waktu

Bởi FifihShry

430 160 107

Aruna, seorang balerina cantik harus terus membagi waktu antara belajar dan berlatih. Balet adalah sesuatu ya... Xem Thêm

PROLOG
W1 | Butuh lensa tambahan
W 3 | Pake uang bapak lo kan?
W 4 | Kak Vina?
W 5 | Tumben bola ubi Bun?
W 6 | Memang beda
W 7 | Si paling bestie
W 8 | Congratulangi, eh... Congratulation
W 9 | Jo's friend, right?
W 10 | Kesenjangan sosial
W 11 | Kayak preman gang
W 12 | Hendrik Wijadrino

W 2 | Sama Kata, dia sama saya

47 21 12
Bởi FifihShry

Mall

•••••

Di ruang UKS, Kata duduk di pinggir kasur. Sisi kanannya terdapat satu buah kasur lagi dengan gorden sebagai pembatasnya.

Kata mengamati pergerakan cewek di depannya yang mengambil kotak P3K dan sedang mencari alkohol dengan obat merah. Gadis itu juga mencari-cari keberadaan plester untuk menutup luka itu.

"Anak PMR kemana, sih, gak ada satupun yang stay," gerutu Aruna. Ia tidak mendapati satupun anak PMR yang menjaga UKS.

Tidak masalah jika bisa menemukan semua benda yang di butuhkan. Masalahnya, ia tidak bisa menemukan alkohol dan perban.

"Ck, gak ada alkohol sama plesternya," Keluh Aruna. Tangannya mengotak-atik isi kotak P3K dan berakhir menghentakkan benda itu ke meja.

Kata menarik sudut bibir, "Langsung kasih obat merah aja," ucapnya. Laki-laki itu mencoba mengambil obat merah dari tangan Aruna.

"Ntar infeksi!" Sergah Aruna, menjauhkan botol obat merah.

"Yaudah, cuci dulu aja, sini," Aruna menarik Kata keluar UKS menuju wastafel untuk mencuci luka Kata.

"Itu anak PMR," tunjuk Kata ke arah kiri.

Kepala Aruna tertoleh, benar di sana ada anak PMR. Dirinya meninggalkan Kata, berjalan cepat mendekati Widya-anak PMR yang di maksud Kata tadi.

"Widya. Plester sama Alkohol dimana? Gue butuh."

"Bentar, gue cari." Widya melewati Aruna kemudian Kata dengan berlari-lari kecil masuk ke dalam UKS. Tangannya mengarah ke satu laci di bagian belakang kasur, mengambil alkohol dan plester yang di inginkan Aruna.

"Nih."

Aruna mengambil alkohol dan plester dari uluran Widya, dia membuka tutup botol alkohol dan menuangkannya ke kapas.

"Ehh—," pergerakan Aruna terhenti saat akan mengoleskannya pada Kata. Kepalanya mendongak dan menatap lurus ke arah Widya.

Widya menyengir, "Gue aja, Ru. Pliss."

Aruna tanpa penolakan menyerahkan bend di tangannya ke Widya. "Oke, lo aja." Kata yang melihat itu terkejut dan membulatkan mata.

"Lo aja," ucap Kata menunjuk Aruna. Kedua gadis itu menatap Kata bersamaan.

"Dia aja, Ka, dia anak PMR," jawab Aruna tak acuh. Gadis itu memberikan alkohol ke tangan Widya.

"Gue bisa sendiri," tolak Kata.

"Kayak bisa aja. Pas kena seragam ngomel-ngomel. Udah, sini Wi, gue aja."

Widya masih memandangi wajah Kata yang tampak cemberut. Tak di pungkiri, Widya sedang terpesona sekarang. Hidung mancung, bulu mata yang panjang, kaca mata, kulitnya yang putih, rahangnya tegas.

Sungguh sempurna wajahmu Kata.

"Wi," panggil Aruna.

