Different Brother✔

By Naacha_Nadya

360K 18.1K 639

Ajma adalah seorang gadis sebatang kara yang di angkat anak oleh seorang kyai besar pemilik ponpes Al-Majid... More

Prolog
Pangeran Pesantren
Berkedok buku
Kakak Pulang
Happiness Girl
Siapa Dia?
Rencana Perjodohan Abi
Cemburu?
Dia, Adik Ku
Melepaskan Cinta
Si Pitik
Halal
Istri Menggemaskan
Perempuan di hati Kazam
Ngabuburit
Perhatian Kecil
Ketahuan
Kemalangan Anisa
Pergi
Gosip
Aku Kembali
Confess
Kabar Hanin
Congratulations
Takut
Calonnya Ikrar?
Obrolan Umi Abi
Persiapan Liburan
Liburan Kitaaaa
Tolong Akuuuu😭😭
Jalan Malam
Untuk Pertama Kalinya
Sepanjang Hari Ini
Hanya Demam
Antara Mereka
Mafia Malam
Peluang Tak Disengaja
Kemarahan Kazam
Keputusan
Rahasia di Balik Rahasia
Pernyataan Si Pelakor
Keputusan 2
Info Yang Didapat
Terungkap
Tentang Adopsi
Berdamai Dengan Keadaan
Kabar Bahagia
Kembali Berkumpul
Visual Katanya🙂

Gara-Gara Tes

8K 430 11
By Naacha_Nadya

Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja dengan tempo pelan. Matanya menatap ke arah depan dengan tatapan kosong. Di mulai dari hari ini, hidupnya menjadi penuh dengan kebimbangan. Ajma tak tau sebenarnya Allah sedang merencanakan apa untuk kehidupannya yang runyam ini.

"Nih bakso lo" Ajma menoleh ketika Hanin datang membawakan 2 mangkuk bakso.

"Makasih Kak" balas Ajma dengan lesu.

"Udah gak usah di pikirin. Kalo emang lo berjodohnya sama Kak Adib pasti akan ada jalan keluarnya kok. Tapi, kalo Kak Adib ternyata bukan jodoh lo dan lo dapetnya Gus Kazam gak ada ruginya kan kehilangan Sayyid dapetnya Gus" Nasehat Hanin yang memang sudah tau tentang masalah yang sedang Ajma hadapi sekarang.

"Lo ngomong bisa, tapi kalo lo yang ada di posisi Gue, Gue jamin sama pusingnya. Karena, ini bukan tentang keberuntungan dapetin Sayyid ataupun Gus tapi, perasaan Gue Kak" Ajma menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya.

Hanin menghela nafas gusar. Ia sudah bingung harus berbicara bagaimana lagi. Karena sekeras apapun Ia memberi nasehat, Ajma masih tetap saja pada mode galau.

"Galau mulu nih bocah" Apis menggebrak meja seraya duduk bersamaan dengan Qais.

"Kodok lo, kaget gue" sewot Ajma mengangkat kepalanya kembali.

"Yang penting bukan cebong" Ajma berdecak tak merespon ucapan Apis. Ia benar-benar sedang tidak mood untuk berbicara dengan Apis sekarang.

"Dimakan atuh neng baksonya nanti dingin gak ada yang nyelimutin. Atau, mau sedekah buat aa Apis aja?"

"Kagak! Bakso gue, beli sendiri sono" Sewot Ajma yang sudah kelewat stres mendengar suara cempreng Apis.

"Yaelah Ma, galak amat lo kek ibu-ibu kagak kebagian sembak___blump" Qais langsung membekap mulut Apis yang hendak nyerocos itu dengan tangan kanannya.

"Mulut lo kek kodok di musim hujan tau gak!"

"Kampret! Tangan lo bekas cebok ya?" Apis menarik kasar tangan Qais yang membekap mulutnya.

Qais memukul kepala Apis sedikit keras.
"Sembarangan, mana ada gue cebok pake tangan kanan"

"Lo kan kidal"

"Otak lo noh yang kidal" Balas Qais tak terima.

"Ssssttt...." Hanin menutup mulut Qais dengan jari telunjuknya lantaran kesal sang Abang ikut-ikutan sengklek juga seperti Apis.

"Udah makan jangan berantem"

Keduanya berdecak malas dan mulai memakan makanan mereka.

"Wih, instastory crush lo lokasinya ada di Arab nih" Qais menunjukan layar handphonenya ke arah Ajma.

