'SEVEN YEARS' (JENLISA GXG)

By jenmanoban2602

209K 18.5K 1.5K

"Bagaimana caraku untuk bahagia?" -Kim Jennie & Lalisa Manoban More

Prolog.
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30. (END)
Test.
ONE SHOT
New Story.

08.

5.8K 621 76
By jenmanoban2602

Vote & komen sesuai isi cerita.

*****

"Aku tidak menyangka bahwa kita akan dipertemukan lagi, Chaeyoung-ahh." Ujar Jisoo sambil mengunyah ayam goreng kesukaannya.

Chaeyoung terkekeh. "Ne, Eonnie. Dan kau banyak berubah, kau terlihat jauh lebih dewasa dari sebelumnya."

Jisoo nampak hilang kata karena pujian sederhana yang diberikan oleh wanita kesukaannya itu, lalu tak lama ia berdeham. "Memangnya aku tidak dewasa pada masa sekolah, huh?"

"Mungkin kedewasaanmu tertutup dengan sikap 4D mu itu, Eonnie." Kekeh Chaeyoung yang membuat Jisoo juga terkekeh.

"Bye the way, sudah sejauh mana sikap 4D mu itu? Apa kau sudah berhasil mengimbangi benda di atas pucuk kepalamu atau di atas bahumu?" Sambungnya yang membuat keduanya tertawa terbahak-bahak.

Siapa yang tidak tahu dengan sikap 4D yang dimiliki oleh Kim Jisoo? Wanita yang memiliki wajah visual itu ternyata juga memiliki sikap yang unik yang biasa mereka sebut sebagai sikap 4D dan hal itu yang membuat siapapun bisa tertarik jika berada di dekat Jisoo.

"Kau mau lihat? Baiklah, biar kutunjukan." Ujarnya dengan rahang yang terangkat sedikit sombong, Chaeyoung tertawa dan menganggukan kepalanya.

Tidak menunggu lama Jisoo mengambil satu botol minuman yang berada di atas meja mereka, lalu dia letakkan di atas pucuk kepalanya, wanita itu tampak mengimbangi tubuhnya agar botolnya tidak terjatuh, Chaeyoung yang melihat hal itu nampak membuka mulutnya dan ikut menahan napasnya karena merasa tegang.

"Omoo.. omoo.. Daebak! Kau yang terbaik, Eonnie!"

Jisoo hanya membalasnya dengan senyuman tipis yang bahkan tubuhnya tidak bergerak sedikitpun karena dia sedang sibuk mengimbangi botol di atas kepalanya.

"Dua menit, Eonnie. Kau melewati dua menit." Ujar Chaeyoung dengan semangat namun tak lama botol itu terjatuh dan untung saja dengan cepat Jisoo berhasil menangkapnya.

Chaeyoung tertawa terbahak-bahak sedangkan Jisoo mengerucutkan bibirnya.

"Gwenchana, Eonnie. Kau sudah ada kemajuan, karena sebelumnya kau hanya bisa melewati dua detik dan kau pasti sudah banyak berlatih untuk ini." Sambung Chaeyoung yang mencoba menghibur Jisoo yang akhirnya Jisoo tersenyum lebar hingga menunjukan deretan gigi putihnya.

"Gomawo, Chaeyoung-ahh."

Jika dilihat-lihat, Chaeyoung hanya tertawa lepas jika sedang berada didekat Jisoo, jika di dekat Lisa, bahkan ia jarang berbicara dan hanya sibuk dengan mengerjakan pekerjaannya.

"Ne, Eonnie. Terimakasih karena selalu menghiburku."

Mendengar hal itu lagi-lagi membuat Jisoo berdeham canggung dan keduanyapun melakukan makan siangnya.

Sementara di sisi lain......

Kedua sepasang wanita yang sedang berciuman itu semakin memperdalam ciumannya, bibir mereka saling melumat, lidah mereka saling berpautan dengan mesra.

Salah satu dari mereka akhirnya memutuskan untuk menghentikan ciuman yang sudah terlalu banyak menghabiskan oksigen itu, lebih tepatnya Jennie.

Jennie berusaha berhenti dan menarik lembut dirinya yang membuat saliva mereka akhirnya terputus dan keduanya menatap dengan tatapan yang penuh makna.

