'SEVEN YEARS' (JENLISA GXG)

By jenmanoban2602

201K 18.2K 1.5K

"Bagaimana caraku untuk bahagia?" -Kim Jennie & Lalisa Manoban More

Prolog.
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
29.
30. (END)
Test.
ONE SHOT
New Story.

28.

4.4K 487 15
By jenmanoban2602

VOTE
&
KOMENNYA ~

*****

Memorial Sloan-Kattering Cancer Center, New York, Amerika Serikat.

"Daddy, apakah mommy akan baik-baik saja?"

Ini sudah berjalan satu tahun lamanya, Lalisa memutuskan untuk membawa Chaeyoung ke negara Amerika Serikat, lebih tepatnya di kota New York untuk menjalankan pengobatan penyakit kanker yang di deritanya setelah ia tersadar dari masa kritis nya yang terjadi selama delapan bulan lamanya,

Ya. Sudah satu tahun yang lalu Chaeyoung di kabarkan terkena penyakit kanker itu lagi dan dia harus melewati masa kritis nya selama delapan bulan lamanya, untuk karena itu pengobatannya baru bisa di laksanakan empat bulan yang lalu saat dirinya sudah sadarkan diri.

Park Chaeyoung harus berjuang untuk melawan kanker ovarium nya yang sudah menginjak stadium tiga.

Dan saat ini, Park Chaeyoung tengah menjalani masa kemoterapi untuk yang kedua kalinya setelah menjalankan operasi yang telah dilakukan pada waktu empat bulan yang lalu, kemoterapi itu juga bertujuan untuk memastikan agar sel-sel kanker benar-benar mati di dalam tubuh Chaeyoung.

Namun, saat ini, Lalisa beserta Alice sangat khawatir karena dokter baru saja memberi kabar jika keadaan Chaeyoung menurun ketika tengah menjalani kemoterapi nya yang membuat kondisi Chaeyoung sangat melemah dan berdampak pada kemoterapi yang tidak dapat di lanjutkan, bahkan ia kembali tidak sadarkan diri.

"Mommy akan segera baik-baik saja, mommy hanya sedang tertidur sekarang." Bisik Lalisa di depan ruangan yang bertuliskan UGD karena Chaeyoung sedang mendapat penanganan.

Anak kecil itu melengkungkan bibirnya kebawah. "Mommy..." Rengeknya dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Sst, kau anak pintar, jangan menangis, okay? Mommy will be okay." Ucap Lalisa dengan napas yang terdengar berat, kedua kelopak matanya sudah di penuhi dengan air mata yang membendung, wanita jangkung itu memangku Alice di atas kedua pahanya lalu mengelus Alice dengan lembut.

Untuk beberapa lamanya mereka menunggu, akhirnya dokter berserta perawat keluar dari ruangan tersebut yang membuat Lalisa menurunkan Alice dan segera beranjak dari kursi tunggunya dan menduduki Alice di atas kursi. "Alice tunggu disini, daddy akan bicara pada dokter, okay?" Ucap Lalisa pada sang putri, ia tidak ingin putrinya juga mendengar hal-hal yang tidak seharusnya dia dengar.

Setelah itu, Alice mengangguk patuh, Lalisapun beranjak menghampiri dokter tersebut.

"Mrs. Lalisa Manoban?"

"Ya, itu saya. Bagaimana keadaan istri saya, dok?" Lalisa bertanya penuh dengan kecemasan.

Sang dokter menghelakan napasnya, raut wajahnya memerah namun tampak sendu.

"Ada beberapa organ tubuh pada istri anda yang menolak saat kami memasukan obat kedalam tubuh, Mrs. Manoban, untuk karena itu Mrs. Manoban sempat mengalami kejang yang berujung tidak sadarkan diri tetapi saat ini, beliau sudah kembali sadar, jika anda ingin masuk untuk menemuinya, silahkan. Tetapi jangan terlalu banyak untuk mengajaknya berbicara, karena kondisinya masih sangat lemah." Ujar dokter memberitahu yang membuat Lalisa menghelakan napasnya lega, mendengar istrinya sudah baik-baik saja wajah cemasnya seketika sedikit berubah.