Mendengar itu, Ajma pun langsung fokus ke arah layar handphone Qais dengan tatapan serius memperhatikan sebuah foto berlatarkan Arab itu.

"Arab? Apa Kak Adib pulang dari pondok karena mau ke Arab ya. Tapi dia di sana ngapain? Perasaan kemarin pas pulang gak bilang pengen ke Arab"

"Ya... mungkin dia lagi main kerumah sodaranya"

Ajma mengangguk-angguk menyetujui ucapan Qais.
"Mungkin si, dia kan emang punya darah keturunan Arab pasti sodaranya di Arab banyak"

"Sayyid gitu loh" goda Apis.

"Apaan si" Ajma mengerutkan hidungnya menatap Apis dengan ilfil.

****

Sore ini, Ajma akan melakukan sebuah tes dalam ekskul silatnya yang nantinya dengan tes ini akan menentukan pergantian sabuknya dari sabuk kuning ke sabuk hijau.

Dengan seragam silat berwarna putihnya, Ajma bersiap untuk melaksanakan tes yang akan ustadzah nya berikan.

"Baik, ada 2 pilihan tes untuk Ning Ajma. Lawan saya atau berlari menghindari saya" Ajma terdiam menimang-nimang keputusannya.

Jika Ia melawan Ustadzahnya ini, sudah pasti tak akan menang tapi, jika Ia melakukan lari penghindaran apakah yakin Ia tak akan tertangkap di tengah jalan nantinya? Tes ini hanya sekali, jika Ia gagal maka akan mengulang tahun depan dan itu artinya Ia tak akan mendapatkan sabuk hijaunya tahun ini.

"Saya pilih lari penghindaran" putus Ajma akhirnya. Ia rasa berlari lebih baik dari pada melawan. Karena biasanya pun anak-anak yang lain selalu memilih tes ini saat naik tingkat ke sabuk hijau.

"Baik, rutenya dari lapangan ini kamu berlari lurus dan finish nya di pohon rindang yang ada di dekat sungai. Peraturannya, kamu berlari dan saya mengejar kamu. Kamu harus berusaha sebisa mungkin untuk menghindari serangan saya sampai garis finish. Paham?"

"Paham ustadzah"

Ajma mengatur nafas dan mengoptimalkan degup jantungnya yang dag dig dug tak karuan.

"Siap?" Ajma mengangguk.

"3,2,1" Ajma pun berlari duluan. setelah di rasa Ajma sudah sedikit menjauh ketengah, sang ustadzah pun melangkah berlari mengejarnya dengan secepat mungkin.

Dengan laju larinya yang lumayan kencang, Ajma dapat terbantu untuk berlari menghindari kejaran ustadzah nya itu. Sesekali Ia menoleh ke belakang untuk mengecek jarak larinya dengan sang Ustadzah.

Bruk...

"Astagfirullah" ucap laki-laki berkemeja hitam yang sedang berjalan santai namun, tiba-tiba ada seorang gadis yang sedang berlari dan menabrak pundaknya cukup keras.

Ajma terjatuh telungkup di tanah. Ia berusaha menahan rasa sakit di jidatnya akibat sempat terhantam pundak laki-laki yang di tabrakannya.

'Duh, pake nabrak orang segala lagi. Bisa-bisa aku gak lulus tes kalo ketangkep. Aku pura-pura pingsan aja deh biar ustadzah nya maklum. Semoga ada anak PMR yang mau gotong aku' batin Ajma.

"Ya Allah Ning" ustadzah itupun mendekati Ajma dengan khawatir dan membalik tubuhnya yang semula telungkup.

"Maaf Gus" ucap sang ustadzah merasa bersalah kepada laki-laki itu.

"Ning Ajma bangun Ning" sang ustadzah berusaha membangunkan Ajma dengan penepuk-nepuk pipinya. Namun, hasilnya nihil Ajma sama sekali tak mau membuka matanya.

"Pingsan?" Laki-laki itupun bersuara dengan nada dingin.

'Kaya suaranya Mas Kazam' batin Ajma.

"Sepertinya Gus" balas sang ustadzah.

"Coba ustadzah minggir dulu" perintah Kazam. Dengan perlahan, ustadzah itupun membaringkan tubuh Ajma di tanah sepenuhnya.

Kazam memperhatikan wajah Ajma sambil menghela nafas.

"Bismillahirrahmanirrahim" ucap Kazam sebelum akhirnya Ia berjongkok di depan tubuh Ajma dan menggendongnya bridal style.

Deg...

