[END] TRAPPED BY YOU

princess_0313 tarafından

193K 18.6K 560

SUNGSUN. [COMPLETED] Park Sunghoon. Lelaki pendiam dengan sorot mata tajam mematikan. Lelakk yang sekalinya b... Daha Fazla

Prolog
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40

Bagian 12

5.6K 565 10
princess_0313 tarafından

KECELAKAAN

---

Helaan napas terdengar cukup keras di belakangnya. Ah, tepatnya di belakang Jungwon. Sunoo menoleh kemudian mengangkat sebelah alisnya saat mendapati Ahn Yujin yang terlihat tengah menatap lurus ke depan tepat ke arah pintu kelas dengan sorot mata yang menyiratkan kekaguman.

Ya, hari ini Sunoo kembali masuk sekolah setelah sempat izin karena sakit. Baik Sunoo, Jungwon, maupun Ni-ki, sekarang berada di kelas. Padahal jam istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Namun, ketiga Lelaki ini memilih untuk berdiam diri di kelas dan menitipkan makanan kantin pada teman lelaki mereka, Haruto dan kawan-kawan.

Sunoo mengikuti arah pandang temannya itu. Terlihat sesosok lelaki tengah berdiri di sana sambil memainkan ponselnya dengan satu tangan yang lain dimasukkan ke dalam saku celana. Banyak dari teman wanita di kelasnya mengerubungi lelaki itu mencoba untuk berinteraksi dan sesekali menggoda. Ah tidak, bukan hanya teman sekelasnya saja. Buktinya di sana ada Yeojin dan antek-anteknya yang lain.

Ya, kalian pasti sudah bisa menebaknya. Lelaki itu adalah Han Sunghoon. Dia nampak bersinar di kerumunan itu dan … tampan. Entah mengapa hal itu membuat Sunoo enggan membuang pandangannya dari pesona lelaki yang dia ketahui adalah seorang vampire.

Sedetik berikutnya, lelaki itu menolehkan pandangannya. Sunoo sontak salah tingkah begitu tatapan lelaki itu tertuju padanya, membuat rona merah itu dengan cepat menyebar di pipi Sunoo.

“Sunoo, mengapa Sunghoon sangat tampan?”

Pertanyaan yang keluar dari mulut orang di belakang Jungwon, lantas membuat Sunoo kembali menatap Yujin dengan tatapan bertanya. Sementara tatapan Yujin masih saja tertuju pada lelaki itu.

Sunoo menatap meja Yujin yang kosong sambil mengangguk pelan. “Ya, begitulah,” jawabnya acuh sambil kembali memutar duduknya ke depan kemudian mulai berkutat dengan binder miliknya.

Sunoo masih mengingat dengan jelas, saat di mana Sunghoon dengan paksa membuka piyamanya dan dengan bodohnya dia mengira bahwa lelaki itu ingin memperkosanya. Belum lagi sentuhan-sentuhan yang dia terima dan ucapan terakhir lelaki itu yang memintanya untuk tidak jauh-jauh darinya, membuat detak jantung Sunoo berdetak dua kali lebih cepat saat mengingatnya.

Ah, sial! Kenapa dia jadi seperti ini?

“Sunoo, kau sakit?” tanya Jungwon sambil menutup buku paketnya.

“Ah?” Sunoo bingung saat mendengar pertanyaan Jungwon. Sadar, Sunoo segera menggelengkan kepalanya menandakan bahwa dirinya baik-baik saja.

“Sunoo sakit?” sambung Ni-ki.

“Wajahmu merah. Apa kau masih merasa pusing?” tanya Jungwon pelan bersamaan dengan punggung tangannya yang menempel di dahi Sunoo.

“Tidak panas, kok,” komentar Jungwon sambil menarik kembali tangannya.

“Sudah ku bilang kalau aku tidak apa-apa. Tidak perlu khawatir,” ucap Sunoo diiringi dengan senyum manisnya. Lelaki di hadapannya menganggukan kepalanya ragu.

“Kembali lagi bersamaku Hanbin, cogan dari segala cogan di SMA Iland.” Teriakan dari arah depan membuat Sunoo dan kedua sahabatnya itu menoleh. Di sana terlihat Hanbin yang memasuki kelas diikuti teman-teman cowoknya yang lain.