"Apa artinya, kau sudah menerima cintaku, Jennie-ya?" Ujar Lalisa dengan suara seraknya dan napas yang terengah sambil ibu jarinya menghapus jejak saliva pada bibir Jennie.

Sedangkan Jennie juga berusaha untuk mengatur napasnya. "Bagaimana dengan Chaeyoung? Dia sahabatku, Lisa."

Lalisa menangkup kedua pipi Jennie, dengan mata coklatnya ia menatap lekat wajah sang wanita yang sudah lama ia cintai. "Biarkan ini semua berjalan dengan seiringnya waktu, dan suatu saat nanti, aku berjanji aku akan menjelaskan pada Chaeyoung bahwa wanita yang aku cintai adalah kau, dan kita sama-sama saling mencintai."

Jennie membuang pandangannya dan wajahnya berusaha berpaling saat mendengar ucapan Lisa. "Lalisa, itu terdengar sangat jahat, sepertinya aku... Aku...."

Lisa lantas meraih satu tangan Jennie dan mengenggamnya erat. "Jennie, Please... Berikan aku kesempatan, karena aku yakin kau tidak pernah mendapatkan kebahagiaan dari kekasihmu itu, biarkan aku membahagiakan mu, Jennie. Biarkan aku memberikan semuanya padamu."

Jennie tak sanggup lagi, dia kini kembali mengalihkan pandangannya ke arah Lalisa yang terdengar sangat sungguh-sungguh.

"Kalau begitu, buat aku bahagia seperti kau membuat Chaeyoung bahagia, Lalisa." Jennie terdengar jahat, namun dirinya sudah tak dapat menahan sesuatu yang bergejolak didalam dirinya sejak lama, selain dia mencintai Lisa, ia juga ingin menjadi Chaeyoung yang selalu beruntung dalam semua hal.

Senyum Lisa terukir jelas di wajah cantik dan tampannya itu, wanita itu lantas menganggukan kepalanya dengan cepat dan mengecupi punggung tangan Jennie berkali-kali. "Aku janji, bahkan aku bisa memberikanmu kebahagiaan yang lebih dari Chaeyoung dapatkan karena aku akan melakukannya menggunakan seluruh hatiku."

Jennie tersenyum bahagia, keduanya memutuskan untuk berpelukan sebelum akhirnya mereka keluar dari mobil untuk melakukan makan siang.

*****

Jennie:
"Ne, aku sudah tiba di rumah, aku akan mandi, bagaimana denganmu?"

Lalisa:
"Aku sudah tiba sejak tadi tetapi belum mandi, bolehkah aku ikut mandi bersamamu?"

Jennie:
"Huhh? Bagaimana caranya?"

Lalisa:
"Jaman sekarang sudah canggih, Jennie. Orang-orang menyebutnya dengan Video call sex, bisakah kita melakukannya? Aku akan menghubungimu sekarang jika kau mengijinkanku."

Jennie:
"Astagaaaa.. Lalisaaaaa.. kau mesum sekali!!! Lebih baik kau mandi juga bersihkan otakmu itu!!! Dasar mesum!!!!"

Lalisa:
"Baiklah jika kau memang tidak mau, berikan aku pap tt mu saja, Jennie."

Jennie:
"Wait..."

"Putingku banyak, pilih saja yang mana yang kau suka."

Lalisa tertawa membaca balasan dari Jennie yang membuat Chaeyoung segera menoleh ke arahnya, wanita blonde itu baru saja selesai mandi dan ia sedang memberikan body lotion di tubuhnya sendiri.

"Wae? Kenapa kau tertawa seperti itu, Hubby?" Tukasnya yang membuat Lisa segera mematikan layar ponselnya dan berdeham lalu ia menyimpan ponselnya di atas nakas.

"Aku hanya sedang melihat foto lucu, Chagiya." Ujar Lisa yang membuat Chaeyoung mengangguk-anggukan kepalanya lalu menghampiri Lisa yang tengah duduk di tepi ranjang.

Dia memberikan body lotion dari tangannya. "Tolong pakaikan body lotion itu di punggungku, Hubby." Ucap Chaeyoung yang segera membuka tali bathrobe nya dan menunrunkan bathrobe nya lalu menunjukan kedua bahu serta punggung Chaeyoung yang putih dan mulus, sedangkan rambut panjangnya masih di balut dengan handuk karena masih terlihat basah.