Ajma terkejut saat merasakan tubuhnya melayang bukan karena sebuah tandu PMR melainkan yang Ia rasakan seperti di gendong oleh seseorang.

'Duh, jangan-jangan cowok yang suaranya mirip Mas Kazam tadi yang gendong aku' batin Ajma menebak-nebak tapi, Ia tak berani untuk membuka mata dan mengecek karena Ia yakin pasti masih ada ustadzah di sekitarnya.

Kazam pun berjalan pergi dengan langkah cepat sambil menggendong tubuh mungil Ajma yang konon katanya pingsan. Tercetak raut khawatir dari wajah Kazam. Ia sesekali menatap wajah Ajma yang masih menutup mata berharap gadis itu akan segera bangun dari pingsannya.

'Duh, Kok gue jadi nyaman begini ya walaupun cuma pura-pura. Mana ni orang wangi banget lagi. Dia pake parfum apa ya btw? enak banget wanginya' batin Ajma dengan mata kanannya Ia buka sedikit.

"Kamu pura-pura?" Kata Kazam saat menyadari bahwa ada pergerakan di mata Ajma.

Ajma membuka matanya dan melotot terkejut mendengar itu. Sontak Kazam langsung menurunkannya hingga membuat Ajma terjatuh lantaran tak seimbang dengan tipe penurunan Kazam yang cukup kasar itu.

"Awwh... Sakit tau Mas" Ajma pun terbangun sambil memegangi pinggangnya yang terasa sakit karena terhantam oleh lantai.

"Kamu sengaja pura-pura pingsan biar kamu bisa ngulang tes?" Ajma menyengir kuda dan membuat V dengan jarinya.

Kazam geleng-geleng kepala dengan kelakukan adiknya itu. Kazam menunduk dan berlalu pergi melewati Ajma dengan wajah datarnya.

"Iiih... Tuh kan gak ada minta maafnya udah nyakitin badan orang. Nyelonong aja pergi, tuh orang sebenarnya ada masalah apa si sama gue? Emang gak ada perikemanusiaannya ya tuh orang" Gerutu Ajma kesal.

****

Kazam menghela nafas sambil menatap tangannya sendiri. Apa yang Ia lakukan tadi? Seharusnya Ia dari awal sadar bahwa Ajma itu gadis jahil yang sukanya mengerjai orang. Tapi, entah kenapa kekhawatiran di dalam hatinya bak menghalangi pikirannya untuk berfikir demikian.

"Ya Allah maafkan hamba karena telah menyentuhnya" Kazam menutup wajahnya dengan telapak tangannya seraya mengusap kasar hingga wajah putihnya memerah.

Dreet...

Dreet...

Kazam merogoh kantong nya dan mengeluarkan handphonenya yang terdengar berdering. Ia pun mengangkat panggilan yang masuk seraya menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

"Ada apa Krar?"

"Mas, pasangin gas dong gue mau masak tapi gas nya abis, biasanya yang masang gas selalunya Naldo tapi, Naldo nya lagi sibuk ngurusin anak-anak santri yang ngelanggar aturan"

"Iya Mas kesana"

Tuuut...

Sesampainya di dapur santriwan, Kazam pun mulai memasangkan gas berwarna hijau itu dengan hati-hati. Sedangkan Ikrar, hanya jongkok di pojokan sambil menutup telinganya.

"Mas, bisa gak?"

"Tenang aja" balas Kazam.

"Mas sering pasang gas ya?"

"Baru kali ini" jawab Kazam kelewat santai.

"Asyhaduallailaahaillallah waasyhaduannamuhammadarrasulullah. Ya Allah jika hari ini hamba meninggal terkena ledakan gas, mohon matikan lah hamba dan Mas hamba dalam keadaan Husnul khatimah Aamiin" Kazam mengerutkan keningnya dan menatap ke arah Ikrar dengan tatapan dingin sambil geleng-geleng kepala.

Setelah semua tetek bengek pemasangan gas selesai, Kazam pun berdiri dari jongkoknya dan mencoba untuk menyalakan kompor.

"Udah selesai " kata Kazam seraya menatap malas ke arah Ikrar yang sedari tadi masih di pojokan sambil menutup mata dan telinganya.

Perlahan, Ikrar pun membuka matanya seraya menurunkan tangannya yang Ia gunakan untuk menutup telinga.
"Alhamdulillah terimakasih ya Allah karena engkau telah menunda ledakannya. Jika nanti waktu hamba masak meledek tolong jangan buat mayat hamba gosong"

"Kalo masak udang, kepala udang nya bersihin dulu" Kazam menepuk pundak Ikrar seraya berlalu pergi dari tempat itu.

