Angel's Share di siang hari tidak seramai di malam hari. Bar cabang dari Mondstadt itu terkenal dengan minuman keras dengan kadar alkohol tinggi dan orang-orang Sumeru hanya minum itu di malam hari. Ketika Alhaitham tiba di bar tersebut, ia dapat berjalan dengan santai tanpa takut gerak-geriknya diamati. Segera saja ia ke lantai dua di mana ruang kerja Diluc berada dan menemui rekan barunya itu.
Di dalam ruangan, Diluc duduk di kursinya sembari mengamati peta gurun yang terpampang di layar hologram. Ada berbagai simbol yang Alhaitham tidak mengerti di atasnya. Mulai dari yang berwarna merah, biru, dan lain sebagainya.
Setelah Diluc mempersilakannya duduk, Alhaitham bertanya, "Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"
Diluc menarik napas panjang sebelum menjawab, "Banyak. Sangat banyak. Intinya ada di peta ini."
Alhaitham menolehkan kepala ke arah dinding di mana Diluc memancarkan hologram dan membiarkan Diluc menjelaskannya.
Di Teyvat, wilayah gurun terbagi menjadi dua. Satu di utara, satu di selatan.
Gurun yang selama ini Kaveh survei bersama anggota timnya adalah gurun bagian selatan. Di sana ada istana, makam, dan bangunan-bangunan penting lainnya. Bisa dibilang, gurun bagian selatan adalah pusat pemerintahan di masa lalu.
Mengapa di selatan? Karena wilayah tersebut lebih layak huni dibanding wilayah utara.
Ada Gunung Damavand yang berdiri di tengah-tengah wilayah utara dan badai pasir bertiup nyaris sepanjang tahun di sana. Jika tidak terbiasa tinggal di gurun dan mengetahui celah bertahan hidup di sana, orang akan mati dengan mudah.
Pada peta yang Diluc tunjukkan, simbol-simbolnya banyak tersebar di wilayah utara, khususnya yang berwarna merah.
Diluc berkata, "Sepulang kita dari Khaj-Nisut, aku menyuruh semua informanku berkumpul untuk melaporkan seluruh pengamatan mereka di gurun. Ini adalah hasilnya dan aku yakin kau tidak suka membacanya."
Diluc kemudian mengeluarkan buku dan menyuruh Alhaitham membacanya. Di sana juga ada peta yang sama dengan yang ada di hologram namun memiliki keterangan yang lebih lengkap.
Sembari Alhaitham membaca, Diluc menerangkan, "Fatui sepertinya sedang mempersiapkan sebuah pergerakan besar. Sepertinya rumor kebangkitan Raja Deshret dan Nabu Malikata telah sampai ke telinga mereka. Titik-titik merah ini adalah perkemahan mereka yang tersebar di gurun. Yang berada di utara Gunung Damavand sudah mencapai puluhan. Selagi kita bicara, mereka berjalan ke selatan dan menggabungkan kekuatan dengan anggota lainnya."
Sembari membolak-balik buku catatan, Alhaitham berkata, "Hmm, pantas saja Rukkha dan aku merasakan kekuatan besar di utara. Sudah kuduga. Kekuatan itu berasal dari mereka."
Diluc tidak kaget jika Alhaitham sudah tahu lebih dulu sebelum Sang Dewa mengamati lapangan secara langsung. Hanya saja, ia tak mengerti satu hal. Ia bertanya, "Kekuatan? Hanya perasaanku saja atau kekuatan yang kau maksud itu memang kekuatan seperti kekuatan supranatural?"
Alhaitham telah selesai membaca seluruh informasi di dalam buku dan meletakkannya di atas meja saat menjawab, "Itu benar. Kekuatan yang kumaksud adalah kekuatan supranatural atau kekuatan Dewa."
"Bagaimana bisa? Kudengar Fatui diberkahi oleh Archon mereka. Apa Archon Snezhnaya ada di sana?"
"Tidak. Sebenarnya, itulah yang ingin kudiskusikan denganmu hari ini. Setelah kuamati lebih teliti, sepertinya setiap anggota Fatui memiliki sedikit kekuatan Dewa yang melindungi mereka dari mengawasan Dewa lain. Kau sudah bertahun-tahun mengawasi mereka. Tahukah kau akan kekuatan itu? Mungkin mereka memiliki senjata suci, atau jimat, atau apapun."
Seketika Diluc mengerti apa yang Alhaitham ingin ketahui. Ia segera beranjak dari kursinya dan mencari sesuatu di lemarinya. Ia mengotak-atik sebuah mekanisme terlebih dahulu sebelum sebuah laci rahasia terbuka dari samping lemari. Diluc mengambil sesuatu dari dalamnya dan menunjukkannya pada Alhaitham di atas meja.
"Apa itu?" tanya Alhaitham penasaran.
Perlahan, Diluc membuka kotak kayu dengan lambang rumit di atasnya. Sang pemilik kemudian menjelaskan, "Ini adalah barang peninggalan ayahku yang didapatnya dari Fatui. Aku rasa ini kekuatan yang kau maksud."
Begitu tutup kayunya terlepas, Alhaitham dapat melihat sebuah sarung tangan usang tersimpan di sana. Ada sebuah logo yang terbuat dari kaca setengah bola dengan cairan merah aneh di dalamnya.
Karena penasaran, Alhaitham mengulurkan tangannya untuk memberi sedikit kekuatan pada sarung tangan tersebut. Sesuai dugaannya, cairan merah itu berpendar seperti yang ia lihat pada anting Dottore dalam Irmisul.
