'SEVEN YEARS' (JENLISA GXG)

By jenmanoban2602

201K 18.2K 1.5K

"Bagaimana caraku untuk bahagia?" -Kim Jennie & Lalisa Manoban More

Prolog.
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30. (END)
Test.
ONE SHOT
New Story.

20.

5.4K 499 19
By jenmanoban2602

VOTE

&

KOMENNYA ~

*****

"Daddy? Aunty?" Suara bocah kecil terdengar dari kursi belakang yang membuat Jennie dan Lisa dengan cepat menarik diri mereka masing-masing untuk menghentikan ciuman mereka.

Keduanya serempak berdeham.

"H-hey, baby. Kau bangun?" Tanya Lisa sambil menggosok leher belakangnya dan menoleh ke arah putri kecilnya, sedangkan sang putri terlihat memasang wajah bingungnya, Jennie berdeham sekali lagi dan mencoba tersenyum menoleh ke belakang, namun sebelum itu dia menyeka sudut bibirnya agar tidak meninggalkan jejak saliva milik Lalisa.

"Daddy mu tadi membantu mata aunty yang sedang ke masukan debu, tetapi sekarang, aunty sudah baik-baik saja." Ujar Jennie seolah dia mengerti apa yang sedang di pikirkan oleh bocah berusia lima tahun tersebut.

"Kenapa kau bangun, sayang? Kau haus?" Sambung Jennie bertanya agar Alice tidak memikirkan aneh-aneh lagi.

Akhirnya, Alice pun menganggukan kepalanya. "Hmm, aku haus aunty, daddy." Ujarnya sambil menguap di akhir yang membuat Lisa dan Jennie saling melirik lagi dan terkekeh setelahnya.

"Tetapi, daddy tidak membawa susu milikmu, baby."

Alice hampir saja merengek lagi, dia sudah melengkungkan bibirnya kebawah, sedangkan Jennie meletakan satu tangannya di paha Lisa. "Aku membawanya." Ujarnya lembut, hal itu sontak membuat Lisa merasakan tegang pada tubuhnya karena merasakan satu tangan Jennie yang berada di sebelah pahanya, sedangkan Jennie segera berdeham dan menarik tangannya dengan cepat.

"Kau membawa susunya?" Tanya nya pada Jennie.

Jennie mengangguk. "Aku membuatnya tadi sebelum berangkat mengantarku, aku tahu anak manis itu akan meminta susu sehingga aku membawanya." Kekeh Jennie yang membuat Lisa lagi-lagi merasa semakin terkagum akan sikap Jennie.

Bahkan jika di lihat, sikap Jennie lebih peka daripada Chaeyoung atau Lisa sendiri, Jennie segera turun dari mobil Lisa dan berpindah ke belakang, dia mengambil tas kecil milik Alice lalu mengeluarkan botol susu putih milik Alice dan membuka tutup botol lalu segera memberikannya pada Alice, Jennie juga meletakan bantal kecil di paha milik Jennie. "Minumlah dan berbaring di atas paha aunty." Gumamnya dengan lembut yang membuat Alice tersenyum lebar.

"Terimakasih, aunty J! Kau memang yang terbaik dari yang paling baik!" Ujarnya dengan penuh semangat yang membuat Lisa tertawa Jennie juga tertawa kecil.

"My pleasure, beautiful." Balas Jennie dengan lembut sambil mencubit pipi Alice sebelum akhirnya Alice terkikik dan mengecup pipi Jennie dan berbaring di atas paha Jennie lalu mulai menyedot susunya botolnya.

"Jennie, kau tidak apa? Sepertinya kau lelah." Ujar Lisa yang membuat Jennie tersenyum.

"Aku baik-baik saja, hanya menemani Alice sampai tertidur setelah itu aku akan masuk ke dalam rumahku." Jawab Jennie yang membuat Lisa menatap Jennie dengan lekat dari kaca spion tengahnya, dia benar-benar tidak bisa berkata lagi melihat sikap Jennie yang memang sangat manis kepada sang putri tercintanya.

Jennie sambil mengelus dahi Alice, membiarkan Alice merasa nyaman berbaring di atas paha Jennie, gadis kecil itu menyedot susunya dengan penuh semangat.

"Gomawo, Jennie-ya." Gumam Lisa yang di balas senyuman oleh Jennie.