"Ha? Apa maksudnya?" Ikrar menggaruk pelipisnya bingung.

****

Terdiam melamun dengan kepala bertumpu pada leangan bangku panjang yang kini sedang di dudukinya. Kejadian tadi sore tiba-tiba masuk ke dalam ingatannya.

Waktu Ia menabrak Kazam, Kazam menggendongnya, sampai Kazam menjatuhkannya seperti membanting sebuah batu. Rasanya sangat kesal tapi, entah kenapa Ajma merasakan sebuah rasa bahagia di dalam hatinya.

Jika Kazam langsung sigap seperti itu saat mengetahui dirinya pingsan walaupun hanya pura-pura, itu artinya Kazam peduli dan khawatir kepada nya. Ternyata persepsi nya selama ini salah tentang Kazam yang tak menyukai kehadirannya.

Bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. Ia teringat bagaimana rasanya di gendong Kazam. Aroma parfum maskulin yang tak sengaja tercium olehnya, bak masih membekas di dalam rongga hidungnya.

Jika di lihat dengan mode mata normal, Kazam itu tampan sebenarnya. Tak hanya tampan, dia juga pintar dan famous. Publik speaking nya sangat bagus dan materi dakwah yang di sampaikannya saat mengajar, porsinya sangat cocok untuk anak-anak seumurannya. Jika di review secara positif, Kazam itu memang tergolong dalam kategori laki-laki perfect.

"Astagfirullah. Kenapa aku jadi mikirin dia. Pait pait pait" Ajma mengibas-ngibaskan tangannya berusaha membuang pikiran kagumnya jauh-jauh.

"Tetep aja dia itu cowok yang gak punya adab. Gak pernah minta maaf, sukanya marah-marah, ngatur-ngatur hubungan percintaan orang. Pokoknya dia itu gak banget kalo buat di jadiin suami. Bisa-bisa aku kena mental tiap hari kalo suami aku modelan begitu. Mana gitu orangnya dingin, datar, kaku, cowok apaan kek gitu? Gak asik banget"

Ajma menghela nafas gusar. Mata cokelatnya menatap bintang-bintang di atas langit dengan ekspresi sendu.

"Btw, Kak Adib kapan balik dari Arab ya? Aku kangen banget sama dia"

"Qais sedang mencari Layla nya" Ajma mengerutkan dahinya mendengar suara cempreng Apis yang sepertinya tak jauh dari tempatnya duduk.

"Ck, lo berisik banget si Pis"

"Woy" Ajma memanggil mereka sambil melambaikan tangannya.

"Ajma tuh" tunjuk Apis.

"Ngapain dia malem-malem di taman sendirian" bingung Qais.

"Sini" kode Ajma kepada mereka.

"Suruh ke sono katanya"

"Bentar tungguin Hanin dulu" Apis menghela nafas kesal dan akhirnya berdiri diam menunggu Hanin datang di depan gerbang pembatas.

Tak sampai satu menit, Hanin pun datang menghampiri mereka sambil membawa sebuah map.

"Yang ini Bang?" Tanya Ajma menunjukkan map di tangannya.

"Iya"

"Ayo ah samperin Ajma" Apis pun berjalan duluan ke arah taman belakang ndalem dimana kini Ajma sedang duduk.

Memang taman itu merupakan taman perbatasan antara asrama santriwati dan santriwan. Qais dan Apis datang ke gerbang asrama santriwati tentunya sudah izin terlebih dahulu kepada pengurus dengan alasan Qais ada keperluan dengan adiknya yaitu Hanin.

"Eh, Apis" Qais pun mengikuti langkah Apis begitu pula dengan Hanin.

Keempatnya pun kini duduk melingkar di atas rerumputan dan santai-santai menikmati malam yang indah.

"Eh, lo berdua kagak takut di hukum, izin ke asrama putri lama-lama?" Tanya Ajma menatap Apis dan Qais bergantian.

"Bilang aja mampir ke koperasi dulu beli map" santai Qais.

"Ah, elu" Ajma melempar wajah Qais dengan rerumputan yang di cabutnya.

"Boring nih, main tebak-tebakan yuk kaya biasa" inisiatif Apis.

"Boleh" kompak ke 3 nya.

"Tapi inget, peraturannya tidak boleh menjebak orang" Apis menatap ke arah Ajma dengan sengit.

Ajma hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya malu.

"Iya Apis" balasnya sok sok lembut.

