ONE NIGHT STAND WITH MY CEO

By NovaNanoNano

93.3K 3.7K 197

Kathleen tidak pernah menyangka keperawanan nya direnggut pada malam penuh gairah oleh Eric Grant. Seorang CE... More

On Fire
Mr. Passionless
Trapped in lust
Roller Coaster
COLD HEARTED
WHY CANT IT BE LIKE THAT
SILENCE
SECRET LOVE
KILLING ME SOFTLY
BAD CONFESSION
WRONG DECISION

LOVE IS FAR AWAY

4.9K 190 11
By NovaNanoNano

Pekerjaan yang tengah digarap Kathleen membuatnya cukup sibuk beberapa hari ini, begitu pula dengan Eric. Sebagai Direktur Pemasaran, Eric menghabiskan sebagian besar waktu di ruang kerjanya. Kathleen bahkan beberapa kali memperhatikan pria itu tidak kembali ke apartemennya. Sejak malam itu mereka tidak terlibat kontak fisik lagi, Eric bahkan sulit diajak bicara dan beberapa pesan teks yang dikirim kathleen hanya dibaca tanpa dibalas. Ia merasa kesepian namun tetap memaklumi kesibukan Eric.

Kathleen mengambil tumpukan dokumen yang telah disiapkan timnya untuk diserahkan kepada Eric. Ia berjalan ke ruang kerja Eric, mengetuk pintu pelan sebelum masuk.
Rambut Eric tertata rapi dan aroma shampo khas pria tercium ketika ia mendekat. "Proposal pemasaran produk terbaru semua telah siap." Ucap Kathleen bersemangat.

Eric tidak menjawab Kathleen. Fokus pria itu berada di layar ipad yang digenggamnya.

Kathleen mencoba berbicara lagi. "Eric, proposal pemasaran produk,"

"Kathleen." Kemudian pria itu mengangkat wajahnya, menjawabnya dengan enggan, tarikan nafas Eric seperti singa ingin mengaum. Ekspresi wajahnya terlihat kesal. "Letakkan saja di meja."

"Jika kau butuh sesuatu seperti kopi atau,"

"Kubilang tinggalkan saja dimeja! Silahkan keluar, Kathleen." Nada suaranya meninggi dan menggema mengisi ruangan kantor yg sepi.

Nyali Kathleen menguap di udara, ia meletakkan tumpukan dokumen ke atas meja Eric dan melangkah pergi. Ia setengah kecewa, berharap Eric memperlakukannya dengan baik setelah apa yang mereka lakukan bersama.
Ia merapikan meja dan mengambil tasnya, jam kerja telah berakhir sejak tiga jam yang lalu. Kathleen berharap bisa melakukan sesuatu untuk Eric, namun pada kenyataan kehadirannya tidak dibutuhkan.

Diluar sedang hujan deras, Kathleen mengendarai kendaraannya dalam suasana hati yang berkabut. Saat ini ia terlalu lelah untuk merasa sedih. Tidak lama kemudian ia telah sampai di flat miliknya dan merebahkan tubuhnya di ranjang yang tidak terlalu empuk namun cukup nyaman untuk tubuhnya beristirahat.

Dering ponsel memecah keheningan, Kath merogoh tas dan mengeluarkan sumber kebisingan.

"Hai, Max." Kathleen merebahkan kepalanya lagi.

"Apa aku mengganggu istirahatmu, Kath?" Suara pria dibalik ponsel terdengar ramah dan menyenangkan. Berbanding terbalik dengan pria yang digilai Kath.

"Its okay, Max. Aku senang kau menelepon." Ungkap Kath jujur. Ia berharap bisa berbicara dengan seseorang untuk menjaga kewarasan.

Kathleen bertanya lagi. "Apa kau sedang lembur?"

"Yap, tapi ruang kerja berada di dalam apartemen. Pekerjaanku dilakukan dari rumah."

"Apa aku mengganggu kau bekerja, Max?"

Pria itu tertawa lembut. "Tidak mungkin, Kath. Karena aku yang menghubungimu duluan."

"Ah, benar juga." Kathleen tertawa malu. "Maaf aku tidak membalas pesanmu, pekerjaan akhir akhir ini cukup menyita waktu."

"Kupikir kau bisa menebus kesalahan dengan makan malam bersamaku, bagaimana kalau besok di tempatku? Kau bisa melihat ruang kerja dan apa saja yang aku kerjakan disini."

Kathleen menggigiti bibirnya. Max mengundangnya ke apartemen pribadi pria itu. Bagaimana jika Eric mengetahuinya? Akan terjadi bencana besar apabila sampai terjadi.

"Hmm, Max. Sebenarnya ada seorang pria yang sedang dekat denganku saat ini." Kathleen akhirnya mengaku.