Lalisa segera mengambil body lotion itu dan memakaikannya di punggung Chaeyoung, sentuhan yang lembut ia berikan untuk punggung sang istri, Chaeyoung memejamkan kedua matanya merasakan sentuhan yang Lisa berikan.

Chaeyoung akhirnya membuka seluruh bathrobe putihnya dan masih memunggungi Lisa yang masih sedang meratakan body lotion di punggung Chaeyoung.

"Mmmh~" satu lenguhan berhasil lolos dari mulut sang wanita blonde itu.

*****

Lalisa POV

Kira-kira, sedang apa kekasihku itu ya? Aku tersenyum memikirkan bahwa Jennie sekarang adalah kekasihku, aku merasa sangat senang akhirnya dia menerima cintaku yang sudah ku pendam cukup lama.

"Hubby?" Aku mengerjapkan beberapa kali kedua mataku, aku terlalu banyak memikirkan Jennie hingga bahkan aku lupa bahwa sekarang aku sedang memakaikan istriku body lotion di punggungnya.

"Ne?" Jawabku dengan kedua telapak tangan yang masih meratakan body lotion di punggung istriku, tetapi tiba-tiba saja, dia mengenakan kembali bathrobe nya sambil mendecakan lidahnya.

"Itu belum selesai, Chagiya." Ujarku lembut lalu dia menoleh ke arahku dengan bathrobe yang sudah terpasang lagi di tubuhnya, untuk beberapa detik lamanya dia hanya diam menatapku, hal itu sungguh membuatku gugup, ada apa dengannya? Apakah dia tahu sesuatu?

Tidak tidak, ini terlalu cepat jika dia tahu mengenai hubunganku bersama Jennie, bahkan kami baru saja memulainya siang tadi.

Aku mencoba untuk tetap tenang agar tidak membuatnya curiga. "Wae?" Tanyaku.

"Kau sudah membuatku melenguh karena usapan telapak tanganmu tetapi kau terlihat acuh."

Aku menyeringitkan dahiku bingung, apa? Kapan dia melenguh? Ya Tuhan, sepertinya aku terlalu sibuk memikirkan Jennie hingga aku tidak mendengar bahwa istriku ini memang melenguh.

Tetapi setelah itu aku berpura-pura untuk tertawa menutupi wajah bingungku. "Kemarilah, Chagiya." Ujarku sambil merentangkan kedua tanganku dan akhirnya istriku memelukku dengan bibir yang mengerucut.

Aku segera memeluknya dengan erat dan mengelus punggungku, ini hanya agar istriku tidak mencurigaiku lagi. "Mianhae, akhir-akhir ini aku banyak pekerjaan dan mungkin itu membuat pikiranku tidak fokus, aku minta maaf jika sikap acuhku membuatmu sedikit kesal." Sambungku dengan lembut berusaha untuk membujuknya yang sedang merajuk.

"Apakah mahasiswamu ada yang membuat masalah?" Tanya nya sambil mendongakan kepalanya menatapku.

"Anniya, sebentar lagi memasuki tengah semester dan itu membuatku sibuk karena harus mempersiapkan beberapa tugas untuk mereka." Jawabku yang membuat istriku akhirnya menarik napasnya dan memeluk tubuhnya dengan erat.

"Baiklah kalau begitu." Lirihnya.

Aku mengecup pelipisnya untuk sekilas, by the way. Aku jadi membayangkan posisi ini jika bersama Jennie, sepertinya itu akan sangat menyenangkan, aku tersenyum bodoh memikirkannya.

"Apa yang membuatmu tersenyum lebar seperti itu, Hubby?" Tanyanya, sepertinya aku terpergok lagi.

"Memang aku tidak boleh tersenyum karena memeluk istriku yang cantik dan wangi ini?" Ucapku mencoba merayunya lagi.

Dia terkekeh dan mengecup pipiku dengan lembut. "Mulutmu memang berbahaya."

