jajan es buah doang juga gak papa" cerocosnya.

Kazam menghentikan aktivitas menggambarnya dan sedikit melirik ke arah Ajma. Selama Ia menikah dengan Ajma rasanya tak pernah Ia mengajak jalan istrinya. Bahkan, jalan berdua di sekitar halaman ponpes atau di halaman rumahnya saja rasanya tak pernah di lakukannya.

Entahlah, apakah memang Ia tak romantis atau karena Ia yang tak tau caranya memperlakukan seorang perempuan dengan manis. Rasanya canggung saja jika Ia harus bermesraan dengan Ajma yang notabenenya pernah menjadi adik angkatnya itu.

Sampai saat ini pun Ia masih menganggap Ajma seperti adiknya dan hal itulah yang membuatnya merasa canggung dan cukup sulit untuk bersikap romantis kepada gadis itu.

"Memangnya kamu mau beli apa?" Tanya Kazam seraya melepas kacamata yang di kenakannya.

"Ya... Apa aja asalkan keluar gitu"

Kazam pun menutup buku gambar nya seraya beranjak dari duduknya. Ia mengambil Hoodie putih yang tergantung di atas kastok seraya memakainya, mendobel dengan kaos hitam yang di kenakannya saat ini.

"Ayo" ajaknya.

Ajma menoleh dengan mata melebar terkejut. Ia pikir Kazam tidak mau ternyata gercep juga.

"Sekarang?" Cengonya.

"Iya" jika saja sahabat Ajma atau siapapun yang di beri pertanyaan seperti itu sudah pasti jawabnya tahun depan. Namun, jawaban Kazam benar-benar tergolong dalam spesies langka.

"Bentar-bentar ambil kerudung dulu" buru-buru Ajma beranjak dan bergegas mengambil kerudung instannya dari dalam lemari dan memakainya dengan terburu-buru.

Singkatnya, mereka pun akhirnya sampai di salah satu bazar ramadhan yang menjual makanan-makanan untuk berbuka puasa serta takjil-takjil manis yang berjejer di sepanjang jalan membuat Ajma berhasrat ingin memborong semua takjil tersebut jika saja Kazam tak mengomel soal sesuatu yang berlebihan itu tidak baik”.

"Mas Kazam mau beli apa?" Tanya Ajma menatap suaminya yang sedari tadi hanya diam.

"Terserah kamu. Saya hanya mengantar"

Ajma mencebikan bibirnya dan mulai berfikir sambil mengetuk-ngetuk dagunya.

"Tadi si Ajma pengen es campur, es buah, es serut, es duren, es kuwut, es kelapa es__blupm" Kazam membekap mulut Ajma dengan telapak tangannya yang sedang asyik menyebutkan beberapa varian es tersebut.

"Air mineral" potong Kazam. Ajma menarik tangan Kazam dari mulutnya dengan kasar dan menatapnya tajam.

"Mas ih, Ajma mau es" rengeknya dengan wajah lucunya. Lucu di mata Kazam maksudnya.

Kazam memejamkan matanya sekilas. Untuk ke sekian kalinya Ia harus menahan rasa gemasnya agar tak kelepasan dengan hasratnya yang ingin sekali mencubit pipi chubby gadis itu.

"Dengerin saya, es itu gak baik buat tubuh. Lebih baik air mineral lebih sehat dan lebih murah" nasehatnya.

"Tapi Ajma pengen yang ada buah-buahannya mas"

"Nanti kita beli buah-buahannya"

"Iih maksud Ajma tuh es buah bukan buah-buahannya langsung"

Tin...

Kazam menoleh ketika mendengar suara klakson motor. Ia pun dengan sigap langsung menarik tangan Ajma agar menyingkir karena ada motor yang melintas cukup kencang dari arah kanan Ajma.

Grep...

Kepala Ajma tertabrak dada bidang Kazam tanpa sengaja. Merasa shock, Ia pun terdiam sejenak untuk mengoptimalkan kinerja otaknya kembali. Matanya mengerjap saat mendengar sesuatu yang tak biasa di dalam sana. Lebih tepatnya di dalam dada bidang Kazam.

Suara detak jantung yang begitu kencang terdengar dari dalam sana. Ajma terdiam berusaha mendengarkannya dengan seksama apakah ini detak jantung orang normal atau mungkin ada masalah pada jantung Kazam.

Akhirnya Ajma merasa yakin jika ini adalah bunyi detak jantung orang tidak normal. Biasanya jantung orang berbunyi dengan ketukan 1, 2, 1, 2 sedangkan ini bak tidak ada jeda ketukannya sama sekali.

"Gak papa?" Tanya Kazam menunduk menatap Ajma yang lebih pendek darinya itu.