Widya tersadar, ia langsung menyodorkan kapas di tangannya kepada Aruna. "Ya–yaudah, nih. Bye bye Kata."

"Perawatan dari gue mahal, bayar lo," ketus Aruna sambil mengoleskan kapas yang sudah diberi alkohol, meneteskan obat merah, meniup luka agar tidak terasa perih dan menempelkan plester.

Jemari kanan Kata menyeka helai rambut Aruna yang sedikit menutupi mata gadis itu. Ia memegangi rambutnya, cewek di depannya fokus dengan luka, dan kata terus fokus dengan wajah Aruna.


•••••


Aruna duduk di dalam kamar, memandangi dinding dan di temani latihan soal yang tergeletak di atas meja. Ia melamun dengan memutar memori hari itu. Aruna tidak bisa tidak mengingat kejadian sehari yang lalu, hari di mana seharusnya dia perform balet di depan juri. Yang nyatanya dia berjalan di dalam mall dan bertualang menyelami store yang ingin Jo datangi. Laki-laki berkacamata dengan sebuah paperbag di tangannya itu datang menghampiri Aruna yang sedang stuck berjalan di depan Zara store.

"Makan dulu, ya. Gue laper." Jo memelas kepada Aruna. Gadis itu ingin menuju sebuah kafe untuk bisa mengisi perutnya.

"Aru-," panggil Kata. Aruna dan Jo menoleh ke sumber suara. Langkah kaki yang akan menuju ke kafe terhenti. Mata Aruna menangkap seorang laki-laki yang menuju dirinya.

Laki-laki itu mematri langkah demi langkah mendekati Aruna yang berdiri di ambang pintu Zara store.

"Bonekanya buat lo, Ru," ucap Kata. Cowok yang memakai kemeja hitam polos dengan masker yang menutupi wajahnya itu menyerahkan boneka berbentuk bintang ke arah Aruna.

Mata Aruna membulat, tidak di pungkiri, kegundahan di hati Aruna sedikit mereda, walau dentuman-dentuman di rongga dadanya masih terus berlangsung.

"Jo, ini Kata," terang Aruna memperkenalkan Kata kepada Jo.

"Ohh Kata, yang kemarin lo ceritain itu, 'kan, yang peringkat pertama berturut-turut" Jo menaik-turunkan alisnya seraya menyengir menghadap Aruna.

Aruna tidak mengubah ekspresinya menjadi kesemsem atau salting seperti yang di harapkan Jo. Gadis itu menatap Jo kemudian beralih ke Kata yang berdiri masih dengan senyum simpul setelah melepas masker yang menutupi sebagian wajahnya.

"Iya, dia Kata, Jo," sahut Aruna tenang.

"Kata," ucap Kata sambil mengulurkan tangannya.
Jo menyambut jahat tangan Kata. "Jo Gabriel."

"Gue ikut kalian jalan boleh gak, Ru?" Tangan Kata meraih dan menautkan jemarinya dan jemari Aruna kemudian melepaskan masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Sontak Aruna langsung menatap Kata. Minta ikut? Monkey! Gadis itu langsung menolak mentah-mentah permintaan Kata. Menyuruh cowok itu pulang setelah mengucapkan terima kasih atas pemberiannya. Walau Aruna tidak tahu, atas dasar apa Kata memberikan boneka itu untuknya.

"Saya meminta Anda pulang, Tuan Kata."

"Anak pinter gak boleh main sama anak bodoh, ya! Ini kenapa lagi pegang-pegang." Aruna menghempaskan genggaman tangan Kata dengan kasar.

Kata terkekeh melihat wajah Aruna yang tertekuk.

"Pegang tangan pacar, salah?"

Aruna memukul kepala Kata, "Gue bukan cewek lo, anjir."

Sekali lagi, Kata tertawa melihat Aruna. Ia juga tertawa karena Jo sepupunya melihat interaksi keduanya dengan senyum-senyum.

"Masa sih, bukan? Tuh boneka hadiah jadian, kan?" Jo menimpali. Gadis dengan kuncir kuda itu menelisik sepupunya.

