FIREFLIES

By Fhyldh

440 135 74

"Jika kebahagiaan tak ingin datang menghampiri mu. Maka, aku yang akan mendatangkan kebahagiaan itu untukmu."... More

01 - Murid Baru
02 - The Covers
04 - Menolong Kalandra
05 - Sambutan Selamat Datang
06 - Pertolongan dan Permintaan Maaf
07 - De Javu
08 - Trauma

03 - Ceroboh

42 22 19
By Fhyldh

Selamat sore..

Sebelumnya aku mau ucapin, Marhaban yaa Ramadhan..

Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan..

Semoga puasa kita berjalan lancar hingga akhir..

Yang lagi ngabuburit, selamat ngabuburit..

Sengaja aku update sekarang buat temanin jam-jam ngabuburit kalian..

Happy reading!!

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian!!

☆☆

Edel menatap paper bag ditangannya dengan penuh senyum. Kemarin sebelum pulang sekolah, dia berjanji akan membuatkan bekal untuk kedua teman barunya yang disambut antusias oleh duo kembar. Anggap saja ini sebagai bentuk ucapan terima kasih untuk mereka karena mau berteman dengannya.

Dengan perasaan bahagia, Edel berjalan menaiki tangga. Saking semangatnya Edel sampai tidak sadar jika kakinya salah berpijak hingga terpleset jatuh.

Saat tubuh Edel akan menghantam anak tangga, sepasang tangan kekar muncul menarik Edel kedalam pelukannya.

"Ceroboh!"

Edel membuka matanya, menatap laki-laki yang sudah menolongnya dengan sedikit terkejut. Kenapa bisa laki-laki ini ada disini? Kenapa harus dia yang menolongnya? Kenapa sang pemilik netra hitam tajam itu? Kenapa harus Alden?

Tersadar jika dirinya berada dalam pelukan Alden, Edel langsung melepaskan diri.

"Maaf." Edel menunduk tak berani menatap Alden.

"Lo punya mata, kan? Dipake!" Alden menatap Edel tajam sebelum pergi.

Begitu Alden sudah menghilang, Edel segera bernafas lega.

"Bego banget sih, Del. Jangan cari masalah Edelweiss." Edel memukul pelan kepalanya merutuki kecerobohannya.

"Bekalnya!" seru Edel yang baru sadar jika bekal yang ia buat sudah hancur dan berceceran di lantai.

☆☆☆

Selama pelajaran berlangsung, Edel sama sekali tidak bisa fokus. Tatapan mata Alden terus mengawasinya sejak tadi. Apa yang harus Edel lakukan sekarang? Ia sudah melihat sendiri bagaimana menakutkannya seorang Alden. Dia tidak ingin menjadi korban perundungan Alden dan teman-temannya.

Dengan lesu Edel menelungkupkan wajahnya diatas lipatan tangannya. Bel istirahat sudah berbunyi, namun Edel tidak bersemangat untuk pergi ke kantin. Bahkan untuk beranjak dari tempat duduknya saja ia malas.

"Lo gak ke kantin, Del?" tanya Yeslin.

Edel mendongak menatap Yeslin lalu menggeleng pelan.

"Kenapa? Lo masih ngerasa bersalah soal bekal? Gue kan udah bilang gapapa Edel."

"Aku lagi gak mood, Lin. Mau di kelas aja."

"Yaudah kalau gitu. Lo mau nitip apa biar nanti gue beliin," tawar Yasmin tak ingin memaksa.

"Tolong beliin roti sama air mineral ya?"

"Oke. Udah lanjut istirahat aja. Gue ke kantin dulu," pamit Yasmin.

Edel mengangguk lalu kembali merebahkan wajahnya diatas meja. Menatap murid-murid yang sedari tadi berlalu-lalang dari jendela kelas.

Ketukan di mejanya mengambil alih kesadaran Edel. Satu kotak Cimory rasa almond tersodor di depannya. Edel mendongak dan mendapati sosok Alden yang tengah menatapnya.

"Kenapa gak ke kantin?"

Edel mengerjapkan matanya, ini Alden sedang bertanya padanya?

"Kamu ngapain disini?" tanya balik Edel yang masih sedikit linglung.

"Biasain, kalo ditanya, jawab. Bukan tanya balik." Alden menepuk-nepuk pelan puncak kepala Edel. "Diminum susunya." Lanjutnya dan segera pergi keluar kelas.

Edel menatap kepergian kepergian Alden dengan bingung. Tatapannya beralih pada sekotak Cimory almond yang ada diatas meja nya.