"Eh," Ajma pun menjauhkan dirinya dari tubuh Kazam seraya merapihkan hijabnya.

"Mas Kazam gak papa?" Tanya Ajma balik.

Pasalnya Ia benar-benar tak bisa membaca ekspresi yang berbeda dari wajah Kazam. Jantung laki-laki itu berdetak kencang bak orang habis lari maraton, sedangkan wajahnya datar-datar saja seperti tak mencerminkan suasana jantung nya.

"Gak papa" balas Kazam tanpa merubah ekspresi datarnya.

"Kakaknya ganteng banget neng" keduanya menoleh saat mendengar suara seorang ibu-ibu menghampiri mereka.

"Hah?" Bingung Ajma.

"Udah ganteng, perhatian lagi sama adeknya" puji ibu-ibu itu lagi.

Ajma tersenyum kikuk seraya menggandeng tangan Kazam lantaran kesal dengan ibu-ibu itu.
"Ini suami saya Bu" ketusnya.

"Oh, suaminya. Maaf neng, saya pikir kakaknya" ibu-ibu itupun langsung pergi dengan perasaan malu.

"Ada-ada aja deh tu ibu-ibu. Pasti dia mau jodoh-jodohin Mas Kazam sama anaknya" dumel Ajma.

"Udah gak usah di pikirin, katanya mau beli takjil?" Kazam berusaha mengalihkan pikiran Ajma agar rasa sebalnya kepada ibu-ibu tadi hilang.

"Oh iya, Ayo. Eh," Ajma tersadar jika Ia masih menggandeng tangan Kazam.

"Hehe... Maaf lupa" Ajma pun melepas gandengannya seraya berjalan duluan di depan Kazam.

Kazam menatap telapak tangannya yang kini telah kosong. Padahal waktu Ajma menggandengnya tadi, rasanya begitu bahagia. Ia sama sekali tidak mempermasalahkan mau seberapa lama pun Ajma menggandeng tangannya. Tapi nampaknya Ajma berfikir jika Kazam akan merasa kesal dan marah jika tangannya di gandeng lama-lama.

"Andai kamu tau isi hati saya" gumamnya sambil memperhatikan punggung Ajma.

Setelah muter-muter mencari makanan, pada akhirnya Kazam lah yang merasa lelah duluan. Ia tak paham kenapa gadis mungil itu nampaknya masih bersemangat untuk berbelanja makanan tanpa adanya tanda-tanda 3L.

Kazam pun memutuskan meminta izin untuk beristirahat duluan karena merasa sudah cukup pusing akibat jalan terlalu lama mengikuti Ajma muter-muter membeli makanan di setiap kedai.

Tak berselang lama setelah Kazam duduk, Ajma pun datang menghampiri sambil membawa dua cangking tote bag yang pastinya berisikan makanan. Ia pun meletakan tote bag itu di bawah kakinya seraya ikut duduk di samping Kazam.

"Hufh... Capek banget" Ajma menyeka keringatnya yang bercucuran dari dahinya.

"Kamu banyak banget belinya. Kan sudah saya bilang, beli makanan secukupnya saja tidak perlu berlebihan"

Ajma berdecak dan menghela nafas.
"Iya Ajma tau kok. Tapi, Ajma beli ini bukan cuma buat Ajma aja tapi, buat Umi, Abi, Mas Kazam sama Mas Ikrar juga" Kazam ber-oh saja tanpa menanggapi apapun lagi.

"Ajma punya sesuatu buat Mas Kazam" Ajma merogoh salah satu tote bag nya seraya mengeluarkan sebuah gelang hitam di dalamnya.

"Ini buat Mas Kazam" Ajma meraih tangan Kazam dan memakaikannya gelang hitam pada pergelangan tangan laki-laki itu.

Kazam menatap Ajma dengan sebelah alis terangkat.

"Kenapa huruf di gelangnya A?" Tanya Kazam.

"Ya... Karena nama Mas Kazam kan Al Kazam jadi awalannya A dong" jelas Ajma. Kazam hanya ber-oh dan mengangguk saja.

'Saya pikir A itu nama kamu. Hemh, kenapa saya terlalu GR' monolognya dalam hati.

"Senyum dong! Kan udah Ajma kasih hadiah. Yah, walaupun cuma gelang tapi yang penting Ajma pernah ngasih kan" Kazam menatapnya dengan tatapan bingung.

Ajma memutar bola matanya jengah. Sepertinya sulit sekali bagi laki-laki ini untuk menunjukkan senyumannya.

"Ayo senyum!" Perintahnya lagi.