"Terimakasih, dok. Saya akan menemuinya." Jawab Lalisa dengan sopan.

"Tetapi, sebelum itu.. saya juga ingin memberitahu, karena kemoterapi ini masih harus di lakukan beberapa kali lagi, akan sangat berbahaya jika kondisi Mrs. Manoban seperti ini terulang kembali."

"Lebih tepatnya, beliau bukan hanya bisa tidak sadarkan diri seperti tadi, tetapi beliau juga bisa....,"

"Tidak, dok. Saya yakin, kejadian seperti ini untuk terakhir kalinya, saya akan memberikan semangat pada istri saya agar dapat melewati semuanya dengan baik, saya berjanji, dia akan segera sembuh." Lalisa segera memotong karena dia tidak ingin mendengar kabar buruk yang akan terjadi pada Chaeyoung, dia sangat yakin dan positif jika Chaeyoung akan sembuh, jika istrinya akan kembali sehat seperti sedia kala.

Dokterpun tersenyum dan kepalanya mengangguk. "Saya sangat menghargai kegigihan anda, Mrs. Manoban, semoga Tuhan selalu memberkati."

Setelah itu Lalisa membungkuk sopan, membiarkan dokter itu pergi dan dia mengajak Alice untuk memasuki ruang UGD, meski anak kecil tak seharusnya berada di dalam ruangan tersebut, Lalisa dapat meyakinkan sang dokter bahwa kehadiran Alice juga mampu membuat Chaeyoung bersemangat lagi.

"Mommy, i miss you." Bisik lembut Alice, anak itu sangat mengerti bahwa dia tidak boleh berbicara terlalu keras sekarang ini.

Chayeoung tersenyum dengan wajah pucatnya kala melihat Lalisa dan juga putrinya memasuki ruangan tersebut.

"Hey, mommy miss you too, guys." Jawab Chaeyoung dengan suara lemas.

Lalisa mengelus dahi Chaeyoung dengan lembut. "Terimakasih, karena sudah berjuang."

Chaeyoung memegang tangan Lalisa. "Maaf, hari ini aku telah gagal."

"Tidak, kau tidak gagal, kita bisa mencobanya lagi nanti, kau sudah melakukan yang terbaik untuk hari ini." Gumam Lalisa dengan lembut.

"Bukankah, mommy sangat hebat, sayang?" Lanjut Lalisa pada Alice yang membuat anak kecil itu mengangguk-anggukan kepalanya.

"Hmm, mommy sangat hebat, mommy sangat kuat, terimakasih, mommy." Ujar Alice dengan manis.

Chaeyoung tersenyum dan segera merentangkan kedua tangannya, Alice terkikik lalu memeluk Chaeyoung dengan hati-hati.

"Thankyou for everyrhing, guys." Gumam Chaeyoung dengan suara seraknya.

Lalisa mengulum bibirnya, ia segera menghapus air mata yang berada di sudut matanya lalu bergabung untuk memeluk keduanya.

Setelah beberapa menit lamanya mereka berbincang, dan Chayeoung sudah dipindahkan di ruang rawat inap VVIP, Alice pun sudah tertidur di atas ranjang yang sudah di persiapkan disana.

"Lalisa..." Suara Chaeyoung memanggil dengan sigap, Lalisa segera menghampiri Chaeyoung.

"Ne? Sebelah mana yang sakit? Aku akan memijatnya." Jawab Lalisa mengecek tubuh Chaeyoung, karena memang salah satu efek dari pasca kemoterapi adalah tulang-tulang yang terasa sakit atau pegal, karena biasanya yang Lalisa lakukan memang memijat Chaeyoung pasca Chaeyoung menjalani kemoterapi nya, bahkan ia baru saja beristirahat memijat.

Chaeyoung terkekeh. "Tidak, aku baik-baik saja, aku hanya ingin meminta sesuatu padamu, dapatkah kau menurutinya?"

