Memeluk Bayang

By umiimasrifah

77.6K 7.5K 569

[ON GOING] Ketika Kala kehilangan Sera, mengharuskan dia terjun dalam pencarian mencari ibu pengganti untuk R... More

Blurb
Azkala Wafa Albarkawi
Dilara Afsheena
Gara-gara Rere
Karena Rere
Memeluk bayangan
Hari itu datang
Memeluk Bayangan 2
Memeluk Bayangan 3
Memeluk Bayang 4
Memeluk Bayang - Hijab Takdir
Rere hilang
Menemukannya
Kejadian itu
Kala peduli
Sheena sembuh
Pergi tidak semudah datang
Berharap dan tidak diberi harapan
Rantai Kejombloan
Jangan pergi
Danau
Ruang yang sama
Kejadian di cafe
Sheena dan Sera Menghilang
Sheena dan Sera Menghilang 2
Meski bukan denganku, kamu pantas bahagia
Pertemuan itu
Sidang Terakhir

Yang terjadi di Pengadilan Agama

121 13 4
By umiimasrifah

Setelah membuang muka dan memberi jarak duduknya, Sheena tidak mengucapkan sepatah katapun untuk menjawab permintaan Kala. Perempuan itu memilih memainkan ponselnya, membuka tutup kunci layar, dan sesekali menatap keruang sidang yang baru saja keluar mantan sepasang suami istri. Terlihat si perempuan tersenyum bahagia, sedangkan si laki-laki keluar dari ruang sidang dengan wajah lesu.

Terdengar nama Kala dan Sheena dipanggil untuk memasuki ruang sidang. Ayah Kala yang duduk tidak jauh dari mereka pun beranjak dan memberi kode kepada Kala dan Sheena untuk segera masuk.

Kala sedikit melirik kearah Sheena yang sudah berdiri dengan mantabnya, seolah tidak ada keraguan sama sekali dihatinya. Berbeda dengan Kala yang saat ini berubah menjadi orang penakut.

"Ayo, Mas.." Sheena melangkah lebih dahulu memasuki ruang sidang, disana sudah ada hakim dan panitera, mereka tersenyum ketika melihat Sheena dan Kala memasuki ruangan dan mulai duduk dikursi sisi kanan dan kiri, yang disekat oleh pintu setengah badan.

"Saudara Azkala Wafa Albarkawi, dan saudari Dilara Afsheena, ini sidang ketiga dan menjadi sidang terakhir sebelum anda sah bercerai. Sebelumnya saya bacakan lagi surat keputusannya, penggugat Saudari Dilara Afsheena dan tergugat Saudara Azkala Wafa Albarkawi pada tanggal 3 Maret 2023 resmi bercer...."

"Pak," Sheena berdiri, suaranya menginterupsi hingga menghentikan Hakim membacakan surat putusan, termasuk Kala. "Pak, boleh saya mencabut gugatan cerai saya?" Ucapnya membuat semua orang yang ada didalam ruangan tersebut terperangah.

 ***

Sheena berjalan mendahului keluar dari ruangan sidang, setelah ia mencabut gugatan cerainya dan membatalkan semua putusan-putusan. Kala yang berada dibelakangnya berusaha menjangkau langkah perempuan itu.

"Terima kasih, Sheen. Sudah memberiku kesempatan." Ucap laki-laki itu sembari menggandeng pergelangan tangan Sheena.

Namun hal tidak terduga terjadi, Sheena menghempaskan genggaman itu dan mengalihkan pandangannya kearah Kala.

"Ini bukan untuk kamu, Mas. Tapi untuk Rere.. Setelah benar-benar kehilangan Mbak Sera, aku nggak mau Rere kehilangan aku juga." Ucapnya dengan tatapan yang tak tersentuh.

"Dan selama itu, kamu nggak akan menemukan sosok seorang istri didalam diriku." Ucapnya lagi, lalu berbalik menatap lurus kedepan. "Mari kita pulang." Tambahnya sembari melangkah meninggalkan Kala yang masih tertegun dengan sikap perempuan itu.

Kala mengerjap lalu mengusap wajahnya, ia memaklumi sikap Sheena seperti ini. Tidak ada seorang istri yang bisa dipermainkan hatinya itu. Meski keras kepala dan menunjukkan sikap yang tidak bersahabat, Kala tidak peduli itu. Kini yang menjadi tujuannya adalah membahagiakan Sheena sebagai istri dan ibu dari anaknya.

