'SEVEN YEARS' (JENLISA GXG)

By jenmanoban2602

201K 18.2K 1.5K

"Bagaimana caraku untuk bahagia?" -Kim Jennie & Lalisa Manoban More

Prolog.
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30. (END)
Test.
ONE SHOT
New Story.

22.

5.1K 523 54
By jenmanoban2602

V O T E

&

K O M E N

*****

Dinding kamar sepasang istri dari Lalisa Manoban dan Park Chaeyoung seolah baru saja menjadi saksi bisu perselingkuhan yang terjadi antara Kim Jennie dan juga Lalisa.

Bahkan keduanya tak segan berhubungan intim di dalam kamar tersebut yang baru saja mereka selesaikan tiga puluh menit yang lalu.

"Bolehkah aku mengantarmu?" Tanya Lalisa kala melihat Jennie yang sudah memakai pakaian miliknya, sedangkan dirinya juga sudah memakai pakaian lengkapnya yang di bantu dengan Jennie sebelumnya.

Jennie menyanggul rambutnya dan tersenyum menatap Lisa yang tengah duduk di tepi ranjangnya. "Istirhat saja, kau masih sakit, sayang."

Panggilan sayang yang baru saja terlontar lembut dari mulut wanita bermata kucing dan bertubuh seksi tersebut mampu membuat kedua pipi Lalisa memerah, wanita jangkung itu mengulum bibirnya sendiri dan meraih tubuh Jennie hingga duduk di atas pangkuan Lalisa, dia mengecupi bahu Jennie dengan lembut.

"Tidak bisakah kau disini saja? Menemani diriku yang sedang sakit ini." Lalisa sedikit merengek yang membuat Jennie terkekeh gemas.

Dia sedikit menoleh kesamping dan mengecup pipi Lisa dengan lembut. "Tidak, aku tidak ingin membuat istrimu curiga jika aku tidak datang bekerja."

Mendengar kata seorang 'istri' membuat Lalisa hanya bisa menghelakan napasnya panjang.

"Aku berjanji akan mengurus semuanya." Ucap Lisa yang terdengar lirih.

Jennie mengelus tangan Lisa yang melingkar di perutnya, wanita itu memutuskan untuk beranjak dari pangkuan Lisa. "Cukup buktikan saja, aku tidak ingin kau terus berjanji padaku, tetapi aku juga tidak akan memaksamu." Gumam Jennie yang membuat Lisa menganggukan kepalanya.

Ia pun beranjak dari ranjangnya dan merengkuh tengkuk leher Jennie sebelum akhirnya bibir tebalnya mendarat bebas di bibir mungil milik Jennie, keduanya saling melumat lembut untuk beberapa menit lamanya, tidak ada kenapsuan di dalamnya seperti sebelumnya yang terjadi, ciuman itu hanya ciuman kasih sayang yang berusaha mereka salurkan.

Terputusnya benang saliva dari mulut keduanya menandakan bahwa keduanya baru saja menghentikan ciuman mereka masing-masing.

"Saranghae, Jennie-ya." Gumam Lisa lembut dengan dahi yang masih menempel di dahi milik Jennie.

Jennie tersenyum tipis. "Nado saranghae, Lalisa." Balasnya yang tak kalah lembut.

"Istirahat lah, tubuhmu masih terasa demam." Sambung Jennie menyuruh Lisa, lantas kepala Lisa mengangguk.

"Arrasseo, aku akan beristirahat setelah mengantarmu ke depan." Jawab Lisa yang membuat Jennie berdecak dan mendorong dada Lisa yang kini berhasil duduk kembali di tepi ranjang, dengan perlahan Jennie membaringkan tubuh Lisa lagi.

"Kau harus beristirahat, jangan membuatku marah, okay?" Ucap Jennie dengan tegas dan menarik selimut Lisa lalu menutupi tubuh Lisa.

Ia mengecup dahi Lisa dan mengelus pipi Lisa dengan lembut, sedangkan Lalisa, dia hanya bisa pasrah dan mengercutkan bibirnya. "Aku masih ingin bersamamu."

"Dasar manja, kau tidak pernah berubah sejak dulu jika sedang sakit." Kekeh Jennie yang baru saja mengungkit masalalu nya bersama Lisa.

Keduanya lalu terkekeh sebelum akhirnya Jennie meninggalkan Lisa untuk beristirahat sementara dirinya pergi menuju kantor tempatnya bekerja.

***

"Mommy! Kapan pulang? Aku dan daddy sangat merindukan, mommy!" Ucap gadis kecil itu kala video call baru saja tersambung dengan sang ibu.