Dua puluh menit berlalu, Jennie bersenandung kecil sambil mengelus dahi Alice yang membuat gadis kecil itu sudah kembali ke alam mimpi dan susu di dalam botolnya pun sudah terlihat kosong, Jennie menarik botolnya pelan, lalu merapihkan kembali ke dalam tas milik Alice.

"Jennie, bisakah kita bertemu lagi nanti?" Tanya Lisa yang menoleh ke belakang, melihat Jennie yang sedang menutup kembali tas Alice.

"Untuk apa?" Jennie sedikit berbisik, dia tidak ingin mengusik tidur Alice, perlahan dia menurunkan kepala Alice dari pahanya dengan sangat hati-hati, Alice sedikit bergerak, namun Jennie menepuk tubuhnya dengan lembut sehingga bocah kecil itu kembali terlelap.

"Untuk membahas semuanya yang terjadi tadi." Ucap Lisa yang juga ikut mengecilkan suaranya.

"Memang, apa yang terjadi tadi? Aku hanya membalas apa yang kau lakukan, kau menahan tubuhku untuk melepaskannya, jadi tidak ada yang bisa kulakukan selain membalasnya, 'kan? Jadi kurasa, tidak perlu ada yang di bahas lagi." Jennie mengecup dahi Alice, lalu tangannya siap membuka pintu. "Aku turun dulu, terimakasih sudah mengantarku." Sambung nya lagi.

Lalisa memasang wajah sendu, dia menarik napasnya berkali-kali. "Apakah benar-benar sudah tidak bisa?"

Pertanyaan Lisa membuat Jennie sempat terdiam dengan satu kaki yang sudah berada di luar. "Lalisa, aku tidak ingin mengulangi kebodohanku untuk kedua kalinya lagi, selesaikan dulu permasalahanmu bersama istrimu jika memang kau ingin memulainya bersamaku." Ujar Jennie dengan sedikti tegas, wanit itu turun dari mobil dan sedikit membungkuk sebelum akhirnya dia menutup pintu mobil dengan hati-hati.

Lisa meremas stir mobilnya, dia hanya bisa menatap punggung Jennie yang perlahan semakin menghilang memasuki rumahnya.

"Apa yang harus kulakukan?" Desisnya sendiri setelah itu ia kembali melajukan mobilnya menuju rumahnya.

***

Lalisa POV

Aku sedang menikmati bir di ruang tamuku, aku sudah menghambiskan tiga kaleng karena aku hanya ingin menghapus ingatanku tentang Jennie, dia benar-benar menyuruhku untuk menyelesaikan urusanku bersama Chaeyoung apa artinya dia menyuruhku untuk berpisah dengan Cha-

Pikiranku terhenti kala melihat pintu rumahku terbuka dan seseorang baru saja memasuki rumahku, itu adalah istriku.

Aku segera menghampirinya dan menyalakan lampu ruang tamuku yang sedaritadi memang ku biarkan mati.

"Chaeyoung-ahh? Sudah jam berapa ini?" Tanyaku sambil menghampirinya, namun aku melihat dia berjalan terhuyung dan berdiri tepat di depanku, dia menunjukan deretan gigi putihnya dan memeluk leherku, dia sangat berbau alkohol sekarang.

Bagus sekali, istriku pulang larut malam dan dalam keadaan mabuk, sementara dia benar-benar tidak peduli pada putrinya yang baru saja menangis karena kehilangan boneka kesayangannya, aku menghelakan napasku dalam-dalam dan menggelengkan kepalaku melihat tingkah istriku yang memang jauh sekali dengan Jennie.

Lagi-lagi, Jennie lah yang menjadi pemenangnya.

"Hey, handsome, mian. Aku baru saja pulang karena acara baru saja selesai, kau merindukanku, hm?" Dia berbicara dengan suara mabuknya dan tubuhnya mendekat ingin mengecupku yang membuatku menjauhkan diriku dan sedikit menutup hidungku.

"Kau bau alkohol sekali, berapa banyak yang kau minum?" Tanyaku sinis.

Dia terkekeh dan mencolek ujung hidungku. "Ya! Kenapa pertanyaanmu terdengar norak, hubby? Kau tahu setiap perayaan besar pasti di lakukan dengan minum alkohol, kau tidak bisa marah karena itu, sayang!" Ujarnya sambil terkekeh dan memeluk tubuhku dengan erat.