"Kita mampir cari makan dulu, ayo." Kala mensejajari langkah Sheena dan menggandeng tangan perempuan itu agar ikut bersamanya, tanpa persetujuan terlebih dahulu.

Ayah dan paman Kala yang ada dibelakang mereka tersenyum melihatnya.

"Meskipun sikapnya dewasa dan tegas, Kala masih seperti anak kecil yang tidak bisa menerka perasaannya sendiri." Ucap Ayahnya.

"Ya Alhamdulillah, setidaknya mereka mengambil keputusan diwaktu yang tepat." Sahut paman Kala.

***

"Kenapa kamu jadi memaksaku, Mas?" Ucap Sheena yang kini sudah ada didalam mobil, tepatnya disamping Kala yang sedang menyetir. Ia memprotes sikap Kala yang masih seenaknya sendiri.

"Mas nggak maksa, cuma kita memang perlu mengisi perut. Jaga kesehatan kamu." Jawab Kala mengganti kata 'aku' menjadi sebutan 'Mas'. Yang membuat siapapun pendengarnya menjadi meleleh. Tidak terkecuali si Sheena, hatinya sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Ingat Mas, perjanjian kita masih berlaku. Pernikahan ini hanya untuk Re..."

"Mas nggak peduli dengan perjanjian itu lagi, sesampainya di rumah mas akan siapkan surat perjanjian yang baru." Ucap Kala.

"Kamu yang menyiapkan, Mas? nggak bisa, ini tentang kita. Jadi aku juga berhak buat ketentuan di surat perjanjian itu." Jawab Sheena ketus, biasanya memang dia seperti itu, tapi Kala merasa perempuan itu lebih ketus dari biasanya.

"Kamu mau makan apa?" tanya Kala.

"Terserah." Jawab Sheena sembari memalingkan wajahnya kekaca mobil sebelah kiri, sudah seperti anak gadis yang sedang ngambek karena tidak dibolehin makan permen.

Entah kenapa melihat Sheena seperti itu Kala tidak sakit hati atau kecewa, ia jauh lebih bersyukur karena Sheena mau sedikit melembutkan hatinya untuk kembali.


***

"Mamaaaa," Gadis kecil berlari dari dalam rumah ketika matanya menangkap perempuan berada didepan, sosok ibu yang membuatnya sangat rindu.

"Halo, sayang... bagaimana kabar Rere?" tanya Sheena terlihat juga sangat merindukan Rere, gadis kecil yang sudah dianggapnya seperti putri sendiri, bahkan gadis itu yang menjadi alasan untuk mempertahankan pernikahannya dengan Kala.

"Papa, benel-benel bawa Mama pulang..." Rere senang karena permintaannya tadi pagi dikabulkan oleh ayahnya; membawa Sheena kembali ke rumah itu dan menemaninya setiap hari.

Kala tersenyum sembari mengelus puncak putrinya tersebut, "Mama sedang capek, Re. Biar Mama istirahat dulu di kamar ya."

"Oke deeeh, Lele mau ke Uti kalo gitu..." Ucapnya memasang wajah ceria sembari melangkah santai menuju neneknya yang sedang berada diambang pintu bersama kakeknya.

Sheena mengalihkan pandangannya kearah Kala, ia tau maksud laki-laki itu menyuruh Rere untuk tidak mengganggunya sekarang.

"Aku mau tidur, kamu bisa masak makanan sendiri kan, Mas." Ucapan Sheena bukan ke pertanyaan melainkan pernyataan, ia tidak mau melayani suaminya itu, seperti yang dikatakannya tadi di pengadilan agama bahwa Kala tidak akan menemukan sosok istri didalam dirinya lagi.

"Iya." Jawab Kala sembari berlalu begitu saja menuju dapur.

Sikap Kala saat itu membuat Sheena kesal, ia mencebik. Ternyata laki-laki itu masih sama seperti dulu dinginnya.

Seandainya Kala tau, setelah mendapati Ahkam meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Sheena beristikharah, meminta petunjuk pada Sang Pembolak-balik hati. Pada siapa sebenarnya hati ia tertuju, Ahkam atau Kala?

Selepas keputusannya menggugat cerai Kala, ia merasa lega karena terlepas dari laki-laki itu. Namun ada yang membuatnya tidak nyaman, ada sesuatu yang mengganggu hati dan membuat segala aktivitasnya tidak karuan. Itu mengapa ia memutuskan untuk meninggalkan Indonesia setelah perceraiannya selesai.

