Different Brother✔

By Naacha_Nadya

358K 18.1K 639

Ajma adalah seorang gadis sebatang kara yang di angkat anak oleh seorang kyai besar pemilik ponpes Al-Majid... More

Prolog
Pangeran Pesantren
Berkedok buku
Kakak Pulang
Siapa Dia?
Rencana Perjodohan Abi
Gara-Gara Tes
Cemburu?
Dia, Adik Ku
Melepaskan Cinta
Si Pitik
Halal
Istri Menggemaskan
Perempuan di hati Kazam
Ngabuburit
Perhatian Kecil
Ketahuan
Kemalangan Anisa
Pergi
Gosip
Aku Kembali
Confess
Kabar Hanin
Congratulations
Takut
Calonnya Ikrar?
Obrolan Umi Abi
Persiapan Liburan
Liburan Kitaaaa
Tolong Akuuuu😭😭
Jalan Malam
Untuk Pertama Kalinya
Sepanjang Hari Ini
Hanya Demam
Antara Mereka
Mafia Malam
Peluang Tak Disengaja
Kemarahan Kazam
Keputusan
Rahasia di Balik Rahasia
Pernyataan Si Pelakor
Keputusan 2
Info Yang Didapat
Terungkap
Tentang Adopsi
Berdamai Dengan Keadaan
Kabar Bahagia
Kembali Berkumpul
Visual Katanya🙂

Happiness Girl

8.9K 460 17
By Naacha_Nadya

Author mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi para readers yang menjalankan 🙏 Semoga puasa kalian tahun ini lancar dan pahala puasa kalian di terima oleh Allah SWT aamiin.

Jangan lupa tarawihnya yang rajin kalo bisa jangan bolong-bolong kalo gak lagi halangan wk wk.

Selagi kita masih di beri kesempatan hidup sampai ramadhan tahun ini, yuk pergunakan bulan ramadhan ini untuk mengisi hari-hari kita dengan hal-hal yang bermanfaat.

Kalo kata guru Aku,
"bersungguh-sungguh lah memperbaiki diri pada bulan ramadhan tahun ini dan beribadah lah dengan giat seperti kita tidak akan bertemu dengan ramadhan tahun depan"

Walaupun memang hanya kata-kata tapi, memang benar kita tidak ada yang tau kapan umur kita akan berakhir. Mungkin sekarang kita masih di beri kesempatan bertemu dengan bulan ramadhan tahun ini tapi, belum tentu dengan tahun depan.

Tapi insyaallah semoga kita semua masih di beri kesehatan dan umur panjang oleh Allah SWT agar kita dapat bertemu dengan bulan Ramadhan berikutnya Aamiin🤲

_

_

_

"Assalamu'alaikum" Ajma menghampiri ke 3 kakaknya yang nampak sedang berkumpul di ruang tengah.

"Wa'alaikumsalam" jawab ke 3 nya seraya menoleh.

Ajma pun mendekati mereka dan mencium tangan mereka satu-persatu. Namun, waktu Ajma akan meraih tangan Kazam, Kazam malah mengangkat tangannya dan menangkupnya di dada.

Sontak Ajma langsung merasa kikuk juga malu karena salamannya di tolak.

"Tadi sekolahnya belajar apa?" Tanya Albi.

"Tajwid, fiqih, sama bahasa Arab Mas" Ajma berusaha terlihat biasa saja walaupun jujur Ia masih sangat sebal dengan Kazam.

"Ajma ke kamar dulu ya Mas mau istirahat"

"Lo mau lewat ruang tamu kan? Tolong cabutin laptop gue ya" perintah Ikrar.

"Iya" balas Ajma dengan ekspresi kesalnya. Ia pun berjalan pergi meninggalkan ketiga kakaknya.

"Yang ikhlas dong" teriak Ikrar.

"Kagak ikhlas kagak mungkin gue mau cabutin laptop lo" sahut Ajma.

Albi tersenyum dan geleng-geleng kepala dengan kelakukan kedua adiknya itu. Ajma dan Ikrar memang jarang menunjukkan sikap akur mereka. Tapi mereka akur kok, hanya saja memang seperti itulah cara keakuran mereka.