"Gimana kalo biar seru tebak-tebakan plus dare or dare juga?" Ide Hanin.

"Ngikut" balas Ajma dan di angguki oleh semuanya.

Apis meraih botol plastik milik Ajma yang masih tersisa setengah di atas bangku panjang.
"Pinjem yak" izinnya dan hanya di balas anggukan oleh Ajma.

"Kita mulai" Apis pun mulai memutar botol tersebut dan beberapa saat botol memutar akhirnya ujung botol pun berhenti tepat mengarah pada dirinya sendiri.

"Gue pilih teka-teki"

"Jangan susah-susah" peringat Ajma.

"Iya-iya nih yang gampang. Ekhem, film film apa yang suka ngerebut suami orang?" Semuanya terdiam sejenak sebelum akhirnya riuh karena jawabannya sudah mereka temukan di kepala mereka.

"Suara hati istri" tebak Ajma yang sudah yakin bahwa jawabannya akan di benarkan.

"Salah"

"Cinta setelah cinta" tebak Hanin.

"Salah. Ah, nih cewek berdua jiwanya sinetron sekali ya. Lo apa Kak?" Tanya Apis menatap Qais.

"Gue tau. Bismillah ku nikahi suami mu kan?" Apis tersenyum dan bernafas dalam. Qais nampak sudah berbinar merasa yakin tebakannya akan di benarkan.

"Salah"

"Ah elah" Qais pun merubah ekspresi binarnya menjadi kesal.

"Jawabannya....." Semua mata tertuju pada Apis dengan tatapan penasaran.

"Valak"Lanjutnya. Semua orang kompak mengatakan Ha?

"Iya, Valakor"

"Huuuuuu" sorak ketiganya sambil menimpuk Apis dengan rerumputan.

"Hehe" Apis cengengesan seraya membersihkan rumput-rumput yang menempel di kaosnya akibat ulah ke3 teman valaknya itu.

"Okeh lanjut lanjut" Apis pun mulai memutar botol lagi dan ujung botol berhenti pas ke arah Ajma.

"Dare ajah deh gue lagi gak ada bahan buat teka-teki. Lagi pening kepala gue" Ajma menangkup dagunya pasrah.

"Gue yang kasih tantangan" semangat Hanin.

"Orang pertama yang lo temuin di malam ini, kecuali kita bertiga. Kalo cowok lo harus jadiin dia crush lo tapi, kalo cewek lo harus jadiin dia sahabat lo" Ajma tersenyum dan mengangguk. Baginya mudah saja, tinggal masuk ke ndalem terus bertemu Umi selesai sudah dare nya.

Tit...tit...tit...

"Pis, waktu kita keluar udah habis" Qais mengecek handphonenya yang berbunyi detikan.

"Yah elah baru dua permainan" kesal Apis.

"Ayo ah balik! Lo mau tidur di luar karena gak di bukain gerbang sama Kang Udin?"

"Ya kagak lah"

"Gak jadi nyari Layla nih?" Goda Apis mengedipkan sebelah matanya ke arah Qais.

"Ck, apaan si. Ayo cepet bangun" Qais menarik tangan Apis lantaran kesal bujang satu itu sangat lemot.

"Ma, gue duluan ya. Jangan lupa dare nya" peringat Hanin seraya pergi mengikuti Qais dan Apis.

"Hufh...." Ajma menghela nafas.

Ia pun beranjak dari duduknya dan bergegas masuk melewati pintu belakang ndalem yang merupakan ruang dapur. Ia pun menutup kembali pintu belakang tersebut seraya menguncinya.

Dahinya mengernyit saat mencium sebuah aroma masakan yang sangat harum masuk ke rongga hidungnya. Ajma tersenyum membayangkan Umi nya sedang memasak.

Ia pun berjalan untuk menemui orang yang sedang memasak ini. Matanya membulat saat mendapati seorang laki-laki berkaos hitam yang nampak sedang mengambil alih masakan tersebut.

Menyadari kehadiran Ajma, laki-laki itupun menoleh dengan mata memicing.

"Dari mana?" Tanya Kazam.

"Dari taman" balas Ajma dengan perasaan canggung.

"Udah makan?" Tanya Kazam dingin.

"Belum" jawab Ajma singkat.

"Duduk!" Perintah Kazam menunjuk sebuah kursi di meja bundar.

"Ha?" Ajma menatap Kazam dengan mata melebar.