"Kau khawatir pria itu marah melihatku?" Nada suara Max terdengar tenang. Namun ia tahu pria itu sedang menahan diri.

"Max, ada banyak perempuan cantik diluar sana yang lebih baik. Setelah mendengar pengakuanku harusnya kau marah. Selama ini aku berpura-pura tidak memiliki pasangan, Jennie juga tidak mengetahuinya. Jika kau ingin marah padaku, lakukan saja. Aku pantas mendapatkannya."

"Kathleen, kau tahu." Max sangat lembut padanya walaupun ia sudah menolak pria itu secara halus. "Aku tidak akan menyerah. Jika Jennie tidak tahu hubungan kalian, artinya aku masih memiliki harapan. Jika jadi dia, aku akan mengatakan pada seisi dunia bahwa kau adalah milikku."

"Max, aku tidak ingin menyakitimu lebih lama." Kathleen pun merasa nyaman setiap berbicara dengan Max. Namun ia tidak ingin Max membuang waktu sia sia bersamanya. Eric tidak akan membiarkan pria lain mendekatinya.

"Kathleen, kau berhutang makan malam denganku. Aku akan menghubungimu lain kali. Istirahatlah dengan baik, Kath. Selamat malam." Kemudian panggilan terputus.

Kathleen melihat sekali lagi ponsel nya, tidak ada satupun pesan untuk Eric yang dibalas. Betapa menyakitkan berada di situasi seperti ini. Bertepuk sebelah tangan, walaupun berada di ruangan yang sama setiap hari namun Eric terasa sangat jauh. Pria itu jauh diluar jangkauannya.

****************
Keesokan harinya Kathleen terkejut mendapati Max mengatakan berada tak jauh dari tempat kerjanya. Pria itu hendak mengunjunginya. Kathleen bergegas turun ke lobi menemui Max agar segera menyeretnya pergi dari sana.

Max membaca pikiran Kathleen. "Pria itu berada di gedung ini, rekan kerja? Pacar rahasiamu itu."

Kathleen menggeleng kencang. "Teman temanku suka bergosip, jika mereka melihat kita."

Jemari Max meraih tangan Kathleen menggenggamnya erat. "Malahan aku ingin berkenalan dengan mereka. Kita bisa mengajak semua teman temanmu makan siang bersama."

Kathleen berusaha melepaskan genggaman tangan Max, pria itu sengaja memancing musuhnya keluar menampakkan diri. "Jika dia melihat kita, menurutmu apa yang akan terjadi?"

"Dia tidak bekerja disini, kau sudah salah paham." Kathleen menyeret Max keluar lobi menuju tempat parkir.

Di area parkir yang sepi tiba tiba Max meraihnya, mendekap kepala Kathleen ke dadanya.
"Max...." Kathleen terkesiap, berusaha menjauhkan dirinya namun dekapan tangan Max kuat menaungi dirinya.

Seketika lengan nya ditarik paksa mundur hingga ia mendarat di dada bidang seorang pria, lengan pria itu memeluk bagian depan tubuhnya dengan posesif.

"Jangan sentuh dia. Atau kau harus berurusan denganku." Suara geram Eric setengah ditahan karena tidak ingin mengundang keributan.

Kathleen memalingkan kepalanya. Mendapati Eric tengah dibakar api cemburu membuat jantung Kathleen berdebar dan hatinya berbunga.

Max tertawa puas dengan kerja kerasnya. "Sudah kuduga, siapa lagi jika bukan seorang Eric Grant. Pria satu satunya yang membuat seluruh wanita bungkam meskipun kau perlakukan mereka seperti hewan peliharaan."

"Jaga bicaramu, Lewis. Darah bangsawan yang melekat di dirimu tidak pantas untuk berkata sinis." Ucap Eric masih menahan diri.

"Kau tidak pernah berhasil memiliki hubungan dengan wanita, aku ingin kau menyerahkan Kathleen padaku."

"Menjauhlah dari Kathleen." Eric menegaskan perkataannya dengan tatapan mata tajam. "Jika kau sentuh dia lagi, kau akan menyesalinya."

Eric menarik lengan Kathleen membawanya masuk ke dalam mobil dan melaju secepat mungkin.

"Max akan menceritakan tentang kita pada Jennie, semua orang akan tahu." Ucap Kathleen ketika kendaraan masih melesat kencang di jalanan beraspal.

"Berhenti menyebut namanya di depanku." Bentakan Eric seketika membuat Kathleen terdiam.

"Maaf." Ucap Kathleen dengan bibir bergetar.

"Aku sudah menduga berhubungan denganmu akan membuat hidupku rumit dan kacau. Keluarga Lewis adalah pemegang saham terbesar di perusahaan, berhubungan denganmu dapat mengancam posisiku di perusahaan."