Aku menarik napasku panjang, sejujurnya aku lelah dengan sikapnya yang seperti ini, dia berjanji padaku akan berubah dan sedikit peduli, namun nyatanya janjinya hanya bertahan sebentar, dan sekarang dia kembali seperti sikap lamanya yang hanya mementingkan karirnya di bandingkan keluarga kecilnya meski sekarang di tengah-tengah kami ada seorang putri kecil yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari dirinya.

"Bisakah kita bercinta malam ini, hubby?" Lanjutnya bertanya, aku hanya menghembuskan napasku dan mengangkat tubuhnya menggunakan bridal style.

"Aku akan membawamu ke kemar dan mengganti pakaianmu, kau mabuk, kita tidak bisa melakukannya malam ini." Ujarku dengan sinis lalu mengantarnya menaiki anak tangga untuk membawanya ke kamar kami yang berada di lantai dua.

Dia hanya menyandarkan kepalanya di dadaku. "Apakah orang mabuk tidak bisa melakukan seks?" Dia masih merancau.

Aku hanya memilih untuk diam, aku hanya malas menanggapi dirinya yang sedang mabuk, aku membenarkan posisinya yang sedikit merosot dan membuka pintu kamarku lalu menutup pintu kamarku menggunakan satu kakiku.

"Jadi, jika saat itu kau berselingkuh dengan Jennie, apakah kalian dalam keadaan sadar dan tidak mabuk?" Seketika jantungku berdebar kencang lagi, kenapa dia membahas permasalahan itu lagi?

"Apa yang kau bicarakan? Kenapa kau membahasnya lagi? Kejadian itu sudah dua tahun, sebaiknya kau beristirahat sekarang, kau sangat mabuk." Ujarku yang mencoba untuk tenang dan membaringkan tubuhnya ke atas ranjang, aku menurunkan resleting dress miliknya untuk menggantikan pakaiannya.

"Lalisa.."

"Hmm?"

"Menurutmu, bagaimana jika aku berselingkuh juga darimu?"

Deg!

Pertanyaan macam apa ini?

Dan pertanyaan itu, berhasil membuat perasaanku sedetik kemudian berubah menjadi gelisah.

"Kau tidak boleh melakukannya, memang apa alasanmu berselingkuh dariku? Aku istri yang sempurna." Ujarku yang melanjutkan aktifitasku kembali.

Dia terkekeh. "Kau benar, kau memang sangat sempurna, tetapi sayangnya, kau tidak mencintaiku, Lalisa."

"Aku mencintaimu, Chaeyoung-ahh. Berhentilah merancau hal yang tidak jelas." Ucapku yang sudah sedikit kesal.

"Aku masih mengingat jelas, bagaimana kau mengatakan jika gadis yang kau inginkan adalah Jennie, bukan aku."

Aku menghelakan napasku untuk kesekian kalinya, memilih untuk diam dan hanya fokus untuk mengganti pakaiannya, aku sudah berhasil membuka seluruh pakaiannya dan mengambilkan piyama tidur untuknya setelah itu aku memakaikan satu persatu ketubuhnya, dia tidak bicara lagi, kedua matanya sudah terpejam dan napasnya sudah tenang menandakan bahwa dia sudah kembali ke alam mimpi.

Setelah berhasil melakukan semuanya, akupun menarik selimut dan ikut berbaring di sebelahnya, aku menatap ke arah istrku.

Apakah aku harus berhenti mencintai Jennie?

***

Author POV

"Daddy? Dimana mommy?" Tanya Alice yang baru saja keluar dari kamarnya dan gadis berusia lima tahun itu sudah bersiap menggunakan seragam sekolahnya, ia berjalan bersama maid di sebelahnya.

Lalisa yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk Alice pun beralih menghampiri Alice dan mengangkat tubuh Alice. "Good, morniiiingggg my little princeeeess." Ujar Lisa sambil mengecupi wajah sang putri tercinta, maid itu pun meninggalkan mereka berdua dan menggantikan kegiatan yang Lisa lakukan sebelumnya, dia menempatkan bekal untuk Alice serta menyiapkan sarapan pagi untuk kedua majikannya.

"Dimana mommy?" Tanya nya lagi dengan wajah yang menekuk kesal.

Lalisa menarik napasnya dan membawa Alice untuk duduk di kursi meja makannya. "Mommy sudah berangkat, sayang. Ada pekerjaan mendesak pagi ini." Jawab Lisa sambil menyelipkan rambut Alice ke belakang telinganya dan mengelus pipi Alice dengan lembut.