Tapi siang tadi, angin yang tadinya berhembus panas diterjang oleh Sheena, berubah ketika Kala mengutarakan permintaannya. Permintaan yang sebenarnya Sheena juga harapkan.

Apa ini memang jawaban dari istikharahnya?

Dan, untuk perjanjian pernikahan mereka yang akan diperbarui oleh Kala? Sebenarnya perempuan itu tidak mempermasalahkannya, asal ia tetap menjadi istri dari laki-laki itu. Laki-laki yang ia yakini akan menjadi pemimpin rumah tangganya yang baik.

***

Sheena keluar dari kamar mandi, ia mendapati Kala sudah duduk disofa yang ada didalam kamarnya, didepannya terdapat secarik kertas berada diatas meja.

Kala tersenyum kearah Sheena, senyuman yang sangat meneduhkan. Lalu ia menepuk sofa disampingnya sebagai isyarat untuk perempuan itu duduk bersamanya.

"Aku nggak bisa sekarang, Mas. Nanti aja.." Sheena masih bersikap seperti tadi, ia enggan menurunkan egonya, meski sebenarnya ia ingin memeluk laki-laki itu setelah sekian lama.

"Sheena, hanya sebentar. Luangkan waktumu sedikit saja."

Aduuuuuh, kenapa Kala selembut itu? Bisa-bisa pertahanan Sheena hancur lebur.

"Oke, sebentar ya Mas." Ucap perempuan itu sembari melangkah dan mengambil duduk disamping Kala.

"Kamu baca dulu surat perjanjiannya, kalo kamu mau menambahkan silahkan." Ucap Kala.

Sheena mengambil secarik kertas, ia ingat betul pertama kali ia menandatangani surat perjanjian nikah yang dibuat oleh Kala. Saat itu ia merasa sangat bodoh karena mau-maunya menyetujui perjanjian itu tanpa memberi syarat apapun.

"Hanya ini?" Sheena terperangah karena melihat isi surat perjanjian tersebut.

Dalam surat tersebut hanya tertulis "Menjadi suami-istri yang saling mencintai dan mendukung, semoga pernikahan kita diridhai Allah."

"Harusnya tidak ada surat ini, karena memang sudah kewajiban kita sebagai suami istri." Ucap Kala. "Tapi Mas mau saat kita berada dititik terendah dan ingin saling melepaskan, perjanjian ini menjadi salah satu pengikat kita." Jelas Kala, yang kali ini tidak membuat Sheena tidak bisa membendung airmatanya.

"Maafin Mas, kesalahan mas selama ini sangat besar sebagai suami kamu. Mas juga keras kepala dan itu membuat hampir kehilangan kamu." Tambah Kala.

Sheena hanya bisa diam, dia tidak tau harus mengucapkan apa. Dia juga merasa keras kepala sampai ingin menggugat cerai Kala dan enggan mempertahankan pernikahan mereka.

"Maaf Sheen, maaf." Kala menundukkan kepalanya, sebagai bentuk rasa bersalahnya pada perempuan itu.

"Mas," Sheena menyentuh pipi laki-laki itu, membawanya untuk kembali tegap. Ia tidak pernah melihat Kala sekalut itu. "Terima kasih sudah mempertahankan pernikahan kita. Aku harusnya seperti kamu, Mas. Bukannya menyerah dan mencari kebahagiaan yang lain." Ucap Sheena menyesal karena hampir mengambil keputusan yang salah.

Kala menghapus airmata Sheena yang tidak berhenti mengalir, "Mas janji nggak akan ada lagi airmata ini." Ucapnya.

"Sheen," Kala hendak mengutarakan sesuatu. "Mas ingin memperbarui pernikahan ini, karena dulu semuanya diawali dengan hal yang tidak benar. Mas ingin kita akad lagi." Ucap Kala meminta persetujuan Sheena.

Perempuan itu mengangguk mengiyakan, ia menyetujui apa yang menjadi keputusan suaminya.

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 962K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...
6.7M 574K 72
|| FiksiRemaja-Spiritual. || Rabelline Maheswari Pradipta. Wanita bar-bar, cuek dan terkadang manja yang terpaksa masuk pesantren sang kakek karena k...
5.5M 476K 53
- Zona teka-teki 1 - Kalian baca cerita ini siap-siap jadi detektif - Terbit di Hesthetic official "Menikahlah dengan suamiku dan jaga baby Hamzah...
266K 15.3K 37
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...