NAVYA: Secreet Wife

By admla_

73.5K 5.8K 1.6K

-Don't forget follow, vote, and comment! -Don't copy my story! Jangan jadi plagiat kalau ingin mempunyai kary... More

PROLOG
NSW: Teman Lama
NSW: Permintaan Agnes
NSW: Samuel Marah
NSW: Sorry
NSW: Hilang?
NSW: Kembalinya Queen Of Darkness
NSW: Keluarga Psikopat
NSW: Tuan Samuel
NSW: Navya Cemburu?
NSW: Family Time
NSW: Teman Lama (2)
NSW: Kecurigaan Sean
NSW: Kedatangan Amberly
NSW: Klinik
NSW: Don't Leave Me
NSW: Sick
NSW: Malam yang indah
NSW: I'm Here
NSW: Apapun Untuk Keluarga
NSW: Tingkah Konyol Regal
NSW: Kedatangan Cegil
NSW: Sebuah Informasi
NSW: Duo Spy
NSW: Pilihan Yang Berat
NSW: Wait For Me
NSW: Terungkap
NSW: Terasa Asing
NSW: You're Still My Princess
NSW: Peace
NSW: The Best Parents
NSW: Jangan Hina, Camila
NSW: Samuel vs Dua Ipar
NSW: Posesif Dad
NSW: I Hated That Incident
NSW: Shinning Day

NSW: Bersama Papa

2.3K 197 5
By admla_

05.30 AM

Samuel keluar dari kamar mandi. Pria itu mengerutkan keningnya melihat Navya yang sudah rapih dengan pakaiannya. Samuel menghampiri Navya, ia menepuk pundak sang istri yang membuat Navya terlonjak kaget. "Astaga, kamu ini bikin kaget aja...." ujar Navya.

"Maaf sayang. Kamu mau kemana? kok rapih banget pagi ini," tanya Samuel penasaran.

Navya tersenyum tipis, dia memasuki keperluan yang harus dia bawa. Handphone, powerbank, dan juga lipstik. Wanita itu kembali menatap suaminya. "Aku ada urusan, sama Mila kok perginya," jawab Navya.

"Mau ngurusin berkas buat magang?" tebak Samuel.

"Iya. Kamu gapapa aku tinggal?" ucap Navya.

Samuel mengangguk pelan. "Gapapa. Tetapi kayaknya kamu lupa sesuatu deh. Hari ini kita harus daftar Agnes sekolah loh," kata Samuel yang membuat Navya terdiam.

Navya menepuk jidatnya. Dia benar-benar lupa kalau hari ini harus daftarin anaknya masuk sekolah. Samuel yang melihat reaksi istrinya pun menangkup pipi Navya. "Hey, aku tau kamu lagi sibuk buat pendidikan kamu. No problem sayang, aku bisa urus semuanya sendiri kok. Kamu selesaikan aja berkas-berkas yang disuruh dosen kamu, biar hari ini aku yang urus Agnes," ungkap Samuel lembut.

"Maafin aku ya. Maaf aku ngerepotin kamu." Navya menundukkan kepalanya.

Samuel menggelengkan kepalanya cepat. "Nggak ada yang direpotin. Agnes anak aku, nggak masalah aku harus ngurus dia," ujar Samuel.

"Okay, sampein permintaan maaf aku ke Nesa ya. Aku jalan sekarang, kamu hati-hati ya." Samuel mencium kening Navya lembut.

Navya menyalimi Samuel. "Takecare sayang. Jangan ngebut ya bawa mobilnya, perlu dikawal?" Ia menggeleng pelan sebagai penolakannya.

"Iya, bye..." Navya pun berjalan keluar dari kamarnya.

Samuel melangkah menuju balkon, dia membuka pintu balkon. Dari atas Samuel melihat Navya yang baru saja keluar dari dalam mansion dan masuk ke dalam mobil. Tak lama mobil yang dibawa Navya pun keluar dari perkarangan mansionnya.

Pandangan Samuel tak teralih sedikit pun dari mobil Navya. Samuel tau kalau sebenarnya Navya itu berbohong kepadanya. Karna yang dia tau kalau hari ini tidak ada pengurusan berkas buat magang, dan setau Samuel hari ini semua dosen sedang di liburkan.

Samuel memejamkan matanya. "Apa yang kamu lakuin, Nay? Kenapa kamu nggak jujur sama aku?" gumam Samuel.