Chaeyoung terkekeh dari sebrang sana menanggapi putri kecilnya. "Mianhae, baby. Mommy tidak akan pulang malam ini, pekerjaan mommy belum selesai, mommy juga sangat merindukan kalian." Jawab Chaeyoung dari sebrang sana, Alice melengkungkan bibirnya kebawah mendengar jawaban itu, sedangkan Lalisa yang tengah membaca sebuah novel yang cukup tebal di tangannya pun menutupnya kala mendengar jawaban sang istri dari sebrang sana, ia menyeringitkan kedua alisnya dan mengambil ponsel dari tangan Alice dengan lembut.

"Biarkan, daddy yang bicara pada mommy." Bisik Lisa pada putrinya yang membuat Alice mengangguk patuh dan menahan air mata nya yang akan terjatuh, gadis kecil itu tidak mengatakan apapun, ia kembali menonton film disney yang sedang Lalisa putar untuk dirinya.

Lalisa menarik napasnya sebelum dia mengarahkan kamera ponselnya kepada dirinya sendiri dan melihat sang istri di sebrang sana yang tengah melakukan olahraga treadmill serta handuk kecil mengalung di lehernya.

"Hubby! I miss you so much!" Tukasnya manja dari sebrang sana dan melengkungkan bibirnya kebawah, sedangkan Lisa menatapnya dengan tatapan jengahnya.

"You won't go home?" Lalisa bertanya dengan suara dinginnya.

Chaeyoung mematikan alat treadmill nya dan segera mengehelakan napasnya, dia mengelap keringatnya yang membasahi dahi dan lehernya serta membuka minuman penambah stamina itu yang sudah ia bawa.

"Yes! I really sorry about that.. aku masih banyak pekerjaan disini." Jawab Chaeyoung kala selesai meminum minumannya dan Lalisa menarik napasnya kesekian kali, setelah itu ia melirik sang anak yang sedang menonton dengan serius, dia mengelus rambut sang anak sebelum akhirnya ia mengecup sang anak dan meninggalkannya sebentar.

Lalisa memilih untuk menjauh karena ia tahu sebentar lagi dirinya akan berdebat dengan sang istri yang super sibuk itu.

"Besok adalah ulang tahun, Alice. Kau tidak bisa melupakannya begitu saja, kita sudah berjanji akan mengajaknya ke taman bermain." Ucap Lalisa dengan rahang yang mengatup keras dan wajah yang sudah memerah.

Di sebrang sana, terlihat Chaeyoung sedang menggigit bibir bawahnya dengan tatapan yang penuh dengan rasa gelisah, sepertinya dia memang melupakan hal itu.

"Hubby... Mianhae... Aku benar-benar melupakannya, aku berjanji akan menggantikan nya nanti, akan ku usahakan agar kita bertiga bisa pergi bermain." Ucap Chaeyoung dari sebrang sana berusaha untuk menenangkan perasaan Lalisa, namun sepertinya, hal itu hanya terlihat sia-sia, karena pada kenyataannya, Lalisa terlihat sangat kesal sekarang.

"Apa? Jadi.. kau benar-benar melupakan ulang tahun Alice?" Tanya Lisa dengan raut wajah yang tidak percaya, sedangkan Chaeyoung hanya bisa terdiam.

Lisa terkekeh dan kepalanya menggeleng. "Kau benar-benar....." Sambung Lisa yang langsung memutuskan teleponnya sedangkan di sebrang sana Chaeyoung berusaha memanggil nama Lalisa.

"Lalisa... Lalisa!"

Tut!

Telepon pun berhasil terputus yang membuat Chaeyoung mendengus sebal dan memijat pelipisnya, dia memutuskan untuk kembali ke kamar hotelnya berada, setelah berhasil di depan nomor kamarnya, wanita blonde itu membuka pintu kamarnya, ia membuka pintu kamarnya dengan kasar dan membanting pintunya cukup keras ketika dia menutupnya kembali.

"Kamchagi! ada apa denganmu?" Tanya seseorang yang berada di dalam kamarnya.

Chaeyoung masih menekuk wajahnya dan berjalan ke arah seseorang tersebut yang sedang berkutat dengan pekerjaannya, wanita blonde itu memeluk tubuh seseorang itu dan bersandar di dadanya. "Dia benar-benar selalu membesarkan sebuah masalah." Ujar Chaeyoung yang membuat seseorang itu menarik tubuh Chaeyoung dari pelukannya dan mengelus kedua pipi Chaeyoung dengan lembut.

