Ending [Vmin] ✔

By Keripikpisang__

6.3K 392 23

❛❛ Jimin dikutuk untuk menerima karma orang tuanya ❜❜ __Vmin;Brothersip. || SELESAI ✔|| #7 Jimin... More

PROLOG
2|| you're name
3 || Tempat misteri
4|| Andai aku ikut mati
5|| Taehyung dan dendamnya
6|| Jimin pantas dihukum
7|| Tawanan Tampan
8|| Aeri si guru lukis
9|| Penyupus ruangan
10|| Dalang peristiwa
11|| Perasaan yang hilang
12|| Perubahan Taehyung
13|| something wrong
14 || You'll be fine
15|| Pria asing
16 || Siapa dia?
17|| Sesuatu yang baru
18|| Mantan kekasih
19|| Gulungan kertas lagi
20|| Sekilas masa lalu
21 || Anggota baru mereka
22 || Dunia dan lukanya
23 ||Something missing
24 || Misi penyelamatan
25 || Tetaplah hidup
26 || Kasus terungkap
27 || Rona merah jambu
28 || Stay Together
29 || Ajakan kencan
30 || Lebih lama didunia
31 || Tertangkapnya pelaku
32 || Senja Terakhir
33 || Dia yang pergi [END]
EPILOG

1|| Tentang luka Jimin

643 35 0
By Keripikpisang__


***

Taehyung mempunyai keluarga yang lengkap. Dia punya ayah, ibu, dan saudara perempuan bernama Mina. Keluarga kecil Taehyung selalu hidup bahagia sampai kedok ayahnya terbuka, yang ternyata memiliki perempuan lain selain ibunya. Sejak saat itu rumah yang dulu bukan lagi rumah bagi Taehyung. Keluarga kecil yang harmonis sudah lenyap ditelan waktu terganti dengan keluarga yang tak lengkap lagi.

Setelah tak lama kedok itu terbongkar, ayah Taehyung dan selingkuhannya kecelakaan mobil mengakibatkan keduanya meninggal dunia. Menyisakan anak selingkuhan pria itu yang masih selamat dari kecelakaan maut malam itu.

Saat itu Taehyung kira dia akan memulai hidup baru bersama sang ibu, dan saudaranya. sampai pemuda kecil dibawa masuk ke rumah oleh  ibunya. Pemuda kecil itu memandangi Taehyung kecil dengan polos sambil tersenyum.

"Halo namaku Jimin!" ucapnya dengan penuh semangat.

Taehyung geram. Dia tentu saja tidak Terima kehadiran Jimin apalagi untuk tinggal bersama nya. Namun ibunya mengatakan anak itu harus tinggal dengan mereka.

Belum lama Jimin tinggal dirumah itu, adik perempuannya meninggal dunia akibat tabrak lari. Saat itu juga, Taehyung merasa Jimin hanya kesialan yang dibawa Tuhan masuk kedalam hidupnya.

Dan saat itu juga Taehyung merasa harus segera menyingkirkan Jimin dari hidupnya dengan sang ibu.


-Rintik-riuh-

Jimin suka dengan coklat serta hujan. Kedua hal itu katanya berhasil membuat dirinya jatuh cinta dan berhasil menjadi obat disaat tidak ada penyembuh baginya. Namun sepertinya lain dengan Taehyung, pemuda itu tidak menyukai apapun apalagi tentang Jimin dia malah sangat benci.

Saat pemuda itu mengumpat kepada Jimin ataupun bahkan memukulnya Jimin hanya akan tersenyum dan tetap akan menyayangi Taehyung. Walau tidak tau kapan pemuda itu juga bisa menyayanginya selayaknya saudara kandung.

"Bocah sialan, buatkan aku susu!"

Jimin yang tengah melamun tersentak kaget saat Taehyung tiba-tiba saja datang menggebrak meja disampingnya. Namun tetap saja dia membalas hal itu dengan senyuman.

"O-ke, sebentar, kak." ucapnya.

Taehyung yang mendengar dirinya dipanggil "kakak" menatap tajam Jimin yang baru saja sadar bahwa Taehyung akan sangat marah bila di panggil seperti itu.

"M-maaf, tadi-"

Bruk!

Pukulan yang cukup keras berhasil membuat tubuh Jimin tersungkur ke pantai bahkan menabrak meja makan, itu membuatnya sedikit meringis kesakitan sebab kepalanya yang terbentur cukup keras.

Taehyung menghampiri Jimin lalu menarik kerah bajunya, "Inget yah, sampai mati pun lo nggak bakal pernah bisa jadi saudara gw!" lalu melepasnya dengan kuat.

Setelah mengatakan hal itu Taehyung segera beranjak dari sana. Jimin yang masih kesakitan mencoba bangkit dari lantai dan kemudian duduk di kursi makan sambil memegangi kepalanya.

"Sakit."