"Adik kamu tuh Mas, ngeselin" Ikrar menyenggol lengan Albi.

"Iya adik saya, adik kamu juga" balas Albi.

"Terkadang aku tuh bingung sama si Ajma. Tuh bocah anak siapa si, nyeleneh banget tingkahnya. Di tanya keluarga kandungnya dia lupa, atau jangan-jangan dia reinkarnasi jiwanya Dono Warkop lagi"

Kazam yang awalnya diam saja dengan wajah datarnya, menggerakkan tangannya untuk memukul kepala Ikrar hingga membuatnya terkejut dan menoleh.

"Apaan si Mas" kesalnya.

"Gak ada reinkarnasi reinkarnasi. Musyrik kalo percaya" ujarnya dingin tanpa menatap Ikrar.

"Astagfirullah hala'dzim. Asyhaduallailaahaillallah waasyhaduannamuhammadarrasulullah" cepat-cepat Ikrar syahadat kembali.

"Ajma masih belum inget sama masa lalunya?" Tanya Kazam menatap Albi.

"Belum, Mas juga bingung harus bagaimana. Sudah beberapa kali Ajma menjalani pengobatan tapi, dia masih belum bisa inget juga sama almarhum keluarga kandungnya. Kata dokter, mungkin karena benturan keras yang pernah di alaminya pasca gempa bumi itu, membuat ruang ingatan di otaknya mengalami masalah" jelas Albi.

"Tapi menurut aku si ada hikmahnya juga dia lupa sama masalalunya. Kalo semisal dia inget, bukan gak mungkin dia akan mengalami trauma karena kejadian yang menewaskan anggota keluarganya itu" Albi dan Kazam mengangguk-angguk setuju dengan pendapat Ikrar.

"Percayalah walaupun Ajma bukan anak kandung Umi tapi, aku rasa dia itu anak kesayangannya Umi. Aku tau Umi pengen banget punya anak perempuan tapi pas lahiran Allah malah ngebrojolinnya Aku. Mau punya anak lagi tapi Umi udah gak muda lagi. Aku inget banget Umi tuh seneng banget saat Abi bawa Ajma kerumah.

Aku juga seneng si punya adik perempuan walaupun yah... Ngeselin. Tapi gak papa, gini-gini aku juga sayang kok sama Ajma. Sengeselin apapun dia, kalo dia pergi dari keluarga kita aku rasanya gak rela. Kalo dia ada yang ngejahatin aku juga marah, kalo dia terluka aku juga khawatir. Naluri Kakak itu akan selalu ada walaupun kita tidak sedarah"

"Tumben bijak" sindir Kazam dengan raut tak berubah.

"Iya dong, gue gini-gini juga bisa menyampaikan perasaan dan ekspresi Gue. Gak kek lo Mas. Sedih datar, bahagia juga datar. Fungsi ekspresi buat muka lo apa si?"

"Di simpan untuk momen yang tepat" balas Kazam dengan senyuman smirk sekilas.

"Momen? Momen apaan? Momen pas lo di tanya Man Robbuka?"

Kazam menjitak kepala Ikrar cukup keras hingga membuat sang adik mengeluh kesakitan.

"Jahat lo Mas" kesal Ikrar. Kazam tak membalas hanya diam dengan kedua tangan terlipat.

"Mas Albi pulang dulu ya udah sore takut Mbak Tisa nungguin" izin Albi dengan mata menatap jam tangan silver di pergelangan tangannya.

Albi memang tak tinggal di ndalem melainkan Ia punya rumah sendiri yang letaknya berada di komplek perumahan yang letaknya berada tak jauh dari ponpes ini. Karena Albi disini menjadi seorang pengajar Ta'lim Muta'lim jadi, Ia lebih sering berada di ndalem. Ia berada di rumah paling hanya malam dan hari Jum'at saja karena di hari Jum'at mata pelajaran agama di sore hari libur jadi Ia tak datang untuk mengajar.

"Hati-hati Mas"

****

Ajma membanting tasnya ke atas kasur sambil berdecak sebal.