“JEONGWOOO!” panggil Jungwon dengan suara yang cukup memekakan telinga. Lelaki dengan kantong kresek besar di tangannya pun langsung menoleh dan tersenyum lebar.

“Apa, sayang?”

“Kau ingin ku sembur, huh?” kesal Jungwon, “Kemarikan makananku!” Jeongwoo bergidik sesaat sebelum akhirnya berjalan dan menyerahkan kantong kresek yang tadi di bawanya.

“Sunoo, mana uangmu?” tanya Jeongwoo sambil mengulurkan tangannya.

“Mintalah pada Jimin. Dia memiliki hutang denganku.” ucap Sunoo tanpa menolehkan pandangannya dari Twigim yang nampak begitu menggoda.

“JIMINNN, BAYAR UTANG KAU!”

Teriakan seorang Jeongwoo yang begitu membahana membuat seisi kelas mengumpat kesal padanya. Begitu juga para fans Sunghoon yang entah berasal dari alam mana.

“Utang apa lagi? Kemarin, kan, sudah ku bayar semua, astaga!” kesal Jimin.

“Apa kau lupa punya utang 900 won padaku?” tanya Sunoo.

“Astaga.” Jimin mendengus pasrah.

“Bayar kau!” sungut Jeongwoo. Dengan tidak ikhlas, Jimin mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet hitamnya.

“Terima kasih sudah mampir di dompetku,” pamitnya setelah mencium lembaran tersebut.

“Dih.” Jeongwoo dengan songongnya langsung mengelap uang pemberian Jimin menggunakan tissue milik Sunoo. “Takut ada virus bobroknya.”

Jungwon berdesis lalu mengalihkan pandangannya dari para lelaki kurang waras di hadapannya. “Cepatlah di makan. Habis ini kita ada pelajaran olahraga. Kau benar sudah merasa baik?”

“Iya. Tidak perlu mengkhawatirkan ku, Jungwon.”

⸙⸙⸙

Seperti yang sudah dibilang tadi. Pelajaran berikutnya adalah olahraga. Pelajaran yang paling tidak Sunoo sukai. Ia lebih memilih untuk mengerjakan puluhan soal matematika daripada harus berlari sana-sini. Seperti sekarang, materi hari ini adalah lari estafet. Beruntung sekarang adalah musim salju, jadi matahari siang ini tidak begitu terlihat karena tertutup awan.

Semua siswa menuju ke lapangan dan melakukan pemanasan agar tidak terjadi cidera saat berlari. Sementara di sisi lain, Pak Min sedari tadi mengabsen muridnya untuk menentukan pasangan saat berlari.

“Kelompok dua ; Kim Sunoo, Lee Bona, Minji, dan Lee Heeseung.” Suara Pak Min menginterupsi Sunoo untuk menyatu bersama kelompoknya.

Sunoo tersenyum pada Minji yang kini satu tim dengannya. Menolehkan pandangannya, dia mendapati Heeseung tengah menatap ke arahnya lalu tersenyum. Hal itu tentu mengundang Sunoo untuk tersenyum juga. Tapi tunggu! Ah, Sunoo memikirkan sesuatu. Bagaimana bisa? Yang lelaki itu baca di artikel, vampir takut terhadap matahari karena hal itu bisa membakarnya. Namun ini? Heeseung dan ketiga temannya yang lain nampak biasa saja. Ah, entahlah, mungkin karena matahari hari ini tidak begitu terang.

“Oke, kelompok satu sampai empat berdiri di posisinya masing-masing!” Arahan dari Pak Min.

“Siap?” tanya Pak Min pada seluruh pelari pertama.

“Siap, Pak!”

Pak Min meniup peluit yang menandakan semua pelari pertama harus berada di posisi start.

“Bersedia …”

“Siap …”

“Mulai!”

Pak Min lagi-lagi meniup peluitnya, membuat seluruh pelari pertama mulai berlari ke arah pelari kedua untuk memberikan tongkat estafet. Kali ini, Sunoo menjadi pelari terakhir. Entah apa alasan Bona menyuruhnya untuk menjadi pelari terakhir.