Ia kecewa dengan tingkah sang istri. Samuel menghela napas panjang, bisa saja dia katakan hal yang dia tau kepada Navya. Namun, ia tak mau ada keributan di antara mereka berdua. Dan Samuel, tak mau mengikuti egonya.

Kalau Samuel mengikuti egonya, dia pasti akan terpancing emosi.

Samuel kembali masuk ke dalam kamarnya, dia memilih untuk pergi keluar kamar dan menyiapkan berkas-berkas yang harus dibawa untuk pendaftaran Agnes masuk sekolah.

Diluar kamar ada maid-nya. "Maaf tuan, di depan ada Tuan Jordan yang datang mencari anda," katanya dengan sopan.

Samuel mengangguk. "Suruh dia tunggu. Saya ingin membangunkan putri saya," ucap Samuel yang langsung pergi ke kamar Agnes.

Ceklek

"Nesa..." panggil Samuel.

"Papa," ucap Agnes yang ternyata sudah bangun.

Samuel tersenyum. Agnes merentangkan tangannya dan langsung disambut oleh Samuel. "Tumben sudah bangun?" kata Samuel lembut.

"Hali ini kita au daftal cekolah," ucap Agnes dengan nada cadelnya.

"Bukan sekolah sayang, tetapi taman bermain. Disana kamu belajar sambil main, paham?" Agnes mengangguk paham dengan ucapan sang papa.

Samuel yang teringat dengan kedatangan tangan kanannya pun keluar ke kamar Agnes. Pria itu masih menggendong putrinya, dia turun ke bawah menggunakan tangga. Agnes yang berada dalam mode manja pun menyenderkan kepalanya di dada Samuel.

Dibawah sudah ada Jordan dan putranya yang datang pagi-pagi ke rumah Samuel.

"Selamat pagi, Jordan," celetuk Samuel yang menyapa tangan kanannya.

Jordan tersenyum. "Pagi Tuan."

"Silakan duduk." Samuel duduk di salah satu sofa, begitu pun dengan Jordan dan putranya.

Agnes turun dari gendongan sang papa, dia menghampiri anak dari Jordan. "Hai, nama kamu ciapa?" tanya Agnes.

Anak laki-laki itu tidak menjawab. Dia hanya menatap Agnes tanpa berniat menjawab sapaan dari Agnes. Jordan yang melihat itu pun langsung menegur putranya. "Melvin!"

"Melvin," jawab Melvin pelan.

Agnes mengerucutkan bibirnya kesal. "Kamu combong," kesal Agnes yang langsung pergi menghampiri sang papa.

Samuel terkekeh pelan. "Maafkan atas sikap anak saya, Tuan Samuel," ucap Jordan.

"Tidak apa-apa, Jor. Namanya juga anak-anak," kata Samuel lembut.

Jordan mengeluarkan berkas-berkas yang dia bawa atas perintah dari Samuel. "Ini semua berkas yang anda minta, Tuan," ucap Jordan.

Samuel menerima berkas tersebut. "Terima kasih. Berkas ini sangat penting untuk mendaftarkan putri saya masuk taman bermain."

"Nona Nesa akan sekolah?" tanya Jordan.

Samuel mengangguk. "Iya. Belajar sambil bermain. Saya hanya tidak mau merepotkan orang tua saya jika harus mengurus Nesa disaat saya dan istri sedang sibuk. Hitung-hitung Nesa bisa mempunyai banyak teman," jawab Samuel dengan mengelus rambut Agnes yang lembut.

Jordan melirik kearah putranya. "Kamu mau sekolah juga?" tawar Jordan.

"Loh, iya, kan Melvin seumuran sama Nesa. Beda empat bulan doang, kan? Sekolah aja bareng Nesa, Jena nanti," ucap Samuel yang setuju kalau anak dari tangan kanannya.

Melvin menatap sang papa. "Elvin ikut papa aja," ujar Melvin.

Jordan tersenyum senang. "Baiklah, kamu sekolah bareng Nona Nesa ya? Jagain dia juga nanti."

"Tidak usah terlalu formal, Jor. Kalau diluar kantor kamu anggap kami semua adalah keluarga. Saya sudah anggap kamu bagian dari keluarga Narendra, kamu kepercayaan kami," pungkas Samuel.

Mendengar hal itu Jordan hanya tersenyum. Dia merasa kalau keluarga Narendra memang sudah menganggap dia lebih dari seorang atasan dan bawahan. Namun, Jordan tidak mau terlalu mengharapkan apapun dari mereka. Dia hanya ingin bekerja demi anak dan keluarganya saja.