"Lalisa maksudmu?" Tebak seseorang itu yang mendapat anggukan kepala dari Chaeyoung.

"Hmm, siapa lagi? Hanya dia yang menyukai pertengkaran." Chaeyoung mengadu dengan wajah yang masih menekuk dan membuat seseorang itu terkekeh lalu mencubit pipi Chaeyoung dengan gemas.

"Sudah, ada aku disini. Lebih baik kau bersihkan tubuhmu setelah itu kita bersiap makan malam." Ucapnya dengan sangat lembut yang membuat Chaeyoung menarik napasnya lalu menatap sang lawan bicara.

"Jisoo-ya, terimakasih karena selalu ada untukku selama dua tahun belakangan ini." Ucapnya sungguh-sungguh pada seseorang yang kini tengah duduk di sisi kanannya yaitu Kim Jisoo.

Selama dua tahun belakangan ini, memang keduanya selalu terlihat bersama, bahkan keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan dan tentu saja hal itu tanpa sepengetahuan Lalisa maupun Jennie.

Jisoo mengangguk dan mengecup bibir Chaeyoung dengan lembut, Chaeyoung membalas setiap lumatannya, ciuman yang sebelumnya lembut seolah berubah menjadi liar kala Jisoo memutuskan untuk memasukan lidahnya ke dalam mulut Chaeyoung dan lidahnya bermain di dalam mulut Chaeyoung.

"Kau akan ikut mandi bersamaku, hm?" Ujar Chaeyoung dengan tatapan menggodanya kala melepaskan ciumannya dan Jisoo menggigit bibir bawahnya gemas, ia menyeringai nakal sebelum akhirnya dia membawa Chaeyoung menuju kamar mandinya.

***

Jennie POV

Hangat, itulah perasaan yang kini sedang kurasakan kala melihat pemandangan yang berada di sisiku sekarang.

Suara canda dan juga tawa menggelengar di rumah kediaman keluarga kecil dari Lalisa Manoban, suara tawa tersebut berasal dari ia bersama putrinya yang sedaritadi sedang menonton sebuah film animasi bergenre komedi dan hal itu membuat keduanya tengah tertawa terbahak-bahak sekarang.

Ya, Lalisa menghubungiku dan mengatakan bahwa Chaeyoung tidak pulang malam ini dan Lisa memintaku untuk menemani Alice tertidur, tentu saja aku melakukannya dengan senang hati, karena bagaimanapun, Alice sudah ku anggap seperti putri kandungku sendiri dan aku sangat menyayangi gadis kecil itu.

"Popcorn telah tibaaaa." Gumamku sambil membawa satu wadah berisikan popcorn disana dan keduanya menoleh ke arahku, serta Alice bertepuk tangan dengan girangnya.

"Yeaaaay! Thankyou, aunty!" Ujarnya dengan sangat menggemaskan yang membuatku terkikik lalu mencubit pipinya sekilas.

"Kalau begitu, daddy sekarang yang akan membuatkan minuman untuk kalian berdua, ingin minum apa, hm?" Tanya Lalisa padaku dan juga sang buah hati tercinta.

Tatapannya sungguh menghangatkan perasaanku.

"Aku mau ice green tea, pleaseee." Ucapku lalu Alice meletakan jari telunjuknya di bawah dagunya dan wajahnya tampak berpikir sejenak.

"Bolehkah aku meminum yang sama dengan aunty J?" Tanya nya pada Lalisa yang membuat aku dan Lalisa segera terkekeh.

"Tentu, baby. Tunggu disini, daddy akan segera membuatkan pesanan kalian." Ujarnya sambil mencium dahi sang anak, kedua matanya melirik ke arahku lalu satu tangannya mengarah mengelus pipiku karena putrinya masih memunggiku yang membuat tangannya sangat bebas menjelajah di wajahku dan aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman manisku lalu dia beranjak dari sofa dan berjalan menuju dapur, aku dan Alicepun melanjutkan tontonan kami.

"Aunty, temanku ada yang mengatakan, jika seharusnya sepasang orang tua itu laki-laki dan perempuan, lalu menurut aunty, bagaimana dengan daddy dan mommy? Karena keduanya sama-sama perempuan." Setelah menonton beberapa menit, aku mendengar Alice bertanya yang membuat aku menoleh ke arahnya, kenapa dia menanyakan hal ini? Seharusnya Chaeyoung ataupun Lalisa sudah memberikan edukasi sebelum Alice memasuki masa sekolahnya, terutama Chaeyoung, seharusnya dia melakukannya karena peran dia adalah seorang ibu di dalam rumah tangganya.