"Mas Kazam tuh kenapa si kayaknya gak suka banget sama aku. Apa dia gak setuju ya waktu Abi ngadopsi aku. Soalnya waktu pertama aku kesini cuma Mas Kazam yang kayaknya gak seneng sama kehadiran aku. Tadi pas aku mau cium tangan, dia malah ngehindarin tangannya buat aku sentuh"

"Padahal, cium tangan hanya untuk menghormati orang yang lebih tua asalkan tidak ada syahwat kan gak masalah. Toh, dia juga guru aku walaupun hari ini belum ngajar di kelas aku" celoteh Ajma entah kenapa rasanya masih dongkol.

Btw author di sini ambil dari pendapat di bawah ini ya.

"Perihal jabat tangan seorang laki-laki dengan perempuan muda bukan mahram, ulama Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali dalam riwayat pilihan, serta Ibnu Taimiyah memandang keharamannya. Tetapi Ulama Madzhab Hanafi memberikan catatan keharaman itu bila perempuan muda tersebut dapat menimbulkan syahwat. Sedangkan Madzhab Hanbali mengatakan, keharaman itu sama saja apakah jabat tangan dilakukan dengan alas seperti pakaian, sejenisnya, atau tanpa alas."

Di sekolah, aku selalu cium tangan kok sama guru-guru aku. Menurut Ustadz aku yang mengajarkan kitab Ta'lim Muta'lim atau kitab yang mengajarkan tentang adab. Pendapat tentang bersentuhan tangan atau bersalaman itu banyak pendapatnya. Tapi kita boleh-boleh saja jika ingin mengambil pendapat dari Imam Hanafi, dengan syarat harus selalu berhati-hati dan pastikan hati kita bersih dari se-zarah syahwat pun.

Aku pun kalo mau salaman sama Ustadz itu selalunya cium tangan kok. Bahkan, ada ustadz yang terbilang masih muda dan belum punya istri, aku dan temen-temen sering cium tangan juga kok sama dia. Jadi aku disini ngambil kebiasaan aku sehari-hari aja.

Note: Tapi untuk yang sepantaran atau hanya terpaut 1, 2 tahun saja, lebih baiknya menangkup tangan saja. Di sini konteks nya boleh menyentuh tangan hanya ketika bersalaman saja bukan untuk hal lain. Jika menyentuh tangan atau kulit lainnya bukan dengan maksud untuk bersalaman, atau dengan sengaja bermaksud untuk memegang saja, aku gak membenarkan tindakan itu.

•••

Ajma membaringkan tubuhnya ke atas kasur dengan wajah sedih.
"Segitu gak sukanya ya Mas Kazam sama Aku"

Ia menyeka air matanya yang entah kenapa terbawa keluar karena perasaannya yang sedang berkecamuk.

"Seandainya keluarga kandung aku masih ada mungkin, aku gak akan ngerepotin Abi Abduh dan Umi Affah. Dan aku pun gak akan bikin Mas Kazam keberatan dengan kehadiran aku di keluarganya" Ajma menghela nafas berat sebelum akhirnya memejamkan mata.

****

Mata hazel nya nampak memancarkan sebuah kekhawatiran yang mendalam. Nafasnya terhela dengan gusar. Kejadian sore tadi entah kenapa terus-terusan berputar di otaknya bak kaset rusak yang memutarkan film berulang.

Ia khawatir adik bungsunya itu akan tersakiti nantinya. Baginya tidak masalah jika nantinya Ajma menikah dengan orang lain tapi, yang terpenting tidak dengan lelaki itu. Karena jika ke jenjang pernikahan Ia rasa sangat mustahil.

"Aku gak mungkin terus terang mengatakan rahasia ini ke Ajma. Aqlan di tempatkan di pesantren ini karena untuk menjaga kesuciannya. Tapi, bagaimana jika ternyata Aqlan dan Ajma saling mencintai? Bukankah akan menyakiti Ajma nantinya jika dia tau?" Gumamnya dengan pupil kesana-kemari.

Wajah putih bersihnya nampak memerah menahan gejolak emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Di sisi lain Ia sedih, marah, dan khawatir juga. Namun, Ia bingung apa yang harus di lakukannya.