Kathleen merasa Eric lebih mencintai pekerjaan daripada dia. "Jika pekerjaanmu lebih penting, mengapa kau bawa aku kesini? Kita hanya teman tidur, kau tidak perlu mengungkap hubungan kita."

"Aku tidak suka dia menyentuhmu." Eric menepikan mobilnya di sisi gelap bawah pohon yang teduh. Eric melepaskan safety belt miliknya dan Kathleen, memundurkan kursi sebelum menarik wanita itu ke atas pangkuan nya. "Kemarilah." Suara Eric parau dan mendesak. "Lepaskan pakaianku, Kath. Sentuh aku."

Kathleen menurut dengan patuh. Dilepaskannya jas Eric. Satu persatu kancing kemeja Eric terbuka dan menampakkan dada bidang berotot yang membuat mata Kathleen panas memandanginya dengan rasa lapar. Kathleen menurunkan kepalanya ketika mendaratkan kecupan ringan di sekujur tubuh Eric, menggigiti dada Eric dengan gemas dan bernafsu. Lidahnya bermain main, bibirnya menghisap. Suara desahan Eric mengusik telinga Kathleen. Jemari tangan yang menurunkan pakaian dalam Kathleen amat mahir hingga Kathleen tidak sadar dirinya telah telanjang dibalik rok blazer nya.

Suara retsleting diturunkan saat Kathleen melakukan hal yang sama pada Eric. Kedua kaki Kathleen direnggangkan hingga membuka lebar oleh tangan Eric. Eric mengoyak sebuah kantong pembungkus pengaman dan memasangkannya ke bagian tubuhnya yang telah siap menerjang. Kedua tangan Eric memegang pinggul Kathleen sebelum memasukinya dengan kasar. Kathleen memekik. Eric meraih kepala Kathleen menjambak rambutnya hingga menengadah ke belakang. Semakin kuat hantamannya, semakin kencang Eric menarik rambut Kathleen.

Kathleen bergerak naik turun dengan cepat namun Eric masih belum puas, tangannya mendorong pinggang Kathleen lebih cepat lagi. Kathleen menjerit nikmat, Eric menggeram buas. Semakin berdenyut hingga rasanya Kathleen akan hancur berkeping keping saat dirinya mencapai klimaks. Eric masih berlanjut, Kathleen lemas hingga kedua kakinya seakan tidak bertulang.  Ia pasrah mengerang lemas tak terhitung jumlahnya. Kathleen terkesiap ketika Eric membalik posisi tubuhnya dan memasukinya dari belakang. Eric belum selesai, pinggulnya mengayun, menghentak dan menghantam pinggul Kathleen berkali kali. Kathleen tidak sanggup menahan kejutan nikmat yang mengalir disekujur tubuhnya. Berkali kali ia mendesahkan nama pria itu seakan memohon agar kenikmatan ini tidak berhenti.

Hingga akhirnya Eric mencapai klimaksnya dan teraungkur lemas memeluk Kathleen dari belakang.

"Eric, aku mencintaimu." Ungkap Kathleen sembari memeluk lengan Eric yang mendekapnya.

"Katakan kau mencintaiku." Desak Kathleen pada Eric. "Kumohon jangan diam saja. Eric !"

"Ssttt....aku masih belum siap, Kath. Kau wanita pertama yang selalu mendesakku untuk mengungkap hubungan kita."

Tiada terasa air mata Kathleen jatuh membasahi pipinya. "Harus bersabar sampai kapan? Max Lewis pasti menyebarkan berita hubungan kita di kantor."

"Max tidak akan menceritakan apapun, Max dan aku sudah berteman sejak lama. Dia sering menyukai setiap wanita yang bersamaku."

Apa?! Kathleen berteriak dalam hati.

Kathleen berharap semua ini hanyalah mimpi. Dan ketika terbangun, ia terbangun di ranjang bersama kekasihnya. Bukan hubungan tanpa status yang harus dirahasiakan selamanya.

TO BE CONTINUE

Continue Reading

You'll Also Like

1M 154K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
403K 6.9K 12
"Kamu boleh membeli tubuhku, tapi tidak dengan cintaku." Sinta Anastasya. "Kalau begitu kontrak ini tidak akan berakhir sampai kamu bisa mencintaiku...
20.2K 439 19
[21+] Follow dan vote sebelum membaca :) * Naomi Rosalina Mahuze terlahir dari keluarga berada. Ayahnya seorang pengusaha properti yang sukses, semen...
10K 145 15
"Menikahlah dengan saya! Maka akan saya bantu menuntaskan balas dendammu pada wanita tadi, Nyonya Danira juga seluruh keluarganya!" - Leon Hansen Wij...