Aku hanya bisa berdecak pelan lalu memutuskan untuk mengelus rambut panjang Alice dengan lembut. "Sayang, di dunia ini, ada banyak macam orang tua, bahkan ada juga yang laki-laki dengan laki-laki, tetapi meski begitu, mereka tetap orang tua mu, apapun gender yang mereka miliki, kau harus tetap menghargai dan menghormatinya karena mereka sudah membesarkan dan menyayangimu hingga saat ini." Ucapku menjelaskan dengan lembut, berusaha memberikan pengertian yang mudah di pahami untuk anak seusianya.

Alice memang anak yang pintar maka dari itu dia cepat menangkap dan mengangguk sekarang. "Aku mengerti, aunty. Kalau begitu, aku akan tetap menjadi anak yang baik untuk kedua orang tuaku." Aku terkekeh dan mengecup pucuk kepalanya.

"Good girl." Pujiku padanya.

"Ekhem! Kenapa hanya kedua orang tuamu saja? Bagaimana dengan aunty J? Kau juga harus bersikap baik padanya, karena aunty J besok akan menemani kau bermain di taman bermain." Lalisa menyambar begitu saja dengan nampan yang berisikan tiga gelas minuman di atasnya, dia sangat manis.

Kedua mata Alice berbinar dan menatapku dengan wajah yang sumringah. "Really, aunty? Kau akan bermain bersamaku ke taman bermain besok?"

Aku melirik Lalisa dan menatapnya bingung, sejujurnya aku tidak mengerti apa yang dia katakan karena kami belum berbicara apapun tentang hal ini.

Lalisa terkekeh. "Besok, Alice ulang tahun dan dia meminta untuk bermain di taman bermain, kau mau menemaninya 'kan?"

Aku membuka sedikit mulutku dan menganggukan kepalaku. "Ooh, i see. Jadi besok princess cantik ini ulang tahun?" Tanyaku sambil menarik Alice ke atas pangkuan ku dan aku mengecupi seluruh wajahnya membuatnya terkikik dan bergumam minta ku untuk berhenti.

"Daddy, please.. help!" Desisnya meminta tolong pada Lalisa yang membuat Lalisa ikut tertawa lalu berusaha memeluk tubuh Alice yang bergeliat seolah dia hendak membawa Alice kedalam pelukannya menyelamatkan Alice dari dekapan tanganku namun yang terjadi justru kami bertiga terjatuh ke atas sofa karena tubuhku tidak seimbang menahan dan Lalisa lah yang berada di paling bawah dan Alice berada di tengah-tengah antara kami.

Tawa ku dan Lalisa semakin mengecil sedangkan suara tawa dari Alice masih tetap sama, dia masih tertawa cukup keras.

Aku dan Lalisa masih sibuk saling menatap, aku melihat tenggorokannya naik turun dan tangannya berada di pinggangku serta memeluk pinggangku dengan erat, aku menelan ludahku dengan susah payah kala melihat bibir tebalnya yang sengaja ia basahi menggunakan lidahnya dan sial, itu sangat terlihat seksi!

"Engghh, aunty, daddy? Bisakah kalian bangun? Aku susah bergerak." Ucap Alice yang mulai bergerak lalu membuatku dan Lalisa serempak mengerjapkan kedua mata kami beberapa kali.

"M-mian." Ucap Lalisa yang terbata dan aku hanya menahan wajahku yang sudah memanas, setelah itu kami berusaha untuk bangun dan melepaskan Alice dari pelukanku.

Aku berdeham yang di susul dengan Lalisa juga melakukan yang sama.

Kamipun memutuskan untuk melanjutkan menonton film sambil menikmati popcorn caramel serta meminum ice green tea untuk menghambiskan malam kami... Seperti layaknya keluarga kecil yang sedang bahagia.


















.






.






.

To be continued










Continue Reading

You'll Also Like

121K 5.7K 7
E-BOOK TERSEDIA Orang tua Lisa akhirnya menikah kembali, karena pernikahan tersebut Jennie dan Lisa akhirnya bertemu. Jennie terobsesi pada Lisa, mes...
1M 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
14.3K 587 30
"El, Aku mau jadi ibu dari bayi ini aku mau merawatnya! Kalau kamu keberatan kamu boleh menghentikan Sandiwara ini dan memberitahukan kepada keluarga...
3K 311 15
Sequel my bff is my enemy! Diharapkan baca yang pertama dulu biar nyambung :D " Selamat pagi, dokter Lisa" " Permisi Pak, ini kopi untuk Bapak" About...