Kazam membuka tirai jendela kamarnya hingga langit malam pun mulai ternampak dari kaca jendela tersebut. Matanya memperhatikan bintang-bintang berkilauan di atas langit. Kazam menyenderkan tubuhnya ke pinggiran jendela dengan wajah datarnya.

"Ikrar benar, aku emang gak bisa mengekspresikan banyak hal termasuk perasaan aku sendiri"

****

Ajma menutup pintu kamarnya kembali setelah Ia keluar dari ruangan tidur itu. Entah kenapa ekspresi wajahnya pagi ini terlihat berbeda. Ajma nampak murung dan tak bersemangat untuk berangkat sekolah, tidak seperti pagi-pagi sebelumnya.

Ajma berjalan ke arah rak sepatu untuk mengambil sepatu sekolahnya. Kini Ia di landa rasa bingung mau sarapan atau tidak. Rasanya Ia tak enak hati dan tak nyaman jika harus bertemu dengan Kazam di ruang makan.

Ia pun akhirnya memutuskan untuk berjalan dengan ragu-ragu menuju pintu keluar. Tapi jujur rasanya Ia masih tak yakin jika harus melewatkan sarapan paginya. Ia takut tiba-tiba mag nya kambuh lagi.

"Dek" Ajma menghentikan langkahnya ketika seseorang bersuara dingin memanggilnya dari belakang.

Ajma pun menoleh dengan ragu. Dan ternyata suara dingin itu milik Kazam yang baru saja keluar dari kamarnya. Rasanya Ajma jadi kikuk dan nervous.

"I__iya Mas?"

"Sarapan dulu" perintah Kazam menunjuk ruang makan dengan dagunya.

Ajma terdiam dengan ekspresi yang sulit di artikan.

"Ayo" Kazam pun berjalan duluan dengan harapan Ajma akan mengikutinya.

Ajma memasang raut bingung. Bingung antara menuruti perintah Kakak nya atau berangkat saja? Tapi, ngomong-ngomong bukannya Kazam tak menyukainya? Kenapa kini menyuruhnya sarapan?

"Sarapan aja deh" putus Ajma akhirnya karena dirasa perutnya sudah terasa keroncongan dan tak mungkin Ia menahan rasa lapar ini sampai siang.

Kakinya melangkah ke arah ruang makan. Ia berhenti sejenak saat langkahnya sudah memasuki ruang tersebut. Di sana sudah ada Umi Abi dan ke 2 kakaknya.

Albi dan Tisa tak ikut sarapan seperti kemarin karena waktu kemarin, mereka baru saja sampai dari Jakarta makanya mereka tak langsung pulang dan memutuskan untuk ikut sarapan bersama di ndalem.

"Ajma ayo sini" panggil Umi Affah.

"Ee__ iya Umi" balas Ajma kikuk dan Ia pun akhirnya mendekat dan duduk di samping Uminya.

Ajma mengamati penampilan Ikrar yang pagi ini nampak berbeda.

"Tumben Mas Ikrar rapih. Biasanya pagi-pagi gini masih pake sarung sama kaos partai"

"Sembarang lo. Iya gue pagi ini ada kelas"

"Perasaan kagak lulus-lulus lo"

"Gue kuliah 4 tahun ya bukan 4 hari. Mas Kazam aja baru lulus ya kali gue ama dia lulusnya gue duluan"

"Berarti kalo Mas Ikrar kuliah, pelajaran Musthola Hadits jamkos dong?" Ajma berbinar mengetahui hal ini.

Ikrar memang mengajar pelajaran agama di kelas Ajma yaitu pelajar Musthola hadits. Musthola hadits ini pelajaran yang membahas tentang pembagian hadits, para perawinya, perkembangannya dll.

"Enak aja jamkos. Gue sore udah pulang"

"Ck, yaudah si jamkos aja. Lo istirahat dulu, emang lo gak capek gitu?"

"Demi mengajarkan ilmu agama, tidak ada kata lelah dalam kamus seorang Ikrar As sidiq"

"Sok iye lu"

"Udah-udah jangan berantem. Adabnya orang makan itu harus diam dan menikmati makanannya" nasehat Kyai Abduh.