"Gak."

"Yang bener," goda Jo.

"Dih."

"Mending pergi sekarang deh, Ta, ganggu banget!" gerutu Aruna. Tangannya menggenggam paperbag dari Kata.

"Iya deh, Nona. Gue pulang." Kata menurunkan vokalnya di akhir kalimat, berbisik dan menatap lekat ke dalam retina Aruna. Tak lupa tangannya itu mengusap puncak kepala Aruna.

"Itu bukan pacar namanya?"

Aruna tersadar, menggelengkan kepala yang terasa berat akibat terlalu lama menunduk dan membaca deretan kalimat dari soal. Matanya pun mengelilingi ruangan untuk mencari di mana keberadaan boneka pemberian Kata tadi.

"Anjir, bonekanya di taman." Aruna memegangi kepalanya yang-sumpah beribu Tuhan, berkali-kali lipat terasa berat.

Send a picture.

Ini boneka bayaran buat perawatan kemarin. Kalo gak mau, ya gapapa.

Maaf nona, boneka Anda telah di tarik. Anda terlambat mengambilnya.

Aruna tidak membalas pesan Kata. Malas untuk mengetikkan beberapa kata dan kalimat.

•••••

"Lo masih sedih, kan?"

Aruna melebarkan mata terkejut atas kedatangan seseorang yang tiba-tiba, tangan kanannya menggantung di udara seakan ingin menjabat tangan.

"Lah, bisa masuk?"

Belum sempat Kata membuka suara, tangan gadis itu cekatan menarik si cowok masuk ke dalam rumah.

"Masih sedih?"ulang Kata. Kepalanya menunduk menatap netra Aruna.

"Jawab anj-sayang."

"Mending lo panggil gue anjing aja daripada sayang sayang gitu," gerutu Aruna.

"Kata?" Wira turun dari arah tangga. Ia muruni tangga dengan satu persatu. Kaca matanya lekat, wajah nya tegas dengan sudut bibir sedikit terangkat.

Kata memutar tubuh, "Ah iya om." Cowok itu menyalimi punggung tangan Wira. "Kata mau jemput Aruna, Om. Mau belajar di perpustakaan."

"Bener kamu mau belajar Aruna?" selidik Wira. Pria itu menatap Aruna penuh intimidasi. "Atau mau jalan-jalan, mau balet-,"

"Enggak, Pa." Potong gadis itu.

"Minggu kemarin kemana kamu? Les bolos, jalan-jalan sama, Jo? Papa susah mau percaya." Ucap Wira dengan helaan napas di akhir kalimatnya.

"Minggu?" gumam Kata, diirnya khawatir sekarang.

Perform Aruna bentrokan dengan les? Minggu kemarin dia ke mall? Apakah tidak izin?

"Sama Kata Om Arunanya minggu kemarin."

•••••

Sesuatu yang tidak pernah dan tidak akan pernah berubah dari sosok Kata adalah kebaikannya yang teramat sangat terasa untuk Aruna. Sifat baik yang ada di dalam diri Kata sungguh menyentuh relung Aruna. Tetapi benar kata orang, baik memang tidak jauh beda dari namanya tolol. Cowok itu mengambil alih seluruh kesalahan Aruna saat dirinya di marahi Wira karena membolos jadwal les minggu kemarin.

"Kali ini gue bisa bantu, lo, Ru." Kata menggeser tubuhnya untuk duduk lebih dekat dengan Aruna. Sekarang mereka tengah duduk di pinggir dermaga, tempat Aruna suka melihat langit bersama bintang.

Aruna membalasnya dengan dengusan kesal, "Ya habis gimana? Gue harus minta izin, iya?" Aruna nyolot.

"--yang ada di gebuk." Tukasnya.

•••••

TBC

24 feb 2023

Tinggalkan jejak

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

3M 152K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
851K 64.4K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
757K 10.4K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
5.5M 309K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...