Bocah itu semakin menekuk bibirnya kebawah. "Apakah mommy lupa? Hari ini aku akan menari di sekolah dan sekolahku sudah mengundang kedua orang tua untuk datang."

Lalisa menautkan kedua alisnya dalam, dia seperti tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Alice. "Menari? Kapan, sayang?"

Air mata putrinya kini menetes keluar dari matanya. "Daddy, forgot too?"

Lisa membasahi bibirnya. "Wait a second." Gumam Lisa sambil menyeka air mata putrinya lalu mengecup pipi Alice sekilas dan beranjak dari kursinya, dia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana nya dan menghubungi Chaeyoung di ruang tamunya.

Beberapa menit menunggu, akhirnya telepon pun berhasil tersambung.

"Hubby, kau tahu aku sedang meeting, wae?" Jawabnya dari sebrang sana yang kedengarannya tidak suka.

Lisa mengeraskan kedua rahangnya. "Apakah Alice ada memberimu sebuah undangan?" Tanya Lisa dengan nada yang masih terdengar tenang.

"Undangan? Tidak."

"Kau yakin?" Tanya Lisa lagi.

"Ya Tuhan, aku tidak sempat membukanya, memang undangan apa itu?" Jawabnya yang akhirnya mengingatnya.

Flashback on three days ago.

"Mommy~" panggil Alice dengan suara ceria nya.

Chaeyoung yang sedang berkutat pada ipadnya pun hanya bergumam. "Hm?" Jawabnya.

"Mommy, ini ada undangan untuk daddy dan juga mommy dari sekolahku, tiga hari lagi aku akan menari, mereka mengundang kalian untuk datang." Ujarnya dengan manis menjulurkan undangan kecil itu pada sang ibu, namun Chaeyoung hanya menerimanya tanpa membukanya, bahkan Chaeyoung tidak menoleh ke arah putrinya sama sekali yang membuat gadis kecil itu tampak sedih, ia beranjak dari ranjang orang tuanya dan keluar dari kamar orang tuanya dengan perasaan sedih.

Chaeyoung bahkan lupa untuk memberitahu kepada Lalisa tentang undangan tersebut karena Lisa sedang berada di kamar mandi.

Flashback off

Lisa menggeretakan giginya dengan kesal. "Seriuskah? Oh God! Kau membuatnya sedih lagi, Chaeyoung-ahh." Ujar Lisa dengan kesal.

"Tidak usah membesarkan sesuatu, aku akan menyuruh Jennie ke rumah sekarang untuk menggantikan diriku lagipula, Jennie masih memiliki hutang untuk mengantar boneka rabbit." Ujarnya yang terdengar sangat santai di sebrang sana.

Lisa menarik napasnya, dia terkekeh dan menggelengkan kepalanya, dadanya sudah naik turun dengan cepat. "Chaeyoung-ahh, Kenapa kau melakukan ini semua?"

"Sudah ku bilang, berhenti bersikap berlebihan-"

"Berlebihan kau bilang? Apakah kau tidak berpikir sebelum melakukan sesuatu? Bagaimana kau bisa terus mengandalkan Jennie sementara kaulah ibu dari Alice..."

"Jangan bilang, ini semua karena Alice bukan putri kandung kita? Maka dari itu kau bersikap seperti ini?" Sambung Lisa lagi yang sudah terlihat geram.

Sementara di sebrang sana, wajah Chaeyoung memerah. "Apa? Kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak berpikir bahwa Alice bukan anak kandungku, aku tidak pernah sama sekali berpikir seperti itu, aku hanya melupakan undangan itu, Lisa. Bukan berarti aku tidak menyayanginya, aku menyuruh Jennie agar dia tidak merasa bahwa aku benar-benar tidak bertanggung jawab atas dirinya, berhentilah bersikap kekanak-kanakan seperti ini."

Mendengar hal itu, Lisa lantas tertawa sarkas, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, alih-alih meminta maaf, Chaeyoung malah mengatakan bahwa Lisalah yang seperti anak-anak, wanita jangkung itu memilih untuk mematikan teleponnya dan menghampiri sang buah hati tercinta, dia pun mencoba memberitahu putrinya dengan baik-baik.

***

Untung saja, Alice memang anak yang baik, dia mengerti dengan keadaan orang tuanya yang memang sangat sibuk, dan saat ini, Jennielah yang datang menemani Alice bersama Lisa yang juga berada di sisinya, dia memilih untuk ijin tidak bekerja untuk mendampingi sang buah hati tercinta.