"Maaf Abi" keduanya pun akhirnya diam dan mulai memakan makanan mereka masing-masing dengan khidmat.

****

Dengan terburu-buru Ajma membereskan alat tulisnya di atas meja dan di masuk kan nya kedalam tas setelah pelajaran sorenya selesai. Melihat itu, Apis pun geleng-geleng kepala karena tau niat dan tujuan Ajma mau kemana.

"Mau nemuin crush lo?"

"Hehe..." Ajma menyengir kuda.

"Yaudah gue duluan ya" Ajma menggendong tasnya dan keluar dari kelas.

"Bener-bener tuh bocah. Apa iya Ajma jatuh cinta? Atau... Cuma sekedar kagum aja karena Kak Adib ganteng?" Apis mengetuk-ngetuk dagunya merasa kurang yakin.

Ajma berjalan dengan gontai menuju perpustakaan. Namun, belum sampai Ia ke ruangan tersebut, langkahnya sudah di cegat oleh seorang laki-laki bertubuh tinggi.

Ajma pun mendongak menatap wajahnya. Ajma terdiam menunduk dan menelan ludah mengetahui jika laki-laki di depannya ini adalah Kazam kakak ke 2 nya.

"Ikut saya" Kazam pun berjalan duluan melewati Ajma.

Ajma pun mengikuti langkah Kazam dengan perasaan takut.

Setelah keduanya sampai di ruang guru, keduanya pun duduk berhadapan dengan terhalang meja. Kazam menunduk tak menatap Ajma begitu pula dengan Ajma yang merasa takut untuk menatap kakaknya itu.

Tangan Kazam terarah mengambil sebuah kertas di lacinya dan meletakan kertas tersebut di atas meja seraya menggesernya ke arah Ajma.

"Hafalkan" Ajma menatap kakaknya dengan mata melebar.

"Emang Ajma bikin salah apa Mas?" Tanya Ajma bingung. Karena biasanya Ia di kasih hafalan hanya ketika dirinya berbuat salah.

"Salah kamu?" Kazam menatap Ajma sekilas dengan alis terangkat.

"Karena telah berkontak langsung dengan laki-laki yang bukan mahram dan melibatkan syahwat" balas Kazam dingin.

"Loh kapan?" Bingung Ajma.

"Jauhi Adib" tekan Kazam seraya beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Ajma yang masih kebingungan.

"Mas... Ck, malah pergi" Ajma menatap kepergian kakaknya dengan kesal.

****

"Sabahal hair selamat pagi, rubbama mungkin, rusum... Rusum apa ya"

Ajma berdecak seraya membuka kembali kertas HVS bertuliskan kosakata bahasa Arab yang di pegangnya itu.

Kini posisi Ajma sedang berada di taman belakang ndalem. Baginya hanya tempat ini yang paling cocok untuknya memfokuskan pikiran dan menghafal tanpa terganggu dengan suara Ikrar. Plus Ia pun bisa menikmati udara segar dan indahnya langit malam.

"Oh biaya. Aku ulang lagi deh" Ajma mengangguk-angguk.

"Sa__"

"Eh," ucapan Ajma terhenti ketika atensinya tak sengaja mendapati seorang santriwan yang sedang memanjat pohon mangga di ujung sana.

"Astagfirullah. Malam-malam ada aja yang punya niat nyolong" Ajma geleng-geleng kepala melihat mereka.

Ajma pun tersenyum smirk saat sebuah ide jail mulai tumbuh di otaknya. Ia pun berjalan perlahan mendekati pohon mangga itu. Ia menyembunyikan dirinya di balik sebuah pohon jambu besar yang jaraknya cukup dekat dengan pohon mangga tersebut.

Ajma berdekhem pelan sebelum beraksi.

"Hee manusia hihihi" Ajma bersuara serak-serak basah layaknya nenek sihir di film-film.

Dua orang santriwan itupun nampak saling memandang dengan mata melotot. Bahkan santriwan yang ada di atas pohon nampak gemetaran dan seketika lupa caranya turun.

"Siapa itu" sahut mereka dengan raut ketakutan.