"Sial," umpat Alhaitham sebelum bertanya, "Apa ini?"
Diluc menjawab, "Ini namanya Delusion."
"Delusion?"
Diluc mengangguk. "Delusion adalah tiruan Vision."
"VISION?!"
Alhaitham tidak percaya ini. Ia tidak tahu sama sekali atas apa yang dibicarakan Diluc.
Mantan ksatria dari Mondstadt itu pun jadi merasa canggung. "Ee, Vision adalah berkah Para Dewa di masa lalu. Siapapun yang diberi Vision akan mendapat sedikit kekuatan Dewa."
Alhaitham sakit kepala. "Diluc, perlu kau ketahui. Terakhir aku hidup adalah ribuan tahun yang lalu. Sepertinya Vision ini baru ada setelah aku mati. Jadi, jelaskan padaku secara perlahan."
Diluc pun mengerti. "Jenis Vision ada tujuh yang melambangkan tujuh negara dan tujuh Archon yang memimpin. Ada Vision hydro, pyro, electro, anemo, cryo, geo, dan dendro. Archon Sumeru sendiri diwakili oleh Vision Dendro."
"Oh, pantas saja aku tidak tahu. Dulu aku hidup sebelum ada pelabelan Archon untuk tiap negara. Saat itu bahkan masih proses penunjukan dan aku menjadi salah satu kandidatnya. Tapi karena aku menolak menjadi Archon, mereka menunjuk yang lain sebagai gantiku."
Diluc tidak tahu bagaimana harus merespon informasi itu. Ia hanya berdeham berusaha biasa saja dan melanjutkan. "Lalu, sesuatu terjadi di masa lalu. Aku tidak tahu apa pastinya. Yang jelas, itu menjadi titik balik penggunaan Vision. Dalam buku sejarah disebutkan kalau dulunya ada sihir di antara manusia namun kini Para Dewa tidak memberkati kita lagi dengan sihir tersebut. Sihir yang dimaksud sebenarnya adalah Vision. Para pemegang Vision perlahan habis seiring bertambahnya usia dan tidak ada anak muda lagi yang mendapatkannya."
Alhaitham mendengarkan.
"Kemudian di satu titik, Fatui ingin menciptakan Vision sendiri. Vision buatan itu disebut sebagai Delusion. Soal bagaimana caranya, aku tidak tahu. Yang jelas, jika seseorang menggunakan Delusion terlalu sering, daya hidupnya akan berkurang."
Alhaitham mencerna seluruh penjelasan Diluc dan segera mengaitkan dengan apa yang didapatkannya saat merasakan Delusion di hadapannya. Ia kemudian berkata, "Delusion berasal dari residu Dewa. Selama ribuan tahun ini, pasti ada satu atau dua Dewa yang mati seperti aku. Fatui mungkin mengekstrak residu itu dan mengumpulkannya dalam tabung kaca ini. Siapapun yang mengenakannya akan dapat mempraktikkan sihir dengan mudah."
Diluc mengerutkan keningnya bingung. "Residu Dewa?"
"Ya. Seperti abu jika manusia mati dikremasi."
"...."
Alhaitham melanjutkan, "Dan jika orang biasa memaksakan diri untuk menggunakan kekuatan Dewa, tubuhnya akan hancur karena tidak mampu menanggung kehebatannya. Beberapa waktu lalu, aku juga hampir mati lagi karena kekuatan Raja Deshret secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuhku tanpa adanya persiapan."
Diluc mengerti sekarang. Itulah sebabnya ayahnya mati saat menggunakan Delusion. Benda seperti itu harusnya tidak ada di Teyvat.
Diluc menatap sarung tangan di hadapannya dengan pilu. Ia mengingat hari di mana sang ayah menggunakannya. Api berkobar di mana-mana, membakar rumput, monster, dan daya hidup ayahnya itu sendiri.
Setelah sekian tahun mencari jawaban, akhir Diluc mendapatkan kebenaran. Dadanya seketika sesak ketika mengingat ayahnya yang malang.
Alhaitham dapat merasakan suasana hati Diluc yang tengah bersedih, tapi ada yang lebih genting sekarang. Untuk itu, ia memperingatkan, "Diluc, aku bisa saja membunuh seluruh anggota Fatui yang ada di gurun saat ini. Hanya saja, karena adanya Delusion ini, aku seperti melawan puluhan Dewa secara bersamaan. Untuk itu, aku butuh persiapan."
Diluc menatap Alhaitham dengan tatapan mata yang serius saat berkata, "Kalau begitu, apa yang bisa kulakukan untuk membantu?"
"Untuk saat ini, kita bisa mengandalkan Azariq. Bantu dia mendapatkan kepercayaan Fatui dan buat dia bergabung dalam salah satu perkemahan mereka. Prioritas kita adalah mencari kelemahan Delusion."
"Baik. Aku juga akan suruh anak buahku mencari cara untuk bergabung dan membantu."
Alhaitham mengangguk setuju. "Aku sendiri akan mencari cara untuk melindungi warga Sumeru dari dalam. Aku memiliki firasat mereka akan melakukan penyerangan saat puncak Festival Sabzeruz. Jika aku menjadi mereka yang sedang mencari reinkarnasi Dewa, aku jelas akan mendatangi perayaan-perayaan yang berpotensi dikunjungi Dewa seperti pada Festival Sabzeruz."
*
*
*
Bersambung
*
*
*
Delusion milik Crepus