Lalisa mengangguk tanpa berpikir panjang. "Tentu, apapun yang kau inginkan, akan ku turuti."

"Benarkah? Apapun?"

"Hmm, apapun."

"Aku ingin bertemu dengan Jennie."

***

Satu tahun telah berlalu, banyak sekali perubahan singkat yang terjadi pada kehidupan seseorang yang seringkali dirinya merasa sakit karena cinta.

Kehidupannya tidak beruntung seperti orang-orang pada umumnya, apa lagi untuk persoalan percintaannya, karena terakhir kali, dia harus merasakan sakit karena seseorang yang dia cintai lebih memilih istri sah nya daripada dirinya, dia sempat terpuruk untuk tiga bulan lamanya, meski dia mengerti, apa alasan orang tersebut meninggalkannya namun tetap saja, ia sangat merasakan sakit pada hatinya.

Setelah melewati masa keterpurukannya, akhirnya ia memutuskan untuk berpindah negara, dia sangat yakin, bahwa satu-satunya kunci yang terbaik dari proses melupakan adalah berpindah negara.

Hanya bermodalkan nekat, Jennie memutuskan untuk pergi ke negara Prancis, lebih tepatnya kota Paris dan wanita itu memutuskan untuk menjadi designer karena bermodal ilmu pengetahuan yang ia dapatkan semasa ia bekerja bersama Chaeyoung dari beberapa partner kerjanya.

Kim Jennie Ruby Jane, karirnya jauh lebih sukses dari sebelumnya, meski baru menginjak sembilan bulan lamanya ia bekerja di perusahaan tersebut, namun sang CEO sangat menyukai cara kerja Jennie yang sangat berpotensi dan memberikan upah yang cukup besar untuk dirinya, pada intinya, kehidupan Jennie jauh lebih baik dari yang sebelumnya.

"Eonnie, kapan kau akan segera pulang? Atau setidaknya, ajak aku kesana." Ella berbicara di sebrang sana, keduanya sedang melakukan video call pada sang adik karena ini adalah hari weekend.

Jennie berdecih dan terkekeh, ia meletakan ponselnya di atas meja rias, setelah itu dia berjalan ke arah lemari pakaiannya yang masih bisa terlihat oleh pandangan Ella. "Belum tahu, pikirkan saja sekolahmu, bukankah jauh dariku adalah salah satu harapanmu?" Candanya pada sang adik, karena ia menggunakan earphone bluetooth nya membuat suara dirinya masih bisa di dengar oleh Ella meskipun sekarang dirinya berada cukup jauh dari ponselnya.

Jennie terlihat sedang mondar-mandir dan sambil membuka kancing kemejanya satu persatu, sedangkan Ella terlihat berbaring di atas ranjangnya dan wajahnya menekuk, kedua negara itu memiliki jarak delapan jam yang dimana Korea memiliki waktu yang lebih cepat delapan jam daripada negara Prancis.

"Seriously, eonnie. Setelah ku pikir lagi, berada di dekatmu memang menyebalkan tetapi jauh darimu lebih dari kata menyebalkan, argh! Aku merindukanmu, eonnie!" Ujar gadis itu yang membuat Jennie tertawa dan menggelengkan kepalanya.

Dia membuka pakaian atasnya dan memperlihatkan kedua payudaranya yang sedikit menyembul keluar di balik bra berwarna hitamnya itu karena kedua payudaranya memiliki ukuran yang besar dan juga sintal, Jennie benar-benar terlihat seksi.

"Cih, Dasar mulut manismu, siapa yang mengajarimu seperti itu?" Sarkas Jennie sambil memakai kaos santai nya.

"Eonnie! Kau tidak akan mandi? Kau benar-benar menjijikan, eonnie." Balas adiknya ketika melihat Jennie yang menggunakan piyama tidurnya.

Setelah Jennie mengganti seluruh pakaiannya, Jennie berjalan kembali menuju meja riasnya dan meraih kembali ponselnya, Jennie memutar kedua bola matanya yang juga diikuti oleh Ella.