"Aku kutil badak"

"Hah?" Dua santriwan itu kembali saling memandang dengan ekspresi heran.

Ajma memukul mulutnya pelan karena telah salah mengucapkan kata.

"Eh, maksudnya kuntilanak"

"Yang bener kutil badak apa kuntilanak?"

"Kamu nanyea? Kamu bertanyea tanyea?"

Dari balik pohon jambu itu Ajma terkekeh pelan melihat kedua santriwan itu nampak ketakutan karena suara tawanya.

"Iiii... Fi turun Fi serem banget di sini, gue merindu nih"

"Merinding!"

"Iya merinding maksudnya. Udah besok lagi aja kita nyolong mangganya biar kutil badak eh, kuntilanaknya pergi dulu" kata santriwan yang di bawah.

"Ki, kaki gue gemeteran Ki gue gak bisa turun" balas santriwan di atas pohon.

Ajma menarik kerudungnya hingga menutupi wajahnya. kebetulan, Ia kini sedang menggunakan gamis putih dan kerudung hitam jadi pas untuk perannya sebagai kuntilanak. Ia pun keluar dari persembunyiannya dan menampakkan diri kepada kedua santriwan itu.

Awalnya kedua santriwan itu tidak sadar dengan sosoknya namun, tiba-tiba santriwan yang ada di bawah pohon menoleh dan seketika santriwan itu langsung terjatuh lantaran terkejut.

"Aaaa pocong, eh tuyul, eh bukan satunya" teriak santriwan yang terjatuh itu.

"Apaan Ki?" Tanya santriwan yang di atas.

"Itu temennya suster ngesot"

"Genderuwo?"

"Bukan"

"Sundel bolong?"

"Bukan"

"Kuyang?"

"Bukan"

"Itu. Pontianak..." Santriwan yang terjatuh itupun akhirnya bisa berdiri kembali dan tak menyia-nyiakan kesempatan, Ia langsung berlari pontang-panting tanpa memperdulikan temannya yang masih di atas pohon.

"Ha? Pontianak? Kagak Denpasar aja biar sekalian liburan ke pantai sanur"

"Saya boleh ikut Mas?" Ajma kembali bersuara membuat santriwan itu menoleh dan seketika terjatuh dari atas pohon dan sialnya, sarung yang di kenakannya malah tersangkut di dahan pohon tersebut hingga membuatnya nyungsep.

"Adoh wadoh" keluhnya seraya terbangun dari posisi nyungsep nya.

"Aaaa... Kuntilanak" teriaknya dan buru-buru terbangun dari posisi jatuhnya seraya melepaskan sarungnya yang tersangkut di dahan pohon tersebut.

"Untung gue pake celana" santriwan itu mengelus-elus dadanya bersyukur.

"Hihihihi" Ajma tertawa dengan versi kuntilanak.

Santriwan itupun langsung berlari sambil membaca do'a.
"Allahumma lakasumtu wabika aamantu wa'alaa rizqika afthortu birohmatika yaa arhamar roohimiin"

Ajma terkekeh mendengar doa yang santriwan itu bacakan.
"Itu doa berbuka puasa Akhi" ujarnya setelah santriwan itu pergi jauh.

"Hhhhh" Ajma tertawa sendiri karena berhasil mengerjai mereka. Siapa suruh malem-malem buta begini mau nyolong mangga.

_

_

_

Gimana Part ini? Keisengan Ajma jangan di tiru ya guys kita disini cuma seru-seruan aja kok wk wk.

Continue Reading

You'll Also Like

348K 13.3K 41
Menceritakan tentang seorang lelaki yang bernama Abraham, ia mempunyai tugas dari seorang dosen untuk mewawancarai mahasiswa/i di kampusnya. Sahabat...
2.8M 188K 40
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...
17K 1K 21
Raina hanya seorang gadis biasa namun mempunyai kemampuan tak biasa dibawa oleh paman dan bibinya tinggal di negara lain atas insiden kematian kedua...
3.1K 322 53
SPRITUAL-teenfiktion 🚫 Diambil positifnya buang negatifnya ^|^ Hidup itu antara takdir dan realistis, ketika manusia sudah tahu dia mau berjalan kem...