Sedangkan di tempat lain Navya yang baru saja menjemput Mila. Kedua wanita itu berada di perjalanan menuju suatu tempat. Mila menatap sahabatnya yang tengah menyetir. "Nay, lo izin ke Samuel dengan jujur atau bohong?" celetuk Mila.

"Gue nggak mungkin jujur ke, Sam. Lo tau sendiri suami gue gimana?" ucap Navya tanpa menatap kearah sahabatnya.

"Tetapi Samuel pasti tau lo bohong. Suami lo bukan orang biasa, gue takut dia tau rencana kita," kata Mila.

Navya mengangguk pelan. "Kalau itu gue yakin juga. Cuman gue bakal berusaha supaya Samuel nggak tau rahasia kita selama ini, lo percaya sama gue. Mereka nggak akan tau sebelum semuanya selesai, okay?" tutur Navya lembut.

"Iya, Nay. Semoga aja ya, gue belum mau Sean tau soal masalah kita," ucap Mila kepada sahabatnya yang khawatir kalau kekasihnya tau masalalu mereka berdua yang selama ini mereka tutupin.

Navya tersenyum tipis. Dia kembali melajukan mobilnya menuju suatu tempat yang sangat jauh dan sulit untuk dijangkau.

*********

Samuel turun dari mobil Alparhd hitam miliknya dengan Agnes yang berada dalam gendongannya. Dibelakang ada mobil Farhan dan juga Arletta. Pasangan itu ikut untuk mendaftarkan anak mereka di taman bermain.

Agnes menatap sang papa. "Mama kok nda ikut?" tanya Agnes dengan raut wajah sedih.

"Mama lagi ada urusan sayang. Nesa sama Papa dulu, ya? Nanti kita beli mainan," sahut Samuel dengan membujuk anaknya.

"Othe."

Samuel menatap kearah Jordan yang ikut juga bersamanya. "Jor, kamu sudah urus pertemuan saya dengan kepala sekolah dan guru di sini?" ucap Samuel.

Jordan mengangguk. "Sudah Tuan. Semua sudah saya urus sesuai dengan perintah yang anda sampaikan," kata Jordan.

"Baiklah, ayo."

Farhan menghampiri sahabatnya dengan Jena yang berada di gendongannya. Letta yang disebelah suaminya dengan menggandeng tangan Farhan. Letta menatap sekolah yang akan mereka daftarkan untuk Jena.

Letta tersenyum senang. "Bagus. Not bad sekolahnya," ujar Letta kepada suaminya.

"Pilihan Samuel ini," sahut Farhan. Letta mengangguk paham.

"NESA!!!" Pekik Jena yang memanggil Agnes.

Agnes tersenyum senang. "Kak Jena," sahut Agnes.

Samuel menatap sahabatnya. Letta mengerutkan keningnya. "Loh, Navya nggak ikut?" Letta tak melihat keberadaan sahabatnya.

"Dia ada urusan," ucap Samuel.

Letta mengangguk paham. Mereka pun masuk ke dalam sekolah untuk bertemu dengan kepala sekolah dan guru yang ada di sekolah.

Sedangkan ditempat lain Navya dan Mila baru saja tiba ditempat tujuan mereka. Mila menatap sebuah rumah yang jauh dari permukiman, jauh dari kota. Rumah yang berada ditengah-tengah hutan. Mila menatap Navya dengan bingung.

"Lo yakin ini tempatnya?" celetuk Mila.

Navya mengangguk. "Pondok Langitan. Ini tempatnya," ujar Navya.

"Terus di mana orangnya?" tanya Mila.

Navya menatap sekitar mereka. Tempat dimana orang-orang sedang latihan taekwondo. Navya melihat satu orang yang dia cari-cari. "Itu dia." Navya menunjuk ke salah satu orang.

"AL!!!" Panggil Mila.

Seorang pria menatap kearah sumber suara di mana namanya disebut. Dia mengerutkan kening melihat ada dua wanita datang ke pondoknya. Pria itu melangkah mendekat menghampiri Navya dan Mila.

"Kalian siapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan sopan.

"Kita temen lo waktu smp. Gue Navya, ini Camila. Ingetkan?" ucap Navya.

Pria itu berpikir sejenak untuk mengingat masa-masa sekolahnya dulu. Ia tersenyum. "Oh, kalian. Apa kabar? Sudah lama banget kita nggak ketemu, kan?"

Navya dan Mila tersenyum. "Kita baik."