"Sekarang, biarkan aku membantumu mengeringkan rambutmu, kajja!" Ucapku yang melepaskan pelukan kami berusaha untuk mengalihkan kecurigaannya lagi, lalu dia menganggukan kepalanya dan beranjak dari ranjang mengambil hair dryer dari dalam laci meja riasnya lalu kembali kearahku dan aku bersiap membantunya untuk mengeringkan rambutnya yang masih cukup basah.

*****

Jennie POV

Meski aku dan Lalisa telah resmi menjadi sepasang kekasih, tetapi hal itu tidak membuat aku mengakhiri hubunganku dengan Kim Taehyung.

Bukan karena aku mencintai lelaki itu, hanya saja aku juga tidak akan melepaskan Taehyung sebelum aku mendapatkan kejelasan dari Lalisa.

Maka dari itu aku masih bersikap seolah tidak ada yang terjadi antara aku dan juga Taehyung, aku juga berusaha untuk tidak menunjukan sikapku yang sedang di buat berbunga-bunga ini kepada Lalisa, karena wanita itu benar-benar membuat hariku lebih berwarna, meski aku baru saja menerimanya kemarin siang, tetapi dia sudah banyak membuatku tersenyum hingga tertawa hanya karena sikap konyolnya.

Dia juga sangat menunjukan perhatian kecilnya dengan menyempatkan datang kerumahku pagi tadi sebelum berangkat kerja dan mengantar Chaeyoung, dia datang kerumahku dengan membawakanku sarapan pagi dan dia mengatakan bahwa itu adalah masakan buatannya dan rasanya cukup enak meskipun tetap enak masakanku tetapi aku sangat menyukainya.

"Kau tidak akan makan?" Tanya Taehyung yang sedang makan sarapan pagi dariku, aku sudah berada di kontrakan miliknya hanya untuk melakukan hal seperti biasa yang aku sudah lakukan selama tujuh tahun lamanya.

Aku menggelengkan kepalanya. "Makanlah, aku belum lapar." Ujarku berbohong yang padahal aku sudah sangat kenyang karena sarapan yang Lisa berikan untukku pagi tadi.

Dia menganggukan-anggukan kepalanya lalu melahap makanannya dengan semangat, sejujurnya itu bukan masakanku, aku membelikannya diluar sebab hari ini aku tidak sempat memasak untuknya.

"Oppa, bolehkah aku bertanya?"

"Apapun itu asal jangan tentang pernikahan kita, karena aku belum memikirkannya sama sekali."

Aku menarik napasku, rasanya sangat kesal dengan lelaki ini, tetapi aku harus menahannya semampuku karena aku tidak menyukai pertengkaran, lebih baik aku mengalah jika memang masih bisa kulakukan.

"Bukan, aku ingin bertanya, siapa wanita yang makan siang bersamamu kemarin?" Tanyaku yang masih penasaran soal wanita kemarin, kedekatannya dengan Taehyung membuatku merasa terganggu.

Kalian tahu kan kenapa aku tidak menyukainya? Bukan karena aku cemburu, hanya saja jika sampai dia selingkuh dariku, itu membuatku akan membunuhnya, jelas saja aku akan sangat marah karena selama ini, aku sudah banyak berkorban untuk dirinya bahkan selama tujuh tahun ini, aku terpaksa harus membiayai hidupnya, jadi bisa ku pastikan aku tidak akan membiarkannya selingkuh dariku, setidaknya dia harus sadar diri tentang siapa dirinya.

Dia menautkan kedua alisnya. "Wanita siapa?" Tanyanya berpura-pura polos.

"Wanita yang makan siang bersamamu di kantin perusahaanmu." Ujarku yang membuat tenggorokannya terlihat naik turun.

"Dia hanya teman, kau kemarin ke kantin? Kenapa tidak menyapaku?" Jawabnya setelah itu bertanya.

Aku tahu pertanyaannya mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Bagaimana aku menyapamu? Jika kau saja tidak sadar keberadaanku, kau hanya sibuk tertawa dengan wanita itu." Kekehku yang membuat dia melanjutkan makannya.

"Buang pikiran negatifmu, Jennie. Dia hanya teman kerjaku, tidak lebih." Ucapnya dingin dan aku menganggukan kepalaku berusaha untuk mempercayai ucapannya meski sebenarnya aku tidak yakin, lebih baik aku mencaritahunya sendiri.