Ini buat aku?

Beneran boleh diminum, kan?

☆☆☆

Di dalam kelas Edel mencoba untuk fokus mendengar penjelasan guru di depan. Namun sekuat apapun usahanya untuk fokus, matanya tetap saja tidak bisa diajak kompromi.

Ditengah kegiatannya mencatat materi, matanya justru sesekali melirik kearah Alden yang berada di deret meja sebelah. Alden yang sedang bermain game di hp-nya sampai tidak sadar jika sedari tadi tengah diperhatikan oleh Edel.

Edel menghela nafas pelan sambil mengetuk ujung pensil ke dagunya.

"Ada apa dengan Alden. Laki-laki itu tidak sedang menargetkan dirinya, kan?" Pikiran Edel terus berkecamuk menerka-nerka hal yang tidak pasti.

"Pstt, Del!" panggil Yasmin sambil menendang pelan kaki Edel dari tempat duduknya.

Edel menoleh, menatap bingung Yeslin yang duduk di depannya.

"Lo kenapa? Ngelamun mulu dari tadi. Lo gak lagi sakit, kan?" bisik Yasmin sambil tetap memperhatikan guru di depan, takut ketahuan.

"Gapapa kok. Udah fokus. Nanti ketahuan loh," bisik balik Edel.

"Lo yang dari tadi gak fokus, Del."

"Yasmin! Edelweiss! Kalau kalian mau mengobrol silahkan keluar dari kelas saya!" Guru itu menatap tajam Yasmin dan Edel.

"Maaf, Bu!" kata Edel dan Yasmin.

"Keluar!"

Edel dan Yasmin berdiri lalu berjalan keluar kelas. Sebelum keluar, Edel sempat melirik kearah tempat duduk The Covers dimana sekarang Alden tengah memperhatikannya sambil menyender ke tembok.

Yeslin berdiri, berniat untuk menyusul mereka berdua.

"Mau kemana kamu, Yeslin?" tegur Guru itu.

"Keluar, Bu."

"Siapa yang suruh kamu keluar?"

"Ibu kan sudah mengusir kembaran dan teman saya. Sebagai kakak dan teman yang baik, saya juga harus ikutan dong. Permisi, Bu!" Tanpa menunggu jawaban dari guru itu, Yeslin sudah berlalu keluar kelas.

"Yeslin Azzurri!" seru guru itu murka.

"Marah-marah mulu jadi guru. Darah tinggi mampus tuh," dumel Yeslin pelan.

☆☆☆

"Harusnya kamu gak perlu ikut keluar, Lin. Nanti kalau kamu kena panggil guru BK gimana?" Nasihat Edel.

"Kalau dipanggil mah tinggal datang aja, Del. Gampang," balas Yeslin santai.

Edel tetap saja merasa tidak enak hati pada duo kembar itu.

"Santai aja, Del. Anggap aja ini bentuk solidaritas kita sebagai sesama teman," kata Yasmin menenangkan.

"Makasih ya kalian udah mau jadi teman aku. Beruntung banget bisa punya teman ajaib kayak kalian berdua." Edel tersenyum haru pada duo kembar.

"Ajaib gimana maksud lo hah?" Yeslin menyentil kening Edel membuat gadis itu tertawa.

Ke-tiganya kembali bercanda sambil berjalan ke kelas. Bel pulang sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu dan mereka ingin mengambil tas sebelum pulang.

Baru saja hendak masuk ke dalam kelas, tubuh Edel terpental mundur karena tidak sengaja menabrak Alden yang akan keluar bersama anggota The Covers.

Kedua netra itu kembali bersitatap. Sebisa mungkin Edel mencoba untuk menahan diri, namun entah sihir apa yang Alden pakai sehingga membuat Edel seolah enggan untuk mengalihkan pandangannya dari bola mata hitam pekat milik Alden.

"Sorry-sorry, kita gak tahu kalau kalian mau keluar. Silahkan." Yasmin melihat keterdiaman Edel segera menarik mundur Edel. Takut jika Alden tak terima dan berujung merundung Edel. Apalagi jika teman-temannya sampai ikutan. Kasihan Edel.

Alden kembali menatap Edel yang kini menunduk takut di samping Yasmin. Dengan cuek dia pergi dari sana diikuti yang lainnya membuat ke-tiga gadis itu bernafas lega.

TBC!!
☆☆☆☆☆


23-03-2023

Continue Reading

You'll Also Like

70K 6.4K 74
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
710K 55.7K 40
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
260K 29.2K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
46.1K 4.4K 28
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...