"Eh, ayo masuk. Kita ngobrol di dalam aja," ajak Al.

Keduanya mengangguk pelan. Mereka pun masuk ke dalam pondok mengikuti langkah Al dari belakang. Navya menatap sekitar pondok yang ramai dengan anak-anak yang latihan. Tempat yang sejuk, dan udara yang adem tidak ada polusi apapun.

Ketiganya duduk dikursi yang terbuat dari rotan. Navya menatap teman lamanya yang ada di hadapannya.

"Oke, jadi apa tujuan kalian kesini? Tempat ini kan jauh dari kota," ucap Al bingung.

Mila berdeham pelan. "Al, lo tau? Freddy udah keluar dari penjara," celetuk Mila.

Bola mata Al terbelalak. "Freddy abangnya si Abel?" tebak Al.

"Iya. Lo masih inget dia, kan, Al?" ujar Navya.

Al mengangguk pelan. "Jelas gue ingat. Dia salah satu orang yang hingga detik ini gue benci," ucap Al tanpa menatap kearah Navya dan Mila.

Navya dan Mila saling melemparkan tatapan. Navya menghela napas panjang mendengar ucapan Al barusan.

"Gue butuh bantuan lo. Freddy sudah keluar dari penjara, dan gue yakin dia punya tujuan dan maksud tersendiri. Lo paham, kan, Al?" jelas Navya.

Al mengangguk paham. "Gua paham, Nay. Lo tenang aja, gue bakal bantu kalian. Untuk sementara gue bakal ikut lo berdua ke Jakarta, tetapi gue harus minta izin dulu ke keluarga gue yang ada disini," pungkas Al.

"Okay. Makasih ya Al." Mila dan Navya bernapas lega mendengar ucapan Al yang ingin membantu keduanya.

Al pun bangkit dari duduknya dan pergi ke dalam menemui keluarganya. Navya menatap Mila dengan tersenyum manis. "Lo tenang aja, semuanya akan berjalan dengan lancar," tutur Navya lembut.

Mila tersenyum. Dia memegang telapak tangan sang sahabat. Navya mengeluarkan ponsel miliknya, sudah jam makan siang. "Mil, gue telpon suami gue dulu ya." Mila mengangguk pelan.

Navya bangkit dari duduknya dan berjalan keluar mencari sinyal.

Sedangkan ditempat lain Samuel tengah makan siang bersama dengan putrinya disebuah restoran. Samuel menatap Agnes yang tengah makan dengan lahap tanpa dia suapin atau paksa makan sendiri. Samuel tersenyum tipis.

Drettt...drettt....dretttt

Ponsel Samuel berdering. Pria itu melihat sambungan video call masuk dari Navya. Samuel tersenyum dengan cepat dia mengangkat video call dari istrinya. "Hai sayang," ucap Samuel.

"Hai, Sam. Kamu lagi makan siang? Mana Nesa? Aku kangen deh sama dia."

Samuel mendengus kesal. "Nesa doang nih? Aku nggak?" ucap Samuel yang pura-pura kesal.

Disebrang sana Navya terkekeh pelan. "Iya, aku juga kangen kamu. Sudah mana Nesa?"

Samuel menatap putrinya. "Nesa, nih mama mau ngomong sama kamu," panggil Samuel.

Agnes melirik kearah sang papa. Anak itu langsung bangkit dari duduknya dan duduk di pangkuan sang papa. Agnes tersenyum melihat wajah mamanya yang muncul dilayar ponsel. "MAMA!!!"

"Hai sayang. Nesa lagi makan ya sama papa?"

"Iya, mama kemana? Kok nda temenin Nesa cama papa," tanya Agnes.

Navya tersenyum lembut. "Maaf ya sayang. Mama lagi ada urusan, tetapi nanti mama pulang kok. Besok mama bakal main sama Nesa, okay?"

Agnes mengangguk pelan. "Janji ya ma?"

"Iya princess."

Ekhmm, Samuel berdeham pelan. "Asik ya, papa dicuekin," sindir Samuel.

Agnes mendongakkan kepalanya. "Papa malah?" kata Agnes dengan nada cadel.

"Nggak kok. Sudah lanjut," ucap Samuel.

Navya terkekeh pelan. "Sudah dulu ya, nanti mama pulang. Nesa jangan buat papa susah ya, Nak!" tegas Navya.

"Iya mama."

Sambungan telpon pun terputus. Samuel meletakkan ponselnya diatas meja. Dia menatap Agnes. "Sudah makannya?" anak itu mengangguk pelan.