Heeseung si pelari ketiga, berlari dengan cepat ke arahnya. Dekat, Sunoo dengan cepat langsung mengambil tongkat estafet itu dan mulai berlari. Napas Sunoo sudah terengah-engah, kepalanya mulai berdenyut. Ah, efek jarang berolahraga.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan, mencoba untuk menghapus rasa pusing di kepalanya. Sedikit lagi, dia hampir mencapai garis finish dan memenangkan pertandingan ini.

Di tengah jalan, Sunoo terhuyung ke samping saat seseorang dari belakang menabrak satu sisi tubuhnya hingga membuatnya terjerembab ke aspal. Kepalanya yang pusing semakin terasa pusing saat menghantam pot yang berada di pinggir lapangan. Ah, rasanya sakit sekali.

Lelaki itu mencoba bertahan untuk tetap membuka mata. Namun, seketika penglihatannya bergoyang-goyang, lalu terlihat samar sebelum akhirnya semuanya menggelap. Dia tidak sadarkan diri.

Sementara di sisi lain, sosok yang berdiri di bawah tiang bendera tengah mengerang menahan sesuatu. Dua orang temannya memegang tangannya, sementara satu orang yang lain memegang tubuhnya. Ya, lelaki itu adalah Sunghoon.

Entahlah, wangi darah Sunoo seakan menggodanya untuk disantap habis saat itu juga. Susah payah ketiga temannya itu menahan dirinya. Sunghoon sendiri juga tidak habis pikir, bagaimana bisa ia begitu tergoda hanya karena darah seorang Sunoo.

“Arggh,” erang Sunghoon. Tak lama, cairan berwarna kecoklatan turun dari hidung Sunghoon, membuat Jay dengan cepat menutup hidung lelaki itu menggunakan tangannya. Beruntung teman-temannya yang lain tengah sibuk dengan kondisi Sunoo.

“Pergi!” perintah Jay menginterupsi kedua temannya untuk membawa Sunghoon menjauh sebelum kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Ketiga lelaki itu membawa Sunghoon ke dalam toilet pria, lalu membiarkan Sunghoon berdamai dengan dirinya.
Sedikit tenang, lelaki itu langsung melemparkan tatapan tajam pada Jay.

“Kau tidak bilang hal ini akan terjadi.”

Ucapan Sunghoon tadi membuat Jay tersenyum miring. “Ya, aku hanya tidak suka pelajaran ini. Lebih baik free class, bukan?”

Jawaban Jay membuat Sunghoon berdecih. Apa untungnya free class? Toh, mereka tidak belajar pun pelajaran sudah nyangkut di otaknya. Mereka sekolah hanya untuk mengisi waktu luang saja dan memudahkan mereka untuk mencari informasi mengenai clan Strigoi, tidak lebih.

“Malam ini, kalian ingin ‘minum’?” tawar Jake yang langsung diiyakan teman-temannya yang lain.

⸙⸙⸙

“Nghhh.”

Sunoo melenguh dalam tidurnya saat merasakan kepalanya yang berdenyut. Setelah dirinya menghantam pot dan pingsan tadi, dia langsung di bawa ke Unit Kesehatan Sekolah untuk mendapatkan pertolongan pertama. Alhasil, sekarang kepala lelaki itu dililit menggunakan perban berwarna putih.

“Dingin,” rengek Sunoo tanpa membuka mata.

“Ssst, pakailah selimut ini!”

Suara itu membuat nyawa Sunoo berlomba-lomba untuk berkumpul. Apalagi saat dia merasakan sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya. Buru-buru Sunoo membuka matanya lalu bangkit dari tidurnya.

Terpekik kaget, dia mendapati Sunghoon yang entah sejak kapan merebahkan diri di kasurnya. Ah, apa-apaan lelaki satu itu?

“Kau … sedang apa kau di kamarku?” tanya Sunoo sambil meraih bantal miliknya dan mengambil ancang-ancang untuk memukul Sunghoon

“Menemanimu,” jawab Sunghoon enteng. Ck, bisa-bisanya dia bersikap tenang sementara Sunoo sudah seperti orang yang terserang penyakit jantung dadakan.

“Tidur!” suruh Sunghoon yang langsung membuat Sunoo membelalakkan matanya kesal.