Kazam melirik sekitarnya dan kembali terfokus pada wajah Ajma yang nampak berusaha mengisyaratkannya untuk melengkungkan bibir.

Dengan perlahan Kazam pun melengkungkan bibirnya keatas. Namun hanya bibir saja, kerut matanya tak Ia ikut sertakan jadi kesannya terlihat aneh dan bukan seperti sebuah senyuman.

"Aish... Itu senyum, apa lagi nahan berak si" kesalnya seraya melipat tangannya merasa bete.

Ajma melirik ke arah Kazam dengan tatapan kesal. Kazam nampak hanya diam memasang wajah datarnya tanpa ada usaha untuk meminta maaf maupun membujuknya agar tidak kesal lagi.

"Udah ah, ayo pulang" ajaknya seraya beranjak dan membawa dua tote bag di bawah kakinya.

Sudah di bilang, kan Kazam tetaplah Kazam yang tidak akan pernah bisa menjadi laki-laki manis dan penuh perhatian kepada perempuan. Memang Ajma sepertinya harus menerima nasib memiliki suami modelan semen kering seperti Kazam.

Keduanya berjalan menelusuri jalanan desa yang bisa di bilang cukup lebar untuk 2 mobil yang saling bersimpangan dan ada celah juga untuk pejalan kaki. Di jalanan tersebut pun tidak terlalu pedesaan sekali karena di pinggir-pinggir jalan terkesan ramai dengan toko-toko atau bahkan tempat-tempat makan modern.

Ajma membalik telapak tangannya saat merasakan sesuatu yang basah. Dan benar saja, ternyata hujan telah turun dengan perlahan.

"Mas, hujan. Gimana dong? Udah hampir magrib lagi" Kazam terdiam sejenak.

"Ayo kita neduh dulu. Kalo gak keburu buka di rumah mending kita makan di cafe itu" tunjuk Kazam ke arah sebuah cafe kecil yang ada di pinggir jalan.

"Yaudah deh terserah asalkan Ajma gak basah"

Keduanya pun berjalan menuju ke arah pintu cafe yang terbuka. Merekapun memasuki cafe tersebut dan memilih tempat duduk yang kosong. Kazam mengangkat tangan nya sebagai isyarat pemesanan. Salah satu pelayan pun mendekatinya dan Kazam pun mulai memesan menu yang ingin di pesannya, tentunya Ia memesan 2 porsi untuk Ajma juga.

Sedangkan Ajma, sedari tadi Ia hanya diam dan memperhatikan suasana cafe yang terbilang cukup ramai sore hari ini. Ia merasa tak heran karena ini bulan puasa, makanya tempat-tempat makan seperti contohnya cafe ini, sedang di banjiri bokingan untuk bukber.

Ajma merogoh kantongnya dan mengeluarkan benda pipih di dalamnya. Handphone Ajma memang sudah Kazam kembali kan satu bulan yang lalu, dengan syarat Ajma tidak boleh berhubungan dengan Adib lagi ataupun laki-laki manapun juga.

"Mas, ayo foto" ajaknya seraya menyalakan kamera depan dan mengarahkan pada wajahnya juga wajah Kazam.

Kazam nampak meringis dan bingung. Selama ini Kazam tak pernah yang namanya mengambil foto wajahnya sendiri, Ia hanya akan berfoto apabila ada sesi foto bersama saja tidak untuk berselfi sendiri.

Satu gambar pun berhasil Ajma jepret. Yah, walaupun Kazam tak tampan tampan sekali di foto dan wajahnya di foto pun terlihat tertekan, tapi lumayanlah.

"Mas Kazam punya Instagram gak si?" Tanya Ajma menatap Kazam dengan penasaran.

"Ada"

"Apa namanya?"

"Buat apa?"

Ajma menghela nafas dan memutar bola matanya kesal.
"Ya buat Ajma follow sekaligus Ajma tag"

"Kamu boleh follow tapi jangan tag" peringatnya.

Bukan apa, tapi Kazam tak mau akunnya sampai di banjiri followers yang pastinya mayoritas followers nya adalah para santriwati nya. Kazam bukannya menduga-duga saja namun, Ia sudah pernah mengalaminya dan Ia pun sudah dua kali ganti akun gara-gara hal itu.

"Yaudah deh kalo Mas Kazam gak mau di tag gak papa. Tapi, apa nama instagramnya Ajma mau follow. Tapi follback ya!" Kazam hanya mengangguk pasrah saja.

Ia pun akhirnya memberitahu username nya kepada Ajma. Beberapa detik Ajma mencari username yang Kazam beri tahu hingga akhirnya muncullah salah satu akun yang kata Kazam itu adalah akunnya.