"Jimin! Cepat kesini!" panggil ibu.

"Iya bu!"

Dengan kepala yang masih berdenyut Jimin kembali bangkit dari duduknya dan berjalan pelan menuju ruang tengah. Disana sudah ada ibu yang berdiri memandanginya sambil melipat tangan.

"Ngapain ajah sih kamu? Taehyung bakal lambat kesekolah, sana cepet!"

Jimin mengangguk pasrah lalu mengambil tasnya, "Jimin pamit yang bu," pamitnya yang ingin salam tapi ibu menarik cepat tangannya.

Jimin hanya bisa tersenyum tipis kemudian berlalu dari depan ibu menuju pekarangan rumah. Diluar mobil sudah terparkir dengan Taehyung yang sudah duduk manis  didalam mobil.

"Tae, nggak duduk di depan ajah?" tanya Jimin yang sudah memasuki mobil.

Namun taehyung tidak menanggapi sedikit pun dan masih fokus ke ponselnya. Setelah tak mendapatkan respon Jimin memilih untuk diam saja dan segera melajukan mobilnya dengan sedang.

Dia memang setiap hari harus menyetir untuk Taehyung, kata ibu dia memang pantas untuk menjadi supir. Tapi menurut Jimin itu bukan celaan untuk dirinya, dia masih beruntung karena masih bisa kesekolah.

"Woi berhenti disini!" ucap Taehyung.

Jimin mengerutkan keningnya, sebab sekolah masih sangat jauh jadi untuk apa Taehyung menyuruh Jimin berhenti.

"Kenapa, Tae?"

Taehyung berdecak sebal, "Udah kalau gw bilang berhenti ya berhenti! Banyak bacot lo!"

Karena paksaan dari Taehyung Jimin menghentikan mobilnya. Tempat itu cukup sepi dan Jimin kembali bertanya-tanya kenapa Taehyung ingin berhenti di tempat seperti ini.

Taehyung terlihat turun dari mobil kemudian berjalan menuju depan, "Turun!"

Jimin mengikuti perintah Taehyung dan segera turun dari mobil, "Kenapa, Tae?"

Taehyung tanpa menjawab mendorong Jimin dari dekat mobil dan masuk kedalam lalu menutup pintu dengan keras.

"Gw nggak sudi satu mobil sama lo!" ucapnya segera melajukan mobil dengan kencang.

"Taehyung! Tae!" teriak Jimin sambil mengejar mobil milik Taehyung.

Nihil, pemuda itu tidak akan berhenti hanya karena melihat Jimin yang mengejarnya. Saat melihat mobil sudah sangat jauh darinya Jimin memilih berhenti mengejar dan hanya menatap kendaraan itu dengan sendu.

Ini memang bukan pertama kalinya, itulah mengapa Jimin sebenarnya lebih suka kesekolah menggunakan angkutan umum atau ojek karena Taehyung yang selalu saja meninggalkannya di tengah jalan begini.

Masalahnya kali ini adalah hari senin dan dan dia harus pagi untuk upacara, di wilayah sekitar juga nampak sepi dan tidak ada kendaraan sama sekali yang lewat. Karena tidak ada pilihan lain Jimin memilih untuk berlari sembari menunggu siapa tau ada kendaraan yang bisa dia tumpangi.

"Jimin!"

Jimin menghentikan larinya dan menoleh kebelakang, mendapati pemuda yang tidak asing baginya. Jimin akhirnya bisa bernafas lega. Itu teman karibnya, jiwoo.

"Kenapa jalan kaki?" tanya Jiwoo menghampirinya.

Jimin hanya tersenyum, "Nggak papa."

"Ditinggalin Taehyung lagi kan?"

Jiwoo adalah satu-satunya teman Jimin yang paling tau tentang dirinya. Bahkan perlakuan dari Taehyung maupun ibunya dia sudah tau yang pasti membuatnya geram kalau tau Jimin dianiaya lagi oleh mereka berdua.

"Nggak papa, Ji. Lagian aku memang nggak pantes naik mobil bareng dia."

Jiwoo hanya bisa menghela nafas dengan pelan saat mendengar perkataan yang sudah tidak asing lagi itu keluar dari mulut Jimin. Entahlah, tapi Jiwoo tidak suka melihat Jimin yang terus-terusan pasrah dengan keadaannya saja.

"Bareng aku aja. Mau?" tawarnya kepada Jimin.

Jimin mengangguk riang,"Tentu saja, apalagi gratis."

Jiwoo tertawa tipis,"Dasar!"

Setelah Jimin naik keatas motor Jiwoo kembali melajukan motornya dengan sedang sembari bercapak-capak ringan dengan Jimin.

Kalau memang bisa dibilang, Jiwoo adalah sahabat yang selalu ada untuk Jimin disaat semua membencinya. Disaat tak ada lagi hal yang membuat Jimin bahagia akan selalu ada Jiwoo yang membuatnya tersenyum.