"Ada yang mau saya bicarakan sama kamu" ujarnya sambil mematikan kompor dan memindahkan nasi goreng di dalam wajan ke dalam dua piring putih yang sudah Ia siapkan.

Kazam pun mengangkat kedua piring tersebut dan meletakkannya di atas meja.

"Ayo makan" perintahnya.

Dengan ragu, akhirnya Ajma pun duduk di salah satu kursi yang posisinya berhadapan dengan Kazam. Melihat nasi goreng di depannya yang dari aromanya saja sudah sangat menggiurkan, membuatnya merasa tak tahan. Tapi, Ia begitu canggung untuk makan mode cepat jika posisinya hanya berdua saja dengan Kazam begini.

"Mas Kazam mau ngomong apa?" Ajma membuka pembicaraan lantaran penasaran karena Kazam tak kunjung berbicara juga.

"Habiskan dulu makanannya tidak baik berbicara sambil makan" Ajma mengatupkan bibirnya dan mengangguk saja.

'Setidaknya jika kamu tidak bisa saya miliki, hari ini menjadi hari kenangan untuk saya saat kita makan malam berdua. Jika kali ini kamu menolak permintaan saya, saya tidak akan mengharapkan kamu lagi. Saya ikhlas jika Allah menghendaki kamu berjodoh dengan Aqlan. Saya akan membantu kamu untuk mendapatkan restu dari Habib Dzaky. Dan saya pun akan berusaha untuk membujuk Abi agar kamu tetap menjadi bagian dari keluarga ini. Semuanya demi kebahagiaan kamu, apapun akan saya lakukan. Termasuk melepaskan kamu untuk orang lain' batin Kazam.

Tak terasa, nasi goreng yang mereka makan telah habis tak tersisa. Menurut Ajma rasa nasi goreng buatan Kazam tak kalah enak dengan mamang mamang yang biasa jualan nasi goreng itu. Ia baru tau jika ternyata Kazam pandai memasak juga. Ia jadi insecure sebagai perempuan.

"Saya mau kamu segera menandatangani perjanjian itu" Ajma terdiam sejenak.

"Jika Ajma menandatanganinya hanya karena warisan, Ajma gak mau. Ajma butuh alasan lain yang bisa menjadi pedoman untuk Ajma melakukannya"

"Jadi, lebih baik kamu tidak mendapat warisan dari pada mendatangani perjanjian itu?" Ajma terdiam menunduk. Ia rasanya tak enak hati jika harus menjawab iya. Karena bagaimanapun perjanjian itu menyangkut pautkan Kazam juga di dalamnya.

Jika Ia mengiyakannya, sama artinya dengan lebih baik tidak mendapat warisan dari pada menikah dengan Kazam.

"Abi sangat berharap bisa menjadikan kamu mahramnya. Walaupun bukan anak kandung setidaknya jadi menantu pun tak masalah. Tapi, jika kamu tidak mau, saya sama sekali tidak memaksakan kehendak kamu. Yang jelas, semua ini saya lakukan hanya untuk Abi" setelah mengatakan itu, Kazam pun beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Ajma yang masih terdiam merenung.

"Hanya untuk Abi"

"Hanya untuk Abi"

Ucapan terakhir Kazam terngiang-ngiang di kepalanya. Entah kenapa jika sudah bersangkutan dengan Abi maupun Umi, hatinya menjadi terasa melunak dan lemah. Selama ini Ia tak pernah sekalipun menentang perintah kedua orangtuanya.

Sejak Ia berada di sini, secara tidak langsung hatinya sudah berjanji bahwa tidak akan pernah menentang perintah Umi Abi nya apalagi mengecewakan mereka. Namun sekarang? Ia tak tau apakah nantinya Ia akan jadi orang yang berdosa karena mengingkari janjinya sendiri.



_

_

_

Jangan lupa vomen→⁠_⁠→

Continue Reading

You'll Also Like

30.4K 2.6K 41
Ini adalah kisah cinta tentang dua insan yang memiliki latar belakang yang sangat bertolak belakang. Bukan hanya sekedar kisah cinta. Ini juga tenta...
60.6K 7.2K 13
"there is nothing more beautiful than loving you, Jung Wooyoung" ㅡSan, choi.
3.2K 322 53
SPRITUAL-teenfiktion 🚫 Diambil positifnya buang negatifnya ^|^ Hidup itu antara takdir dan realistis, ketika manusia sudah tahu dia mau berjalan kem...
286K 39K 86
seri kedua changlix fake chat + oneshoot vers. Start:201118 End:050119 -BACA TAG SAYANGKU!