"Hah! Ganteng-ganteng gak pernah posting foto" gumamnya tanpa sadar dan tentunya gumamannya itu dapat di dengar oleh Kazam.

Kazam mengerutkan keningnya memperhatikan gerak-gerik Ajma. Dalam hati sebenarnya Ia merasa salting karena di bilang tampan oleh Ajma namun, bagaimanapun Ia harus tetap slay di luar.

"Udah Ajma follow, silahkan di follback tuan Kazam"

Kazam pun mengeluarkan handphone nya dan tanpa lama Ia pun langsung memfollback akun Ajma yang baru saja mengikutinya itu.

"Berarti akun Instagram Ajma jadi akun pertama yang Mas Kazam follow dong" bangganya, karena Ia melihat jika following Kazam adalah 0 dan ketika Kazam memfollback nya menjadi 1 following.

"Hmm" balas Kazam dengan malas.

"Silahkan" pelayanan pun datang seraya meletakkan dua piring makanan dan dua gelas minum di meja mereka.

"Makasih mba" ucap Ajma sebelum pelayan itu pergi.

Setelahnya merekapun terdiam cukup lama. Fokus mereka tertuju pada benda pipih yang mereka pegang masing-masing.

Ajma menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 17:50 itu artinya sebentar lagi akan memasuki waktu berbuka puasa.

Namun, entah kenapa Ia rasanya bosan karena sedari tadi hanya bermain handphone saja tanpa adanya obrolan padahal, ada kehidupan lain di depannya.

"Mas, ngomong kek Ajma bosen nih" rengek Ajma karena sedari tadi Kazam hanya diam saja jika Ia tak mengajaknya berbicara duluan.

"Lebih baik diam dari pada membicarakan hal yang tidak penting" balas Kazam dingin tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphonenya.

"Ya makanya ayo kita ngobrolin hal penting"

Kazam menatap Ajma dengan satu alis terangkat.
"Contohnya?"

"Ya... Contohnya tentang sejarah berdirinya negara Indonesia, islam masuk ke Indonesia, perpecahan yang terjadi di negara kita___"

"Diam" potong Kazam.

"Kamu dengar?" Ajma diam dan mulai mendengarkan suara dari speaker masjid dekat sini yang ternyata menyatakan bahwa sudah waktunya berbuka puasa.

"Alhamdulillah udah buka" Ajma pun mengambil gelas berisi air mineral miliknya dan meneguk setengah air itu setelah selesai berdo'a. Begitu pula dengan Kazam.

Keduanya pun mulai memakan makanan mereka dengan hidmat tanpa adanya perbincangan lagi. Obrolan yang tadi sempat Ajma harapkan pun seketika terlupakan karena pikirannya sudah terfokus pada makanannya.

Dahi Kazam mengernyit melihat mulut Ajma yang nampak cemong. Tangan kanannya tergerak untuk mengambil tisu dan perlahan beralih ingin mengusap bibir Ajma yang cemong tersebut namun, Ia mengurungkan niatnya karena tiba-tiba Ajma menoleh ke arah nya. Ia pun menghentikan gerakan tangannya dan berpura-pura ingin memberikannya tisu.

"Mulut kamu kotor" Kazam menunjuk tisu yang di sodorkannya dengan dagu.

"Kirain mau di lapin" sindir Ajma seraya mengambil tisu yang Kazam sodorkan dan mulai membersihkan mulutnya sendiri.

"Selagi tangan kamu masih mampu melakukannya untuk apa saya membantu" acuh Kazam seraya terfokus kembali pada makanannya.

Ajma menghela nafas gusar. Ternyata seperti inilah bentukannya jika seorang bocil sepertinya memiliki suami yang jauh lebih dewasa di atasnya, pemikiran mereka akan berbeda 180 derajat kilometer kubik dengan perbandingan seper100.

Jika Ia mengharapkan sesuatu yang romantis dan perhatian kecil dari Kazam namun, berbeda halnya dengan Kazam yang lebih mengutamakan hal-hal simple daripada keromantisan itu sendiri.

_

_

_

Jangan lupa vomen→⁠_⁠→

Continue Reading

You'll Also Like

60.5K 7.2K 13
"there is nothing more beautiful than loving you, Jung Wooyoung" ㅡSan, choi.
224K 10.1K 33
Dipaksa menikahi wanita tuna wicara? Gimana rasanya? Arroyan Vishaka Alfarizqi, lelaki tampan keturunan arab. Seorang CEO diperusahaan ternama, walau...
348K 13.3K 41
Menceritakan tentang seorang lelaki yang bernama Abraham, ia mempunyai tugas dari seorang dosen untuk mewawancarai mahasiswa/i di kampusnya. Sahabat...
216K 12.1K 30
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...