"Mandi? Kau lupa bahwa disini masih siang, Ella Kim! Lebih baik kau tidur sekarang, disana pasti sudah larut malam, karena kau harus sekolah besok pagi, ingat.. kau harus rajin ke sekolah, jika kau membuat masalah sekalipun hanya karena kau telat masuk sekolah, eonnie tidak akan mengirim uang untukmu." Ucap Jennie yang terdengar tegas dan Ella menghelakan napasnya.

Ella hendak menjawab, namun sang ibu terlihat di sebrang sana dan merebut ponsel Ella secara tiba-tiba.

"Eomma~ apa yang kau lakukan? Kami sedang berbicara." Rengek Ella pada sang ibu, sedangkan sang ibu segera membawa ponsel Ella keluar dari kamarnya.

Jennie berdeham untuk memecahkan kecanggungannya, sudah satu tahun yang lalu kejadian dimana kedua orang tuanya mengetahui perselingkuhan Jennie dan juga Lalisa, sejak saat itu, hubungan Jennie dengan kedua orang tuanya tidak cukup baik, mereka bahkan tidak saling berbicara seperti biasanya dan salah satu alasan itu juga yang membuat Jennie memutuskan untuk berpindah dari kediamannya.

Meskipun begitu, Jennie masih tetap mengirimkan sejumlah uang cukup banyak untuk kedua orang tuanya, dia masih mengingat tanggung jawabnya sebagai seorang anak dan seorang tulang punggung di keluarganya.

"Jennie..." Ibunya memanggil.

"Ne, eomma? Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?" Jennie terdengar hanya basa-basi, karena meski mereka tidak saling bicara, Jennie masih tahu kabar kedua orang tuanya melalui adik bungsunya.

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja, aku hanya ingin memberitahumu, bahwa tadi pagi, seseorang telah mencarimu, dan.. dan itu, Lalisa." Ucapnya di sebrang sana yang membuat Jennie sedikit terkejut.

Dia memalingkan wajahnya dari kamera ponselnya, mendengar nama Lalisa sepertinya membuat beberapa kenangan manis dam pahit waktu bersamanya kembali berputar lagi, karena sekarang, kedua mata Jennie terlihat berkaca-kaca dalam waktu sekejap.

"Kau tidak memberitahuku bahwa sahabatmu sakit, Jennie. Lalisa mengatakan bahwa istrinya sangat ingin bertemu denganmu, dia mencoba menghubungimu tetapi kau telah mengganti nomor ponselmu, eomma hanya bisa memberi saran, temuilah sahabatmu tetapi jangan memulai apa yang sudah berhenti, kau pasti tahu maksud eomma, kan?" Sambung sang ibu memberitahu.

Jennie masih terdiam, dia memejamkan kedua matanya yang seketika membuat air matanya kembali mengalir.

"Terimakasih sudah memberitahuku, eomma. Tetapi aku sama sekali tidak ingin bertemu dengan mereka."

"Wae? Apa kau belum bisa melupakan Lalisa?"








.





.




.

To be continued




Continue Reading

You'll Also Like

438K 35.9K 35
Ketika seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai barista bernama Kim Jennie harus berurusan dengan seorang mafia kejam bernama Lalisa Manoban. Keh...
59K 2.9K 34
"Awalnya biasa saja dan tidak mempengaruhi ku bahkan mungkin aku terbiasa melihatnya di setiap scene di drama yang sering kulihat bersama lisa entah...
69.3K 6.4K 53
jangan libatin Lisa sama percintaan rumit kalian deh, kasian dia anak baik -Rose gue harus dapetin Lisa! -Jennie gue harus jauhin kucing oren dari Li...
77.4K 6.6K 54
#3 of Redvelvet from 25,1k #3 of Blackvelvet from 1,84k #4 of Chaelisa from 1,08k #2 of Chaelisa from 1,08k (22 juni 2021) "ajarin Somi, atau lu b...