Ahh sudahlah, aku tidak ingin merusak mood ku yang sedang baik ini karena kekasih baruku, Lalisa. Dia benar-benar membuatku gila, bagaimana bisa aku menjalani ini semua? Dua kekasih sekaligus, apakah aku bisa melewati ini tanpa membuat Taehyung atau Chaeyoung curiga?

Kurasa, itu urusan belakangan, karena lebih baik sekarang aku menikmati masa-masa indahku menjadi kekasih baru dari Lalisa Manoban, wanita yang sudah lama ku cintai itu.

"Ne, mian. I trust you, Oppa." Ujarku lembut, kamipun bersiap untuk pergi bersama setelah dia menghabiskan makanannya.

*****

Author POV

Selama lima hari lamanya, perusahaan Chaeyoung mengadakan event di sebuah mall berkalangan elite di Seoul, Korea Selatan.

Dan tepat hari ini adalah event terakhir yang akan mereka gelar, tetapi ada hal yang membuat Jennie merasa kesal karena ia baru saja bertemu dengan salah satu customer nya yang menurutnya sangat menyebalkan, dan hal itu membuat Jennie memasang wajah muramnya.

"Jennie-ya, lebih baik kau tenangkan dirimu dulu ke toilet, lupakan saja ucapan pria tadi, jangan terlalu dimasukan ke hati." Ujar Chaeyoung dengan nada yang lembut dan menenangkan.

"Seharusnya dia tidak mengatakan itu, wedding organizer mu jelas sudah ternama, kenapa dia masih meragukannya? Jika memang meragukannya lebih baik dia simpan dalam hati saja bukan menyinggungmu dengan kata-kat seenaknya tanpa dia pikirkan lebih dahulu." Jennie mendengus sebal.

Hal itu membuat Chaeyoung tertawa sekaligus merasa terharu pada Jennie, Jennie tidak pernah marah jika hal itu hanya menyangkut dirinya, namun jika sesuatu itu menyangkut dengan Chaeyoung, Jennie selalu menunjukan sikap ketidaksukaannya yang membuat Chaeyoung merasa terharu sebagai sahabat baiknya.

Chaeyoung mengelus bahu Jennie dengan lembut. "Biarkan saja, memang banyak seseorang yang seperti itu, sudah, dengarkan kataku, pergilah ke toilet dan basuhlah wajahmu dengan air agar kau merasa sedikit tenang."

Jennie menghelakan napasnya panjang dan membuangnya perlahan. "Arrasseo..." Ujarnya lalu berlalu ke toilet begitu saja.

Dia mengikuti apa yang Chaeyoung katakan, wanita bermata kucing itu menyalakan kran air nya dan membasuh wajahnya beberapa kali dengan kedua mata yang terpejam.

"Sepertinya, anda sangat terlihat kesal hari ini, nona? Apakah kau ingin aku menghajar pria sialan itu untukmu?" Ujar seseorang tiba-tiba yang membuat Jennie terkejut, dia segera membuka kedua matanya dan memegang dadanya yang sempat terkejut.

"Kamchagi- hey. What are you doing here?" Jennie sedikit berbisik dengan wajah yang masih terkejut.

Seseorang itu hanya terkikik dan memilih untuk beralih beranjak mengunci pintu toilet dan menghampiri Jennie kembali.

"Aku datang karena aku merindukanmu." Ujar seseorang itu dengan lembut lalu mengelus pipi Jennie setelahnya.

Jennie menggigit bibir bawahnya. "Kau sudah gila, Manoban? Diluar ada istrimu, bagaimana jika dia tahu?"

Ya, seseorang itu adalah Lalisa Manoban, di jam makan siang nya dia sampai rela datang ke mall hanya untuk menemuk kekasihnya itu bukan sang istri.

"Jika dia tahu? Tinggal katakan aku datang untuk menemuinya." Ujarnya yang terdengar meremehkan.

Jennie memutar matanya jengah. "Manoban, kita tidak bisa seperti ini, kita harus lebih berhati-hati." Ucap Jennie yang justru membuat Lisa terkekeh dan mengangkat tubuh Jennie lalu mendudukinya keatas wastafel yang membuat kedua mata Jennie terbelalak dan memukul dada Lisa dengan lembut.