"Mrs. Manoban, putri anda benar-benar pandai dalam menari, dia terlihat memiliki bakat." Ujar guru yang mengajar di kelas Alice, Alice memang masih memasuki sekolah TK namun Alice memang sangat terlihat sangat pandai dalam menari.

"Huh?" Jennie terlihat kaget, karena gurunya baru saja bicara seperti itu pada dirinya.

Lisa terkekeh. "Ya, putri kami memang terlihat sangat pandai." Lisa menyambarnya yang membuat Jennie membelalakan kedua matanya menatap Lisa, namun setelah itu Jennie hanya tertawa canggung dan memutar kedua bola matanya, pikirnya tak mungkin ia menyangkal ucapan gurunya sekarang karena keadaan di kelas cukup ramai, dan lebih baik memang mereka diam dane melihat anak-anak di depan sana menari dengan lincahnya termasuk Alice yang sambil sesekali tersenyum dan melambaikan tangannya pada Jennie dan juga Lalisa yang sedang memperhatikannya.


Wajar saja bila guru putrinya akan salah paham karena memang sejak tiga bulan Alice memasuki sekolah, Jennielah yang selalu hadir ke sekolahnya jika ada hal yang mendesak, Chaeyoung sama sekali belum pernah menginjakan kakinya ke sekolah putrinya berada dan hal itu tentu saja membuat para guru yang berada disana menganggap bahwa Jennielah ibu dari Alice.

Para orang tua dan guru serempak bertepuk tangan kala melihat putra putri mereka yang selesai menari di depan, Jennie menunjukan gummy smile nya yang cantik dan membuat Lisa terdiam menatapnya namun tetap tangan Lisa ikut bertepuk tangan.

"Istrimu pasti sangat cantik ya, Mrs. Manoban." Celetuk sang guru yang memperhatikan Lisa yang sedang mengunci tatapannya ke arah Jennie yang berdiri si sampingnya.

Lisa hanya mengulum bibirnya dan mengangguk, dia sedikit mencodongkan tubuhnya ke arah gurunya. "Dia benar-benar wanita tercantik." Bisiknya pada guru putrinya itu, yang membuat guru itu tertawa dan menganggukan kepalanya.

"Daddyyyyy, aunty J!" Teriak Alice dengan excited memanggil keduanya lalu berlari dan menghambur ke pelukan Jennie lalu mengangkat tubuh Alice dan memberi kecupan banyak di wajah Alice yang membuat Alice terkikik.

Sementara sang guru yang sempat mengira bahwa Jennie adalah ibu dari Alice dan ternyata ia baru saja mendengar Alice memanggilnya dengan sebutan aunty pun tatapannya terlihat horror, raut wajahnya seperti tidak enak yang membuat Lisa menyadarinya. "Gwenchana, dia memang bukan istriku tetapi dia tetap wanita tercantik di mataku." Bisik Lisa yang membuat guru itu menggosok lehernya canggung.

Sedangkan Jennie dan Alice sedang berpelukan. "Kau sangat terlihat mengagumkan, sayang. Tarianmu hebat sekali!" Ujar Jennie dengan penuh semangat yang membuat Alice tertawa malu.

"Tentu saja, aku sudah berjanji bahwa aku akan memperlihatkan penampilan terbaikku kepada daddy dan juga aunty." Gumam Alice dengan manisnya, mendengar hal itu Lisa menghampiri kedua nya dan memberi kecupan di pipi Alice.

"Daddy sangat bangga padamu."

"Aunty juga sangat bangga padamu." Sambung Jennie.

Gadis kecil itupun tertawa senang. "Kalau begitu, bisakah sekarang kita pulang? Aku sangat lapar."

Sang guru yang mendengar ikut tertawa dan mereka semua berpamitan pulang karena memang acara itupun telah selesai, Lisa memutuskan untuk mengajak Jennie dan Alice untuk makan di restoran yang cukup mewah tanpa ada Chaeyoung di sisi mereka.










.


.



.

To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

1M 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
840K 79.8K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
41.8K 5K 94
... Sudah satu tahun berlalu semenjak Jennie mencampakan aku. Struggle seorang diri. Sampai akhirnya aku mengambil banyak kesibukan. Selain kelas men...
2.6K 117 3
Akhir Kisah Yang Bahagia