Agnes menyenderkan kepalanya di dada bidang sang papa. "Papa jadi beliin Nesa mainan, kan?" Samuel tersenyum. "Jadi dong. Ayo kita beli mainan yang banyak," ujar Samuel.

Pria itu bangkit dari duduknya dengan menggendong Agnes. Samuel pergi menuju kasir untuk membayar makanannya. Dikasir dia bertemu dengan seorang gadis yang membuat moodnya berantakan.

"Hai, Sam. Kebetulan banget ya kita ketemu disini," sapa Tarisa.

Samuel memutarkan bola matanya malas. Dia mengeluarkan kartu debit miliknya dan memberikan kepada pegawai kasir. "Saya bayar makanan di meja nomor duabelas," celetuk Samuel.

Tarisa memegang lengan Samuel. Melihat itu Agnes langsung memukul tangan Tarisa. "Tante nda copat. Nda boyeh pegang-pegang tangan papa! Nanti athu aduin mama ya," ancam Agnes.

Mendengar hal itu Samuel tersenyum.

"Ini anak kamu? Lucu banget ya," kata Tarisan dengan mencubit pipi Agnes.

"HIKSS PAPA!!! TANTE INI NAKAL, DIA PEGANG-PEGANG PIPI NESA!!!" Jerit Agnes lantang.

Samuel menatap tajam Tarisa yang membuat anaknya menangis. "Berani banget lo sentuh anak gue! Gue ingetin ya, jangan pernah lo sentuh anak gue. Virus, bisa-bisa anak gue kena virus gatel lo itu!" tungkas Samuel tajam.

Tarisa yang mendengar itu terdiam. Gadis itu menatap kepergian Samuel yang sudah keluar dari restoran. Tarisa tersenyum tipis. "Kita lihat aja nanti. Lo bakal bertekuk lutut ke gue, Samuel Narendra," gumam Tarisa pelan.

*********

Jakarta, 23.00 PM

Tepat pukul sebelas malam Navya baru saja tiba di rumahnya. Navya menaiki tangga satu persatu dengan perlahan. Ia sudah sangat lelah. Perjalanan jauh, ditambah ketika menuju Jakarta tadi dia terjebak macet. Baru sampai di rumah Mila pun jam sepuluh malam, lalu jarak dari rumahnya dengan Mila sangat jauh.

"Nay, kamu sudah pulang?" celetuk Samuel yang baru saja keluar dari ruang kerja.

Navya melirik kearah sang suami. Dia memeluk tubuh Samuel dengan erat. "Hai, kamu lembur?"

"Iya sayang. Kamu kok malam banget pulangnya? Nesa nungguin kamu loh," ucap Samuel yang kasian melihat putrinya menunggu sang istri pulang.

Navya lepaskan pelukannya. Dia menatap wajah sang suami dengan rasa bersalah. "Maafin aku ya," gumam Navya.

"Gapapa sayang. Ayo masuk, aku pijitin. Kamu pasti capek banget, kan?" tawar Samuel.

Navya menyipitkan matanya. "Bukan pijit plus-plus?" Samuel terkekeh pelan mendengar ucapan Navya. "Nggak sayang, paling remasan kecil doang," bisik Samuel pelan.

Mendengar hal itu Navya mencubit pinggang suaminya dengan erat. "Mesum," ketus Navya.

Cup

Samuel mencium bibir Navya singkat. "Bercanda sayang. Ayo, kita masuk," ajak Samuel dengan merangkul pundak Navya.

***********

Hai, long time no see. Lama ya? Sorry ya, semoga suka dengan bab baru.

50 vote, 20 komen aku bakal update secepatnya.

Jangan lupa follow @ameliandhra @wp.ayananadheera @navyabeatarisa_ @samuelnarendra_ @ccmla_z @seanmlvn @gal.hrnndz @bastiancromwell @farhansnjya @arlettanica @gang_devilsangel

See you next part!!!







Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 35.9K 31
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
122 53 24
𝑀𝑎𝑟𝑖𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑑𝑖𝑛𝑒 𝑉𝑖𝑒𝑛𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑖 𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑎𝑙ℎ𝑎𝑙𝑙𝑎 𝐻𝑖𝑔ℎ 𝑆𝑐ℎ𝑜𝑜𝑙. 𝑁𝑎𝑚𝑢𝑛 𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑠𝑎�...
12.9K 496 11
NOVEL TERJEMAHAN [ Terjemahan google no edit ]
783K 74.8K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...