"Berhentilah memanggilku, Manoban. Karena sekarang aku adalah kekasihmu."

"Dan aku kesini karena aku merindukanmu, Honey." Sambungnya lagi sambil mengelus pipi mandu Jennie.

Jennie tak dapat lagi memarahinya karena sikap Lisa begitu manis padanya, mungkin saat ini kupu-kupu di dalam perutnya tengah berterbangan dengan liar, lalu setelah itu dia mengalungkan kedua tangannya di leher Lisa.

"Kau benar-benar nakal, Baby. Kau tahu aku tidak biasa seperti ini." Ujar Jennie yang hanya mendapat senyuman dari Lisa.

Setelah itu Lisa menangkup pipi Jennie dan kepalanya mencodong kedepan, tanpa aba-aba dia segera melumat bibir Jennie yang langsung mendapat sambutan dengan baik dari Jennie, wanita bermata kucing itu membalas lumatan yang diberikan oleh Lalisa.

Keduanya saling melumat, lidah Lisa mulai menjulur masuk ke dalam mulut Jennie untuk meminta akses lebih dalam, tanpa ragu Jennie membuka mulutnya lalu menyapa lidah Lisa menggunakan lidahnya, lidah mereka saling bertemu dan berpautan.

"Ngghh~" lenguhan kecil keluar dari mulut Jennie, hembusan napas mereka terdengar mulai berat kala ciuman berubah menjadi liar.

Jennie meremas kepala belakang Lisa dan Lisa segera memeluk tubuh Jennie dengan erat, dia bahkan mengelus punggung Jennie dengan lembut.

'knock knock'

Pintu toilet berhasil di ketuk yang membuat mereka dengan berat hati terpaksa menghentikan ciuman mereka, dengan napas yang terengah mereka masih saling menatap.

"Hallo? Apakah ada orang di dalam? Kenapa pintu ini terkunci?" Suara seorang wanita terdengar dari luar yang diiringi dengan ketukan lagi yang membuat Lisa mendengus sebal sementara Jennie mengulum bibirnya sendiri menahan tawa nya karena merasa gemas.

Jenniepun turun dari atas wastafel dan membenarkan pakaiannya.

"Masuklah ke salah satu kamar mandi, aku akan membukanya, setelah itu aku akan lanjut bekerja dan lebih baik kau juga bekerja."

"Bagaimana dengan nasibku?"

"Nasib apa?"

"Aku horny, Honey."

Jennie membelalakan matanya lagi ketika mendengar ucapan Lisa yang begitu frontal.

"Astaga, Lalisa..." Bisik Jennie dengan raut wajah yang tak percaya.

Lisa masih menekuk wajahnya, pintu lagi-lagi di ketuk yang membuat Jennie perlahan harus mendorong tubuh Lisa memasuki satu kamar mandi.

"Temui aku malam nanti, kita akan melanjutkan apa yang tertunda tadi." Ucap Jennie lalu mengecup bibir Lisa sekilas dan menutup pintu kamar mandi itu lalu membuka pintu luar toilet dan memasang wajah polosnya ia keluar dari toilet tersebut, melewati dua wanita yang ternyata sudah mengantri di depan toilet.

Sedangkan Lisa masih terdiam tercengang di salah satu kamar mandi mencerna ucapan Jennie yang masih belum ia terima di otak nya.







.

.

.

To be continued

Nakal dua duanya, ternyata Jennie bisa berubah jadi ruby jane kalo deket Lisa.







Continue Reading

You'll Also Like

51K 2.5K 14
🔞 + + Bijaklah dalam memilih bacaan. Karena rasa bersalahnya maka dia(Lisa) berjanji akan mengabdikan diri nya dan menjaga nyonya Kim slama d perluk...
360K 38.4K 39
kisah Jennie Diandra Jane seorang siswi yang sangat terkenal dan pintar ini memiliki sifat dingin cuek serta tegas. Tapi siapa sangka jika dirinya di...
3.4M 251K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
218K 27.2K 30
[anime story kedua] Malam itu mungkin saja menjadi penghilang penat untuk para prajurit pemberani seperti survey corps. Tapi dibalik itu semua, ada s...