“Aku takkan bisa tidur kalau kau masih di sini.”

“Benarkah?” tanya Sunghoon tak percaya, “padahal kemarin tidurmu sangat lelap.”

Kemarin? Oh, astaga.

“Sialan!” makinya sambil melayangkan bantal ke wajah lelaki yang berhasil membuatnya naik darah. Habis sudah kesabaran Sunoo.

“Sejak kapan kau sering ke sini, hah?”

“Sejak aku bilang padamu untuk jangan pernah jauh dariku,” ucap Sunghoon. Entah memang benar atau hanya Sunoo yang terlalu perasa, saat ini tatapan Sunghoon begitu dalam, membuatnya susah untuk memalingkan wajahnya bahkan untuk berkedip sekali pun.

Oke, back to the world!

“Ehhm.” Sunoo berdeham guna mengusir kegugupannya. “Kau mau apa ke sini?”

“Sudah ku bilang untuk menjagamu.”

Sunoo mengangguk lantas kembali mendudukkan dirinya di samping Sunghoon. Keduanya saling terdiam, entah apa yang mereka pikirkan karena sekarang Sunoo anti berpikir yang macam-macam apalagi saat dirinya berada di dekat Sunghoon.

“Kau tidak mengantuk?” tanya Sunoo yang hanya dibalas gelengan kepala oleh lelaki itu.

“Hm, apa vampir sepertimu bisa tidur?” tanya Sunoo lagi.

“Bisa, tetapi hanya dua sampe tiga jam.”

“Oh, iya,” ucap Sunoo sambil memposisikan dirinya untuk berhadapan dengan Sunghoon. “Apa kau tidak takut dengan matahari?”

Sunghoon berdecak. “Ya! Kau banyak bertanya. Berani membayar dengan apa?”

Sunoo mendelik kesal. “Perhitungan sekali. Sudahlah jawab saja!”

“Karena ini.” Sunghoon menunjukkan tali berwarna hitam yang melingkar di lehernya. Sunoo terperangah. Bukan, bukan karena otot yang tercetak jelas di leher Sunghoon. Melainkan dengan bandul dari kalung itu yang menyerupai cincin dengan batu yang mengkilat seperti berlian. Karena terlalu takjub, Sunoo sampai tidak sadar bahwa dirinya sudah beranjak mendekat ke arah Sunghoon lalu memegang bandul dari kalung tersebut.

“Ini bukan kalung, Sunoo. Ini cincin, persis seperti yang kau pikirkan,” jelas Sunghoon, “Aku tidak yakin cincin ini akan stay di jariku. Maka dari itu, aku memutuskan untuk menjadikannya kalung,” tambah Sunghoon.

Sunoo mengangguk dengan sendirinya sambil terus mengalus-alus cincin tadi. Lelaki itu lantas mendongak saat merasakan helaan napas panas yang menerpa kulit wajahnya. Sedetik kemudian, Sunoo tersentak saat mendapati wajah Sunghoon yang berada sedekat ini dengan wajahnya. Bahkan deru napas lelaki itu terdengar saking dekatnya jarak mereka.

Tak ada yang menyudahi aksi tatapan ini. Iris obsidan keduanya menyatu cukup lama, seakan sangat sulit untuk memalingkan tatapan mereka.

“Sunoo,” panggil Sunghoon pada akhirnya,

“Apa kau tidak berniat untuk menghapus tanda itu?”

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

829 130 6
Titik tertinggi dalam mencintai seseorang adalah ketika kita mengikhlaskannya untuk pergi. Saat takdir menginginkan sebuah perpisahan, kehendak Tuhan...
3.3M 300K 88
[Part lengkap] Ini semua berawal dari ban bus yang bocor pagi itu~ P.s terima kasih untuk pembaca yang sudah meninggalkan komentar di cerita ini. Kal...
102K 12.6K 62
Tentang haruto yang akhirnya mengetahui sebuah rahasia yang ditutupi oleh para sahabatnya,tentang siapa mereka sebenarnya. Dan juga karna kejadian pa...
82.8K 5.5K 25
cerita ini murni karangan sang penulis. • rion x caine • bxb ( boy lovers) • sedikit 18+ ya!? • cerita ini menceritakan sebuah kerajaan vampir yang...