Jimin berfikir, Jiwoo sudah seperti saudara baginya. Tapi kalau bisa dia katakan dia juga ingin seperti ini dengan Taehyung. Setidaknya, dia bisa bercanda bersama atau makan bersama atau bermain game bersama. Namun Jimin fikir itu hanya angan-angan saja.

***

Karena tumpangan jiwoo, Jimin tidak terlambat dan tepat waktu datang kesekolah serta melaksanakan upacara dengan tepat waktu juga. Itu ternyata membuat Taehyung kesal sebab Jimin tidak dihukum padahal dia ingin melihat Jimin dihukum.

Taehyung dan Jimin tidak sekelas, sebab itulah terkadang sekelas Taehyung juga sering membully Jimin karena hasutan dari pemuda itu. Keduanya memiliki selisih 2 tahun, Taehyung kelas 3 SMA dan Jimin kelas 1 SMA. Walau begitu mereka berdua tetap terlihat seumuran.

Setelah pulang sekolah Taehyung berencana akan membuat Jimin mendapat masalah, setidaknya pemuda itu harus melihat Jimin menderita satu hari ini. Sama seperti dirinya dulu yang sangat menderita saat ayahnya memilih untuk bersama ibu Jimin. Taehyung sangat ingat dirinya yang menjerit memohon kepada ayah agar tidak pergi, disana umurnya baru 2 tahun sedangkan ibu Jimin sedang hamil besar, lalu ayahnya memilih Ibu Jimin.

Sepulang sekolah Jimin memilih untuk pulang menggunakan angkutan umum saja, sebenarnya Jiwoo mengajaknya untuk pulang bersama tapi Jimin tau ibunya tidak suka melihat Jiwoo jadi dia memilih pulang sendiri saja.

Drtt..

Drtt..

Saat sedang menunggu angkutan umum ponsel Jimin berdering didalam saku jadi segera dia keluarkan ponsel tersebut dan mengangkatnya. Sebelum menerima panggilan itu nama Taehyung terpampang jelas dilayar ponselnya.

"Kenapa, Tae?"

"Cepet kegang sebelah sekolah, kita pulang bareng gw tunggu disana."

Setelah mengatakan hal itu Taehyung langsung memutuskan panggilannya. Jimin mulai bertanya-tanya jarang sekali taehyung ingin pulang bersama dia, tapi kenapa sekarang malah dia yang mengajak pulang bersama.

Walau begitu Jimin tetap saja tersenyum, harapannya juga semakin tinggi kalau dia mungkin akan bisa akrab dengan Taehyung. Tanpa fikir panjang lagi pemuda itu segera ke gang dekat sekolahnya sesuai permintaan Taehyung.

Tapi setelah sampai harapannya kembali pudar, bukannya Taehyung yang didapati malah segerombolan anak motor yang sudah menunggu dirinya disana.

Kedua Tangan Jimin dipegangi, lalu salah satu dari mereka memukuli Jimin tanpa rasa kasihan. Bagaimanapun Jimin memohon agar berhenti, dirinya malah semakin dipukuli.

Setelah sudah babak belur geng motor tersebut segera pergi dari sana meninggalkan Jimin yang sudah tidak berdaya. Pemuda itu berusaha bangkit dari tanah lalu berusaha duduk di pinggir jalan dengan nafas tersenggal.

Tiba-tiba kepalanya berdenyut kuat, rasanya ingin pecah. Semuanya terlihat berputar dimata Jimin, seiring dengan kepalanya yang semakin sakit.

"Ibu, tolong Jimin. Ayah, ibu." rintih Jimin.

Kepalanya semakin berdenyut sakit, perlahan penglihatan Jimin mengabur membiarkan tubuh tak berdaya itu jatuh begitu saja ke tanah.

Kadang kala Jimin rindu ibu, ayah, saat dia tidak tau ingin mengadu kemana. Namun walau begitu dirinya tidak tau caranya bertemu kembali dengan kedua orang tuanya tersebut.

Semua ini hanya tentang luka Jimin yang tidak tau cara untuk mengakhirinya bagaimana.



TBC

Maaf kalau typo, dan alurnya jelek.

Continue Reading

You'll Also Like

8.3K 406 12
karena sebuah permainan konyol Alex mavelos pria tampan namun cenderung cantik harus terjebak dalam suatu permainan taruhan bersama teman para teman...
32.4K 2.9K 9
Bangtan akan pergi camping untuk merayakan ulang tahun Jimin, tetapi tiga hari sebelum rencana mereka terlaksana, Taehyung dan Jimin malah bertengkar...
8.6K 933 20
langsung baca aja kuy🤗🤗
19.3K 3K 39
Kasih sayang dan tuntutan yang tanpa di sadari menyebabkan sebuah masalah bagi kesehatan dan mental sang anak.